Tuesday, November 8, 2016

After Pandora : Alone Together. (Part 9)

After Pandora : Alone Together. (Part 9)
Oleh : Kanzia Rahman


Hani, Ainun, Latriaz, Ival, Jiwo, Latriaz, Salma, Arum, dan Stevian refleks mundur perlahan. Mereka menunduk, takut akan diri mereka sendiri. Sementara Aldo, Adi dan Afifat bertahan ditempatnya, mereka bertiga memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mahasiswa, pasukan anti-teror, dan seorang ilmuwan sekaligus direktur CERN.

Aldo melirik kearah mereka yang melangkah mundur, lantas menghembuskan nafas panjang. Ia mengerti, ketakutan itu terpancar dari mata mereka, kaget, shock, bahkan mungkin mereka lupa bahwa dibawah sana, para Wendigo yang kelaparan masih memukul-mukul pintu kaca otomatis, berusaha menghancurkannya.

Saat para kloningan itu mengambil satu langkah pertama maju, Adi segera menodongkan senjata. "Berhenti!" teriaknya, bahkan ia tak bisa menyembunyikan ketakutannya sendiri saat teriakannya parau. "Kalau kau ingin menembak kami, tembak saja." ucap kloning Adi, "Kami sudah merasakan mati."

"Rasanya lega bisa kembali.." ucap Fadhil bermata hitam, seraya meregangkan badannya. "Ainun, Latriaz, kalian tidak merindukanku ? Ayolah, kita bisa reuni.." Amel bermata hitam menatap kearah Ainun dan Latriaz yang segera bergidik ngeri. "Nunnnnn gakuat gua Nun gakuat itu setan Nunn" Latriaz keringat dingin, sementara Ainun masih bingung, "Dih Lat apaan sih bukannya dia udah mati yak"

"Oiya dia bukannya udah mati yak, ih tapi kalo udah mati ngapain masih disini Nun" Latriaz bergumam, "Tau nih, eh eh lu, lu kok masih disini Mel ?" Ainun bertanya santai, Amel tersenyum kecil, menggeleng, "Kalian masih bolot ya.".

"Dih apaan si Mel kan emang belom dikasih tau gimana cara kita kesini lagi" ucap Arum bermata hitam, "Emang iya ya? Oh iya ya" kini giliran Amel yang bergumam. "Yeuu gimana si bolot" balas Ainun, "Tauu" Latriaz mengompori, sementara Hani tertawa kecil.

"Ehem." Anwar bermata hitam berdehem, mendiamkan mereka. "Kami terlambat memperkenalkan diri ya." Afifat bermata hitam kini membawa suasana menjadi serius, "Gadis itu benar. Kita semua yang bermata hitam memang sudah mati.. Tapi kita kembali. Dan kau tahu untuk apa ? Untuk balas dendam."

Kesebelas orang yang matanya putih itu kaget, menyerngit. "Dikira udah selesai kalo udah matiin cincinnya" ujar Stevian bernada kesal, "Au yak Step" Salma setuju, "Iyak bener banget gue kira udah selesai begitu kita nyampe atas, eh ternyata masih ada lagi" ujar Arum.

"Kalian pengecut." ucap Anwar yang bermata hitam, "Dih kok lu ngegas sih" Stevian kesal, "Ya suka-suka dialah kok lu yang marah" Stevian bermata hitam kini angkat bicara, "Ya gue marahlah dikatain pengecut" balas Stevian, "Eh emang lu pengecut ngapain marah" balas Stevian satunya.

"Kalian meninggalkanku untuk mati" ucap Fadhil, "Hanifa, kau membunuhku." kata Amel. "Ah, sedikit klarifikasi, kami dibawa kesini untuk menggagalkan kalian, kalau mereka berdua, entahlah, provokator" ucap Afifat bermata hitam kembali mencairkan suasana seraya melirik kearah Amel dan Fadhil, "Tapi jika takdir semesta memang menyuruh kita untuk bertarung.. bertarunglah."

Kedua Afifat segera berlari kearah supercomputer di sudut ruangan, Afifat bermata putih mendapat sikutan juga sebuah pukulan telak kearah dadanya, dirinya yang bermata hitam segera duduk didepan supercomputer, berusaha menyalakan cincin itu dengan generator cadangan.

Adi menembakkan pelurunya, kloningannya menghindar, lantas menembakkan peluru juga. Sang anggota GIGN itu meloncat seraya mengarahkan tinju kearah kloningnya. Keempat mata yang hitam dan putih itu saling bertatapan, kepalan tangan Adi hanya tinggal satu inchi lagi dari jidat kloningnya...

