Friday, October 12, 2018

(SPOILER REVIEW) The Nun.

(SPOILER REVIEW) The Nun.
Oleh : Kanzia Rahman

The Nun Movie Poster

Sejak pengumuman akan diadakannya film spin-off yang menyajikan masa lalu Valak, rasanya hampir semua orang menunggu-nunggu dan berharap banyak. Hal itu tentu saja bukan tanpa sebab, dalam The Conjuring 2, Valak tampil begitu mengerikan dan semisterius itu. Ingat adegan bayangan yang melintasi dinding? Atau bagaimana ia dengan dinginnya— berdiri, diam, menatap kearah Lorraine saat anak perempuannya bertanya, "Apakah itu?"

Damn. Valak tampil begitu menyeramkan. Tidak aneh-aneh dan tampil begitu saja dalam latar yang tak diduga-duga. Iconic.



Menyaksikan Valak yang sangat tidak bisa dilupakan itu, tentu saja kita meletakkan ekspektasi tinggi akan cerita yang kaya dan memfokuskan diri pada latar belakang Valak. Kenapa dia disebut dengan nama demikian, kenapa dia mendapat julukan ratu ular, kenapa ia begini begini dan begini (ditambah posternya yang sedemikian rupa)

Sampai saat film itu belum ditayangkan, ada satu premis yang bisa gue bayangkan;

Seorang biarawati yang melakukan ritual okultisme dan gone wrong, iblis mengambil alih dirinya lalu ia berubah menjadi Valak yang meneror seisi gereja.

Tapi gue memutuskan untuk berhenti di sana. Tidak menebak-nebak lebih jauh karena masih berpikir The Nun akan secara gamblang menceritakan cerita-kelam-sejarah-lengkap biarawati misterius kesayangan ini. Jadi, seperti biasa, hari itu gue menyaksikan The Nun dengan harapan bahwa filmnya sebagus ekspektasi yang telah diletakkan kepadanya.

Ternyata justru filmnya yang gone wrong.

Setelah tanda ini, paragraf kebawahnya merupakan review dari adegan-adegan absurd The Nun. Sampai tanda ini muncul lagi, baru kesimpulan review.


----Spoiler Review---
Opening

Film dibuka dengan menampilkan dua orang biarawati yang menyusuri lorong bawah tanah, keduanya ragu apakah mereka melakukan sesuatu yang benar atau tidak, tapi tetap dilakukan karena 'tidak ada pilihan lain'. Mereka membuka kunci suatu pintu dengan tulisan God Ends Here. Salah satu biarawati memasuki ruangan dan teriakan mulai terdengar, biarawati satunya memulai doa-doa.

Biarawati yang masuk tadi keluar dengan berdarah-darah, dan tersungkur. Ia menyerahkan kunci dengan kalimat-kalimat klise "Ambil ini!" "Tidak ada yang bisa kita lakukan!" "Iblis ini butuh tubuh!" seolah ia telah menyerahkan dirinya pada apapun di dalam sana. Tubuhnya pun ditarik dan itu merupakan usaha pertama The Nun mengagetkan penonton.

Tak lama, biarawati kedua mati dengan cara gantung diri, dan sosok Valak pertama kali bisa kita lihat muncul sebagai bayangan di kaca jendela.

Opening selesai. Film memasuki babak awal. Gue hampir setengah memastikan kalau tubuh biarawati kedualah yang sudah diambil alih oleh sang iblis, karena Valak pertama kali menampilkan dirinya di kaca jendela pada adegan ini sebagai bayangan.

Dugaan gue pun salah karena ternyata seorang peternak menemukan jasad biarawati yang tergantung. Kejanggalan yang masih bisa gue terima karena mungkin, ceritanya tidak akan berbelok kesana. Tapi saat peternak yang sok-sok badboy ini (ia menyapa pendeta Vatikan dengan "Ayah yang marah atau suami yang cemburu?") menolak investigasi, menyebut seluruh desa tak menganggap gereja tua itu ada, tiba-tiba luluh karena yang meminta adalah seorang biarawati cantik (Suster Irene) dan menerimanya secepat mungkin, gue merasakan ada kejanggalan. Loh loh... kok kliseeeee

Kejanggalan selanjutnya terjadi masih pada peternak yang sama (kedepannya akan gue panggil Frenchie). Peternak yang terjebak di kawasan kuburan tua itu melihat serentetan bayangan dalam jalan pulang ke desa. Sebelum lebih lanjut, ada sedikit penjelasan yang harus gue berikan.

