Friday, April 13, 2018

Taman Pemuda Pratama: Geliat Masyarakat di Kota Layak Anak

Taman Pemuda Pratama: Geliat Masyarakat di Kota Layak Anak
Oleh : Kanzia Rahman

(Kanzia)
Pada suatu saat entah tanggal berapa atau hari apapun itu, gue pernah sangat berterima kasih pada algoritma instagram yang mempertemukan gue dengan sebuah postingan dari akun @depok24jam yang menyebarkan informasi tentang sebuah taman bermain baru di Depok. Satu-dua klik selanjutnya gue sudah berkutat pada akun taman bermain yang ditandai dalam postingannya.


Setelah beberapa hari melakukan survei di internet --baik instagram, twitter, hingga foto-foto Google Maps--, guepun menentukan satu-dua hari yang bisa dijadikan kemungkinan untuk waktu berkunjung.

Melalui internet, gue menemukan beberapa wahana yang tersedia. Beberapa di antaranya adalah kolam renang, ATV, dan tentu saja --wahana yang paling menarik menurut gue-- adalah archery atau panahan. Mengingat pertama kalinya gue bermain panahan di sebuah taman bermain di Bandung dan hanya berhasil menancapkan tiga dari sepuluh anak panah --rekor yang memalukan, sebenarnya--. Gue bersemangat untuk kembali memegang busur dan meluncurkan anak panah lainnya.

Maka pada hari senin entah minggu apa dan bulan berapa, gue melaju dengan taman pemuda pratama sebagai tujuan utama. Daerah taman tersebut merupakan daerah yang sama sekali belum gue kenal atau bahkan pernah lewati, atau mungkin pernah, tapi guenya lupa. Yang jelas, seingat gue waktu itu, ini adalah jalan yang gue sendiri masih sangat awam terhadapnya.

Jadi berbekal google maps setengah jalan dan insting yang seada-adanya (serius,--,) sewaktu-waktu baterai hape habis, gue dengan percaya diri memasukkan hape kedalam tas (sambil dicharge) dan menyelesaikan setengah rute sisa perjalanan dengan cara klasik, menghafal jalan yang harus dilewati sebagai patokan.

Menuju tiga perempat jalan terakhir dan berada pada latar yang benar-benar belum pernah dikunjungi sebelumnya, gue akhirnya harus mengakui bahwa navigasi (ke-sok tahu-an) gue ternyata bisa salah. Beberapa kali gue harus memutar balik, berbelok arah, bertanya jalan, hanya untuk mengetahui bahwa tujuan utama gue udah lewat cukup jauh. Nyasar itu seru, tapi beda ceritanya kalo nyasarnya di kawasan yang kondisinya bikin-lupa-jalan-pulang-dan-entah-di-mana.

Lalu gue memasuki kawasan taman, dari kejauhan terlihat dinding-dinding triplek yang membatasi daerah taman dengan kawasan luarnya, gue sempat memutar sekali (beneran mengelilingi kawasan luar taman) hanya karena gagal menemukan jalan masuknya. Dan saat telah menemukan jalan masuk, sekonyong-konyong gue ingat hari itu hari senin dan taman tutup dengan alasan maintenance.

Amsyong, ya? Ya iya sih, ya tapi engga juga. Ya gimana ya...

Keesokan harinya, gue kembali dengan rasa kepercayaan diri yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Kali ini gue masuk kawasan taman melalui proper access yang kemarin gue temukan saat jalan pulang. Kali ini berbeda.

Di depan taman, sebuah lapangan yang kemarin kosong kini diisi oleh beberapa pedagang makanan yang berjejer. Mungkin karena hari senin, lapangan yang fungsinya menjadi tempat parkir kalau sewaktu-waktu area parkir di dalam penuh itu kosong, berganti dengan lahan hijau rerumputan yang dihias dua buah gawang yang berjauhan.

Guepun memasuki area parkir, meletakkan motor, dan... selamat datang di taman pemuda pratama!

(Kanzia)
(tamanpratama.id)
Memasuki taman, dua buah patung menyambut kita. Lalu, menaiki jembatan sedikit sebagai penyambung antara area taman bermain dan area parkir. Dari atas jembatan, 80% pandangan kita kedepan adalah area bermain. 20% sisi kiri taman yang tertangkap oleh ujung mata kita adalah kantin, musholla, dan toilet.

(tamanpratama.id)
Gue melangkahkan kaki lebih banyak masuk kedalamnya, kolam renang yang berada di sebelah kanan dari pintu masuk ramai diisi oleh anak-anak dan para orang tua mereka yang duduk duduk di pinggir kolam, seorang petugas juga standby di sana. Sementara di sebelah kiri adalah wahana wallclimbing dan rangkaian besi-besian yang menjadi tempat para anak-anak belajar memanjat.


Belum sempat mata gue selesai meneliti keseluruhan isi taman, sebuah ATV tiba-tiba melintas melewati bawah jembatan tempat gue berdiri dari sebelah kiri untuk kemudian muncul di sebelah kanan bawah jembatan. Mata gue lalu tak lagi mengikuti kemana motor beroda empat itu pergi.

Hebat, pikir gue.

Selesai mengamati isi taman secara umum untuk membuat peta bayangan di pikiran gue, kaki gue maju satu dua langkah lagi menuju loket yang berada di sebelah kiri. Lalu berhenti, lalu berjalan dua-tiga langkah, lalu berhenti lagi. Banyak anak-anak yang mondar-mandir berjalan-jalan bahkan berlarian di seluruh penjuru taman.