BUAG!!!
Adi terpental, kloning Tama datang dan menendang tepat ulu hatinya dari samping, anggota GIGN itu segera memegangi bagian atas perutnya, nafasnya tersekat-sekat, keringat bercucuran disekujur tubuhnya. Ia sudah hampir yakin dia akan mati.

Sementara Latriaz menghindar dari sebuah tendangan kloningnya, ia merunduk, lantas balas menendang. "Aw aw ngiluu" ucapnya saat tendangan itu menghantam perut lawannya. Latriaz yang bermata hitam menyeringai, lantas mengenggam kaki itu, lalu melempar sang pemiliknya ke dinding ruangan.

PRAAANG!
Afifat mendengar suara kaca pecah, ia merangkak ke jendela, melihat. Rupanya para Wendigo telah berhasil memecahkan pintu kaca gedung Byzen. Hanya butuh waktu sebelum mereka menghancurkan pintu-pintu kaca di gedung lainnya, termasuk gedung Genesis. Afifat menghembuskan nafas kecil..

"Sekarang." ucap Afifat melalui walkie-talkie yang bergantung di telinganya, Tama dan Anwar mengangguk, lantas melihat kearah sepasukan tentara yang sedang mereka pimpin. "Go go go!" teriak Tama memimpin. Ia bersama Anwar sedang didalam satu dari lima helikopter yang sudah disediakan untuk membantu Afifat.

"In the war, they fought and won. In the land, forever gone.." Sementara ribuan mil jauhnya, sekelompok orkestra sedang menyanyikan lagu Auld lang syne. Mereka menyambut perubahan tahun di malam tahun baru. 31 Desember 2023. "A thousand dreams and sacrifice for the flag we've left today.."

Kelima helikopter itu lantas terbang rendah diatas kompleks gedung CERN, Anwar melihat kebawah, para Wendigo kelaparan sudah menanti mereka, menelan ludah. "Kita bisa saja mati" gumam Tama membaca pikiran Anwar, "Yang kita perlu lakukan hanyalah lakukan bagian kita, sisanya urusan Tuhan." lanjut Mayor GIGN itu.

"Come on my boy start over the day, burried again tyranny down.." Kembang api kini bersahut-sahutan memenuhi langit malam, kelompok orkestra itu masih menyanyi, lagu mereka belum berakhir. "and come on come on my brothers we'll shine.."

"Go!"
Tama menjadi orang pertama yang terjun dari helikopter. Ia mengalihkan perhatian Wendigo dibawah sementara Rumaldo Bebeto, pilot helikopter itu menurunkan tiga utas tali dari dalam helikopter, pasukan tentara itupun turun satu-persatu. Ketiga helikopter itu mulai mengurangi bebannya.

Tama berdiri tegap. menyiapkan dua buah senjata di tangan kiri dan kanannya, mengatur nafas, kini para monster itu mengalihkan perhatiannya kearah helikopter yang sedang menurunkan tentara. Yang bagi para monster itu, adalah santapan lezat.

Para Wendigo itu berlari, merangkak, meloncat, berlomba-lomba untuk menjadi yang tercepat meraih tubuh Tama yang sudah berdiri ditengah-tengah kompleks gedung CERN. Tama tak bergeming, ia tahu bahwa ia sedang diincar dari segala penjuru. Seperti laron yang menghampiri lampu. Monster-monster itu merangkak lebih cepat.

"like a bullet always tells what's right.."

DOR DOR DOR
Tama menembakkan peluru-pelurunya, timah panas yang keluar dari moncong pistol Tama segera membekas berupa bolongan di kepala ketiga monster yang terdekat dari dirinya. Ia merunduk kala dua buah monster menerkamnya secara bersamaan dari depan dan belakang. Mereka lantas memakani satu sama lain.

Tama tersentak kala dua buah monster dengan cepat menangkap kakinya, satu monster lainnya memegangi kepalanya, mencengkram erat, ingin memutus kepala itu dari tempatnya. Ia tersudut. "Tidak.. Tidak!" Tama memberontak. Sayang, dua monster lainnya segera meraih tangan Tama. Membuatnya benar-benar tidak bisa bergerak. "Jadi.. inilah akhirnya.." Laki-laki itu bergumam.