Film horror sendiri punya banyak genre, salah duanya adalah Psychological Horror dan Monster Horror. Dalam tipe yang pertama, musuh/peran antagonis biasanya diambil alih oleh sosok-sosok bayangan, ketakutan, dan hal-hal yang sebenarnya tidak ada namun seolah ada karena efek psikologi. Sementara dalam tipe kedua, musuhnya adalah monster-monster yang berwujud fisik dan bisa dilawan dengan cara-cara fisik juga, Zombie, contohnya.

Sampai di titik di film ini, gue masih merasa The Nun termasuk dalam tipe pertama. Horror yang timbul akibat halusinasi atau ketakutan-ketakutan. Bukan murni monster.

Tiba-tiba, dari hadapan Frenchie, muncul kaki yang tergantung. Jelas-jelas mengingatkan kita bahwa ini adalah jasad yang ia temukan di gereja. Sampai adegan ini, gue masih seratus persen percaya kalo jenis ketakutan yang timbul di film ini adalah horror psikologi.

Terus tiba-tiba tu jasad jatoh! Tepat di atas Frenchie sambil berteriak, menunjukkan gigi-giginya yang berdarah-darah persis kayak di film-film Zombie. Dalem pikiran gue, pasti abis ini Frenchie kebangun dari mimpi buruk atau kebangun di tengah-tengah kuburan atau gimana gitu. Gue masih mikir ini horror psikologi.

Ternyata setannya didorong coy.

Didorong. Iye. Didorong. Terus dilempar ke samping kea bocah kecil kalo lagi maenan.

Terus doi kabur sambil bawa-bawa nisan salib gede punya salah satu kuburan. Ambyar udah. Ambyar. Dalam dua menit, ekspektasi film gue menurun secara drastis. Kata-kata yang terlontar dari mulut gue cuman,

excuse me what the fuck?



Lalu masuk adegan lain. Kali ini sang pendeta vatikan yang mengikuti suara-suara dan serentetan bayangan hingga ke kuburan, dan secara meyakinkan jatuh ke peti mati terbuka di tanah yang sudah digali karena ilusi ular yang menyerang dia. Irene, dikejar-kejar oleh ilusi Valak (yang berteriak di cermin) dan berakhir menyelamatkan sang father.

Dalam proses penyelamatannya pun, penonton diajak melihat dari sudut pandang pendeta yang diteror oleh suara-suara dan sekelebat-sekelebat. Terakhir, tepat sebelum Irene membuka peti tempat terkurungnya pendeta, agar menambah efek keseraman, tangan-tanganpun muncul dan seolah ingin menarik pendeta itu entah kemana, menenggelamkannya, lalu hilang begitu saja saat Irene membuka peti.

Horror psikologi lagi kan?

Tapi yang terjadi selanjutnya adalah, Frenchie menyelamatkan nyawa sang pendeta dengan cara memukul setan menggunakan sekop sampe kepalanya misah dari badan. Pake sekop! Kepalanya misah! Persis kea di film-film zombie, klise banget lagi ampun dah ah yang bikin film siapa yang malu siapa.

Gamasuk akal itu gamasukkkk. Dari horror psikologi, ke horror monster, terus balik lagi ke psikologi, terus ke monster lagii. Herannn.

Gak sampai disitu, setelah itu kita akan disuguhi lagi oleh horror psikologi saat suster Irene mendapat serangan berupa bayangan-bayangan Valak dan adegan super epic dimana dia dan suster-suster lain berdoa dan mendapat serangan fisik (luka di punggung, baju yang terkoyak) tapi semua itu selesai saat Frenchie dan sang pendeta memasuki ruangan. Cuman ada suster Irene dan jasad seorang suster lain (yang sudah sangat lama ditinggal)

Oke... horror psikologi dong?

Tapi ya namanya The Nun ada aja ya gebrakannya. Jasad suster tua itu bangun dan menyerang mereka! Persis seperti zombie, frenchie bahkan harus menahan serangan itu. Jasad sang suster menunjukkan gigi-gigi taring dan well.. horror monster lagi.

