Monday, May 15, 2017

Sepucuk Surat untuk Penjelajah.

Serius, jangan pernah bertanya seperti ini kepada orang yang -kamu duga- belum move on, "Eh, kamu belum move on ya dari si A/B/C/D/dst ?" Jangan.

Selain cenderung skeptis dan sok tahu, kamu tentu tak tahu seberapa besar usahanya.

Iya. Usaha. Usaha dia untuk menyembuhkan luka, usaha dia untuk memaksakan tertawa, usaha dia untuk pura-pura bahagia, meski dalam lubuk hatinya ia meronta-ronta. Usaha dia untuk menahan air mata, saat mengetahui bahwa yang dicintainya sudah tak lagi berada disana.

Usaha dia untuk melawan badai kenangan yang tiap kali menerpa ingatan, menyingkirkan memori indah yang seringkali menghampiri saat sendiri. Usaha dia untuk menghapus suara yang dicintainya yang mengiang-ngiang di antara dinding penantian, usaha dia untuk mencoba melupakan, menganggap semua bukanlah kenyataan.

Usaha dia untuk mematahkan rasa tiap kali bertatap mata, usaha dia untuk tidak menyapa meski pernah seerat alkena, menahan diri walau hati tercabik-cabik sepi. Usaha dia untuk memaksakan pergi, walau seluruh semestanya bernada elegi.

Semua usaha itu. Kamu tentu tidak tahu, kan?

Dia melakukannya sendirian. Sendiri. Satu. Tunggal. Mungkin hanya satu-dua bercerita pada teman, tapi kamu harus tahu dan paham, bahwa banyak sekali diantara kita yang seperti ini. Yang disenyumi sekali -oleh yang meninggalkan mereka-, hancur seluruh usahanya.

Socrates pernah berkata, "Rahasia untuk berubah adalah menyalurkan seluruh energimu, bukan untuk melawan yang lama, tapi untuk membangun yang baru."

Selanjutnya untuk kamu, orang-orang yang sulit 'berpindah'.

Jika ada arus rindu yang menerpa, maka ikutilah, jangan dilawan, tapi juga jangan terbawa. Ikuti, bukan pasrah lalu bunuh diri. Jika dingin dan sepi menghinggapi, bertahanlah. Kuatkan dirimu, lalu hangatkan dirimu sendiri.

Percayalah, aku pernah berada disana. Kita semua pernah berada disana.

Sampai nanti suatu saat Tuhan mengatakan bahwa waktunya untukmu berpindah, maka melangkahlah.

Bergeraklah, mampirlah dalam setiap ruang-ruang penasaran dari bilik-bilik keramaian. Masuklah, habiskan rasa penasaran sebelum kamu melanjutkan perjalanan. Mencarilah, meski terkadang hanya kecewa yang kau temui. Temuilah. Lihat, jutaan manusia dan bagimu hanya senyum si pengkhianat itu yang masih kamu idam-idamkan? Lupakanlah.

Sadarlah, hatimu sudah terengah-engah dan tersengal-sengal dalam penantian atas apa yang tak kunjung kembali. Sudah saatnya menyayangi hatimu sendiri.

Berputar-putarlah, jangan sampai kamu melewatkan hal-hal kecil yang justru tersembunyi di depan punggungmu. Pahamilah, karakteristik demi karakteristik tiap manusia yang kamu lewatkan hanya karena memikirkan sikapnya yang justru membuatmu jatuh sakit. Teruskanlah.

Hilanglah, bersikap ramahlah pada tiap-tiap keramaian yang selama ini kau hindari. Hilanglah, bawa rasa-rasa keingintahuan yang tersembunyi di dalam sudut patah hati ke tempat-tempat yang tak pernah kau hampiri.

Pergilah. Melangkahlah. Ucapkan selamat tinggal kepada sudut sepi di ruang kenangan. Karena tanpa kamu sadari, detik inipun seisi alam semesta sedang berkonspirasi untuk menulis buku takdir terbaik untukmu.

Ingat, Tuhan tidak pernah bermain dadu.

Lalu jika nanti kamu mencari tapi tak kunjung menemukan..

Maka berhentilah,

Berhenti.

Mungkin; kamu perlu ditemukan.

No comments:

Post a Comment