DOR.. DUAR!!
Sebuah peluru tepat menembus bagian kepala monster yang memegangi kepala Tama. Disusul sebuah ledakan yang jaraknya cukup dekat darinya, monster-monster yang memeganginya itu kini terpecah belah. Sang mayor GIGN itu melihat kearah helikopter, Anwar tersenyum sambil memamerkan sebuah bazooka, senjata berdaya ledak tinggi sementara Bebeto memamerkan gigi-giginya seraya mengacungkan jempol ke Tama. Ia tertawa.

"when the sunrise come slaps you hard you lazy boy, get a job get a life, be something for your land,
time has come you lazy boy!" Para pemain alat musik di orkestra itu menghayati lagu yang mereka bawakan, ditemani riuhnya kembang api yang mewarnai langit malam itu.

Anwar lalu menembakkan senjatanya sekali lagi, memecah kerumunan Wendigo yang menyerang pasukan tentara, sementara Bebeto beranjak, lalu kembali lagi beberapa detik kemudian, melepas salah satu bagian dinding helikopter, tempat senjata mesin helikopter itu. "Gue udah ubah pengaturan bidikannya jadi manual, nah lu bantuin Tama deh tuh" komando Bebeto pada Anwar.

"For auld lang syne, my dear, for auld lang syne, we'll take a cup of kindness yet, for auld lang syne.." Orkestra itu disambut tepuk tangan meriah.

DRRRT
Anwar dengan senang hati menembaki para monster itu dari udara. Melakukan pembantaian besar-besaran seraya tentara yang sudah terjun ke lapangan ikut membantunya dari bawah.

Dari level teratas gedung Genesis, Hanifa, Ainun, Arum dan Salma yang memang tak berbakat bertarung menatap dalam kloningnya. Mereka telah mendapat serangan psikologi dari keempat kloningnya masing-masing. Keempat kloning mereka berjalan memutari mereka berempat layaknya mata angin, berhadapan pada yang aslinya.

"Masa depan terlihat bagus, Han ?" Amel datang, memecah konsentrasi Hani. "Kau gendut tak berguna" ucap kloning Salma, "Freak." kata kloning Arum, "Antagonis" ujar kloning Ainun. Salma, Arum dan Ainun yang asli tak menjawab, lantas diam, memandang mata lawan mereka yang hitam pekat.

"Aku sudah menunggu lama untuk ini.." ucap Amel, "Kita tak perlu berdebat." jawab Hani sambil melirik kearah Stevian dan kloningnya yang sudah lima menit berdebat tanpa henti. "Lantas kau mau apa ?" kloning Hani kini angkat bicara, menyudutkan Hani asli.

"Bertaruh." jawab Hani asli, lantas tersenyum tipis. "Bertaruh ?" Hani yang bermata hitam mengernyit, "Aku berani bertaruh kalau aku yang akan keluar gedung ini daripada kalian." balas Hani sambil melihat kearah dua lawan bicaranya, "Sebab Tuhan tidak pernah bermain dadu, apalagi kebetulan. Ia selalu punya jalan, selalu ada kemungkinan dibalik kemungkinan." lanjutnya.

"Tuhan hanyalah konsep, Hanifa. Aku sudah pernah mati dan kenyataannya, tidak ada Tuhan dalam kehidupan kita. Semua hal bisa dijelaskan secara ilmiah, tapi jika Ia benar-benar memang ada, Ia pasti sedang tertawa seraya menyaksikan bumi kita hancur perlahan akibat ulah manusia. Sekarang, dimana Tuhan saat kita membutuhkannya ?"--- TIIIITTT FYUUHH

Ucapan Amel terpotong. Suara melengking tiba-tiba berbunyi keras, menusuk telinga mereka, lantas suara itu diikuti oleh seperti suara angin ribut tapi didalam ruangan, jauh lebih keras. Koridor berwarna putih pualam itu bercahaya, sumber cahayanya dari sisi lain cincin CERN yang tak dapat mereka lihat.

"Genesis activated."
Sebuah suara terdengar melalui pengeras suara yang bergantung di langit-langit ruangan, cincin CERN itu aktif. Entah gerbang dimensi apa yang terbuka sekarang.


-- To Be Continued --

Anyway. penulis meminta doa dan kerendahan hati dari pembaca karena penulis akan mengikuti lomba pidato berbahasa Inggris pada Sabtu, 12 November mendatang. Dengan inipun berarti proses pembuatan Part 10 dari After Pandora baru akan dimulai pada Minggu, 13 November mendatang. Terima kasih atas pengertiannya.

No comments:

Post a Comment