Sang pendeta pun membakar jasadnya menggunakan air suci, tapi ga mempan! Belum sampai disitu komedi The Nun, gebrakan kedua dilakukan oleh frenchie, dia meraih shotgun (yang sejak kehadirannya sudah membuat gue geleng kepala, sang pastur mengingatkan untuk menggunakannya "hanya untuk keadaan darurat") dan menembak suster itu sambil berkata "itu baru darurat..." yang diharapkan akan memancing tawa penonton....

Saat itu juga rasanya gue pengen walkout dari studio.

Tempo film dipercepat, kini tampak di layar adegan mereka bertiga (suster Irene, frenchie dan sang pastur) sedang bersiap-siap. Frenchie menyiapkan shotgun, sementara Irene mengobati sang pastur. Lalu secara dramatis dan tiba-tiba, suster Irene berkata bahwa ia ingin disumpah menjadi biarawati. Adegan pun menayangkan raut muka Frenchie yang kecewa tapi tetap menilai tindakan itu merupakan tindakan mulia.

Baiklah, Irene adalah tokoh paling suci dan paling benar dalam film ini. Persis gak melakukan kesalahan. Bersih. Kinclong.

Memasuki babak akhir film, kita tiba pada puncak yang ter-epic dari segala epic.  Baiklah.

Karena satu dan lain hal, ketiga jagoan kita terpisah-pisah. Irene terjebak di sebuah ruangan dan tepat di tengah-tengah lambang pentagon yang terbuat dari lilin. Shoot berubah menjadi sudut pandang Frenchie yang memasuki ruangan dan menemukan kerumunan suster yang mukanya ditutupi kain putih.

(Saat adegan ini, penonton lain malah menyoraki "yang mana tuhh" "hayoo yang mana" sambil tertawa-tawa kecil. Bayangkan, di Indonesia, setan semisterius Valak malah diketawain. Itu menunjukkan betapa rendahnya d̶̶̶a̶̶̶n̶̶̶ ̶̶̶t̶̶̶e̶̶̶r̶̶̶i̶̶̶n̶̶̶j̶̶̶a̶̶̶k̶̶̶-̶̶̶i̶̶̶n̶̶̶j̶̶̶a̶̶̶k̶̶̶n̶̶̶y̶̶̶a̶̶̶  harga diri Valak dalam film The Nun.)

Frenchie pun tiba-tiba menunjukkan tubuh Irene tergantung dengan kedua tangan terbuka. Kepala tertutup tudung dan badan condong kedepan 45° seolah-olah sedang melakukan moonwalk seperti Michael Jackson.

Gambar terkait

Frenchie pun dengan polosnya— mendekat, membuka tudung penutup kepala Irene. Saat dibuka, Irene sudah dirasuki Valak. Ia pun berteriak hingga tubuh Frenchie terlempar ke pilar dinding yang cukup jauh dari posisi awalnya.

Valak dalam tubuh Irene pun mendekat... tapi tunggu! Biar agak menggertak, sang setan ini berteriak dulu, "Kamu gagal! Seperti kau mengecewakan semua orang dalam hidupmu!"

KITA SEBAGAI PENONTON AJA KAGA TAU DIA UDAH KECEWAIN SIAPA AJA DALAM HIDUPNYA:((((

Ini pun membuka satu fakta lagi, selain Valak bisa moonwalk, kini kita tahu bahwa Valak demen berondong juga. Buktinya, dia telah mengikuti Frenchie sampe-sampe dia tahu bahwa laki-laki itu udah kecewain banyak (bahkan semua orang) orang dalam hidupnya!

Lalu Valak berjalan mendekat. Asli inimah, jalan:( sambil minjem tubuh Irene pula. Dan berkata, "Besok! Semua orang akan menanggung akibatnya, orang Perancis!" wow wow, Valak bahkan tahu kewarganegaraan frenchie!

Dan Frenchie, dengan nada yang gak mau kalah epic, membalas sambil mengoleskan air darah Kristus ke wajah Irene yang sedang dirasuki Valak. "Aku Perancis-Kanada..." Irene pun lolos dari rasukan Valak. Tugas mereka selanjutnya menemukan sang pastur.

Gue yakin kalo penulis naskah The Nun ini suka bereksperimen dan kali ini gue yakin beliau sedang bercanda. Masa film Comedy ditulisin genrenya Horror gini sih!?

