Wednesday, July 4, 2018

'Hereditary' yang rumit. (REVIEW)

'Hereditary' yang rumit. (REVIEW)
Oleh : Kanzia Rahman


Sejak kemunculan posternya dan trailernya yang kesana kemari mengelilingi timeline media sosial gue, gue menebak-nebak kalo film ini bakal bawa premis yang mirip sama The Conjuring atau semesta Annabelle, yang mana menurut gue udah jadi sesuatu yang biasa di film-film horror.

Tapi dugaan gue kopong, rasanya ada yang kurang dari segala aspek. 

Dan bener aja, ternyata filmnya gak semudah itu buat ditebak. Dugaan gue yang tadinya udah mengerucut dengan segera meledak setelah empat puluh menit film (serius empat puluh menit, telat banget yak mikirnya:)). Premis yang dibawa hereditary ternyata lebih dari itu. Itulah yang menjelaskan kenapa gue ngerasa ada yang kurang dari trailer, ternyata emang filmnya bukan kearah sana.


Dimulai tanpa basa-basi perkenalan atau sejenisnya, tempo yang dibawa film ini persis seperti rollercoaster. Awalnya pelan, tapi tengah sampai akhir bikin penonton naik-turun. Durasi 127 menit pun seolah gak berasa karena temponya yang berubah-ubah terus.

Tone yang dibawa hereditary bagi gue mirip-mirip The Killing Of A Sacred Deer. Kekuatannya ada di build-up yang pelan, tapi mendetail. Mendetailnya adalah keluarga kecil di film ini dieksploitasi secara besar-besaran, sehingga kita bisa tahu semua orang punya motivasi masing-masing untuk melakukan sesuatu.

Konflik keluarga dan efek domino yang ada di film ini kerasa banget. :))


Alurnya juga ga rumit-rumit, straight maju lurus terus. Tapi dengan alur yang begitu, film ini sekaligus ngasih tau sejarah singkat atau hal-hal yang terjadi sebelum film dimulai, tanpa ada adegan flashback. Cerdas.

Ada banyak referensi dan petunjuk yang diselip-selipin di dalem dialog. Selain alur dan premis cerita yang mengenggam, dialog juga salah satu yang mencengkram fokus kita untuk gak lepas dari film. Dialog adalah koentjii.

Depresi dan penderitaan adalah apa yang dibawa ke penonton selama film. Emosi ini begitu kuat sampai kita keluar dari bangku bioskop dengan merasakan sesuatu ---sesuatu yang hilang---. Ada yang ketinggalan, ada yang kelewatan, ada yang kurang, tapi gatau apa. Void. Mungkin ini juga penyebab banyak orang yang bilang filmnya kek aneh gitu, emang aneh sih. Tapi hal-hal aneh inilah yang bikin jati diri film. Heran gue juga.

Kesimpulannya, Hereditary bukan film yang mengumbar jumpscare secara konstan. Kelebihannya ada di alur cerita yang pelan, kuat, dan menarik ---mencengkram--- penonton untuk terlibat secara emosional. Hereditary tidak dapat dinikmati semua orang tapi bukan berarti tidak dapat dinikmati secara keseluruhan. Ekslusif.

Kece. #Hereditary

No comments:

Post a Comment