Gue hanya bisa melayangkan senyum simpul, mengingat memang taman bermain anak-anak diisi oleh anak-anak yang bergerak, bukan anak-anak yang memegang smartphone sambil teriak "Mid! Mid!" atau  "Push rank!".

Nah ini nih, sesampainya di loket, gue lupa banget buat fotoin daftar harga yang harus dibayar untuk bermain di wahana-wahana yang disediakan. Gue ---yang sama sekali gak lihat wahana panahan atau paintball dari awal masuk--- bertanya ke mbak mbaknya.

"Mbak, kalo panahan di mana ya?"
"Oh panahan? Di situ Mas di belakang"

Lalu dengan otak seperempat gue mencari-cari dan bertanya,
"Belakang loket mba?"

Dan mbak loket menahan tawa sambil menjawab dan menunjuk ke kawasan yang berada di sebrang jembatan pintu masuk. Tepat lurus dari pintu masuk,
"Bukan mas di sana"

Gue langsung mengucap makasih dan cabut sejauh mungkin dari sana, rasa-rasanya cuman bisa berharap mba-mba itu gak hafal sama muka gue yang --pasti-- plongo  banget waktu itu.


Memasuki area bermain paintball agak sedikit sulit, perlu kejelian untuk bisa liat jalan masuk yang disediakan. Area bermain paintball ini cukup luas dan dihiasi pepohonan dan rumput rumput dan bekas-bekas ban yang disusun sedemikian rupa.

Bahkan ada bekas rongsokan mobil juga yang dijadiin hiasan.


Lalu di dalam area tersebut, seseorang menyapa gue. Seorang mas mas yang gue perkirakan sedang dapet tugas jaga di sana pada hari itu. Jadilah gue menjelaskan maksud kedatangan gue, diapun mengeluarkan tiga buah busur dan belasan anak panah. Gue dengan kebingungan melihat kearah ketiga busur itu.

Dia lalu menjelaskan perbedaan ketiganya, yang satu, katanya, untuk latihan dan memang untuk pemula. Yang satu digunakan untuk berperang tapi dalam keadaan berdiri, yang satu lagi digunakan untuk berperang sambil mengendarai kuda. Cool.

Guepun mengambil busur yang digunakan untuk latihan dan pemula, mencoba melesatkan anak panah pertama dan...

Melenceng jauh ke kiri dari sasaran.

Dan jadilah akhirnya gue melesatkan satu persatu anak panah sambil mengobrol dengan mas mas itu. Percobaan pertama kedua ketiga belum kena sasaran, empat lima membaik dan kena sasaran meski bukan tepat di poin tertingginya, dan seterusnya makin absurd.

Setelah anak panah kelima gue berhasil mengenai poin terdekat dengan bulatan merah, gue semakin percaya diri untuk mengambil anak panah berikutnya dan seterusnya. Tapi ternyata hal itu bikin gue kehilangan fokus.

Hasilnya pun bisa ditebak, dari sepuluh yang tersisa, gak semua berhasil mengenai sasaran. Satu melayang tinggi, dua-tiga-empat melenceng ke kanan, tiga menancap di tiang-tiang penyangga sasaran, satu jatuh ke tanah dan satu lagi menancap di lingkaran terjauh sasaran.

Menurut pemandu yang mengawasi gue sedari tadi, gue terlalu terburu-buru dan tidak tenang. Berkali-kali beliau mengingatkan gue tentang fokus dan ketenangan yang harus gue tahan dan kuasai di setiap lesatan anak panah, persis seperti hewan buas yang menerkam dan membunuh mangsanya dalam sekali terjangan, begitulah harusnya seseorang memanah. Dingin, cepat dan tepat.

Panahan adalah olahraga yang sabar, ucapnya.


Gue teramat sangat menyesalkan bagaimana hujan turun perlahan saat gue masih melesatkan anak panah terakhir. Mengingat jarak rumah yang cukup jauh dan kondisi jalan raya yang gak bisa diprediksi, guepun mengakhiri sesi hari itu dan memutuskan untuk kembali ke rumah.

Dan bener aja, gak lama gue sampai di rumah, hujan turus dengan deras.

Taman Pemuda Pratama adalah usaha masyarakat yang harus kita promosikan dan apresiasi. Dengan beragamnya permainan dan fasilitas yang dibuat dalam lahan seluas 6000m persegi, taman ini cocok dijadikan alternatif wahana bermain bagi segala usia.


Ikan Koi hiasan yang mengisi saluran air taman dapat dijadikan hiburan jika kita kelak lelah dan hanya ingin sekedar duduk-duduk. Atau berswafoto ria di mural-mural yang berada di bagian dekat rumah kelinci.

Kantinnya pun terbilang lengkap. Makanan ringan hingga satu-dua makanan berat untuk mengganjal perut. Taman Pemuda Pratama berhasil mengisi ruang kosong yang selama ini dicari-cari oleh masyarakat, wahana bermain alternatif.

Mungkin nanti, gue bakal balik lagi kesana untuk menyapa pemandu panahan yang waktu itu mengawasi gue, atau sekedar duduk-duduk sambil membaca, atau menyaksikan koi berenang di hadapan telapak kaki gue. Who knows, yang jelas, taman ini pantas untuk kita harapkan perkembangan kedepannya.

.
.
.
.
:)

No comments:

Post a Comment