Ternyata belum selesai. Sampailah kita di adegan akhir film, dimana ketiga jagoan kita berkumpul dan terjebak air bah yang sedang menghisap ke bawah. Dalam kondisi seperti itu, Valak, yang kita tahu menyeramkan, dan serba misterius, tahu dia muncul dari mana?

Dari dalem air. Ngintip. Kayak gini.

Hasil gambar untuk valak underwater
Valak underwater.
Valak pun resmi berubah, persis seperti lumba-lumba yang muncul dari dalam air dan tertawa.

Hasil gambar untuk HAPPY DOLPHIN
Happy dolphin
Sama-sama muncul dari air, sama-sama menunjukkan matanya, sama-sama menyeringai.

Valak = Happy dolphin.

Gak cuman sampai disitu, Valak meninggi dan terus meninggi sampai ke langit-langit. Gede. Kea raksasa. Terus bayangin, Valak harusnya bisa membunuh Irene dalam sekali teriak, atau mencakarnya, atau apalah! setidaknya, menatap Irene sampai dia tak sadarkan diri.

Tapi yang ia lakukan justru....

Dia susah-susah berenang sampai ke Irene hanya untuk mencekik dan mengangkatnya.

Kondisi ini lalu dimanfaatkan Irene, ia menyimpan segumpal air darah Kristus di mulutnya dan BYURRRR!

Valak dimuncratin. Iblis itupun menghilang, Irene tak sadarkan diri.

Fix, disini Valak gak punya harga diri. Kalahnya dimuncratin doang ternyata, gak pake ritual segala macem.

Film berakhir dengan satu lagi dialog klise, Frenchie memberikan nafas buatan ke Irene yang segera dibenarkan olehnya dengan "Itu ciuman kehidupan, suster." yang cringe.

Layar mati. Gue keluar studio dan menemukan sesuatu udah gue injek-injek dari pemutaran film. Gue pun membuka sepatu dan melihat apa yang sedari tadi gue dan seluruh film itu injek-injek..

Ternyata wibawanya Valak.

----Spoiler Selesai----

Bayangkan, di Conjuring, kita mendapat penggambaran yang serba mengerikan dari Valak. Cool, diam-diam, bikin takut, dan semacamnya. Namun melalui The Nun, yang tadinya kita pikir bakal ada masa lalu Valak (kenapa dinamakan Valak dan dijuluki ratu ular), ternyata tidak ada yang dibuka sama sekali oleh filmnya. The Nun hanya melakukan satu hal yang berkaitan dengan Valak, yaitu menurunkan dan menginjak-injak harga dirinya.

Dialog yang klise memaksa kita berulang-ulang berpikir, "ini film the nun? film yang katanya bagus?". Dialog adalah kunci, dan sayangnya, The Nun hancur lebur melalui dialog dan pembawaan karakter yang serba tak menarik. Kita punya Irene yang serba suci, Frenchie yang sok berani tapi kemayu, dan pastur yang rentan terhadap serangan karena masa lalunya. Ada konflik internal dalam The Nun yang gagal diangkat, tapi juga gagal diselesaikan. Konflik antar karakter.

Yang terakhir dan yang menyebabkan The Nun blurry adalah dibawa kemananya arah horror yang mereka bawakan. Horror psikologis, lalu horror monster, lalu psikologis, lalu monster lagi. Ini, selain dialog, yang menjadi alasan kenapa The Nun bukanlah film horror terbaik tahun ini.

Satu-satunya yang bisa dipuji dari The Nun adalah setting yang sesuai. Bekas gereja tua yang ditinggalkan. Ada level-level, ada sekat antar karakter yang tercipta saat mereka harus menemui masalahnya masing-masing, namun sayang, eksekusi yang terkesan memaksa dan serba-harus-menakutkan-dan-mengagetkan menghancurkan semuanya.

Dan bukan dalam jumlah sedikit, jumlah shoot yang zoom-in ke karakter-karakternya tiap kali mereka berbicara membuat mata risih. Unstable, labil, serba-nanggung.

Kesimpulannya, The Nun gagal membawa masa lalu Valak (yang selama ini kita tunggu-tunggu), bahkan lebih parah, merendahkan harga diri Valak hingga titik terendahnya sejauh ini. Jika pilihannya adalah Sebelum Iblis Menjemput atau The Nun, jelas judul pertama menjadi juaranya.

.
.
.
.
Gambar diambil dari berbagai sumber.

:)

No comments:

Post a Comment