Renaissance : Once upon a time.. (Part 1)
Tribute to Polaritie31
Oleh : OccultaLunaePars & StylesForLyf.
Tribute to Polaritie31
Oleh : OccultaLunaePars & StylesForLyf.
"Haha" tawa kecil seorang raja bernama Geraldo D'Caprio Alvitó. Cahaya matahari yang bersinar keemasan menambah suasana kehangatan kerajaan Empire sore itu.
Di balkon lantai dua kastil Empire, sang raja, Geraldo D'Caprio Alvitó yang berkulit putih dengan tubuh rata-rata standar dan mempunyai dua orang anak itu sedang duduk disebelah istrinya yang memiliki kulit putih bersih dan rambut yang diikat, Caldha Angelina.
Aldo lalu berdiri bangkit, meletakkan kedua bahunya menyilang di teralis batu balkon kastil yang telah diukir sedemikian rupa untuk kerajaan penguasa terbesar di Irlandia Utara itu, Caldha pun ikut berdiri dan berdiri disebelah suami sekaligus rajanya.
"Ayah kenapa?" Gumam Yessiè D'Arianné, kakak dari Sekar D'Arianné yang duduk disebelahnya dan anak kedua dari dua bersaudara perempuan yang tinggal di kerajaan itu. Ia memiliki rambut panjang dan bola mata yang tidak terlalu bulat menghiasi wajahnya.
"Banyak pikiran mungkin" jawab adiknya Yessiè, Sekar D'Arianné yang memiliki perawakan tak jauh berbeda, yang membedakan antara dia dan Kakaknya adalah rambutnya yang agak sedikit keriting dan bola mata yang bulat.
Kedua perempuan itu menebak-nebak apa yang sedang dibicarakan oleh Aldo dan Caldha. Kedua orang tua mereka sedang berbincang kecil, entah tentang apa, mereka tak dapat memastikan topiknya.
"Permisi." Tak lama, seseorang mengetuk pintu kearah balkon yang terbuka itu, memecah lamunan dan tebakan D'Arianné bersaudara. "Ada surat, Tuan." Lanjut sang pria dengan kulit sawo matang akibat perang dan dua buah kaki lentur yang menunjukkan kegesitannya hanya jika dilihat.
Jonathan Jiwo Prayudo namanya. Tangan kanan dari sang raja kerajaan Empire sekaligus penjaga dari keluarga kerajaan yang kecil namun memimpin Irlandia Utara. Pengalamannya di Medan perang tak perlu diragukan, beberapa goresan tipis di mukanya seolah memamerkan kekuatan dan betapa veterannya Ia.
"Tidak. Kamu tidak perlu ikut berpikir sejauh itu." Ucap Geraldo singkat pada Caldha lalu berjalan menuju Jiwo, Ia mengambil sepucuk surat yang dibawakan sang kepala keamanan kastil lalu terus berjalan. Jiwo mengikuti dibelakangnya.
Sementara Caldha, Sekar, dan Yessiè hanya dapat melihat punggung sang raja yang berpaling bersama tangan kanannya menuruni tangga menuju lantai bawah.
"Nyonya?" Tanya seorang perempuan dari arah berlawanan Geraldo pergi barusan. Ketiga perempuan yang ada disana pun segera menengok kearahnya.
"Aku baru selesai merawat tanaman di taman belakang, aku harap nyonya dan nona menyukainya." Lanjut perempuan bernama lengkap Indira Anastasia itu. Ia memilki rambut panjang dan pipi yang sedikit 'kembung' dibanding yang lainnya.
"Ah ayok liat yok" kata Yessiè langsung menggandeng Sekar, mengajaknya ke taman belakang kastil. "Ibu?" Tanya sang adik, "Kalian saja" Jawab Caldha sambil tersenyum kecil, "Aku mau beristirahat sejenak." Tutupnya lalu memisahkan diri.
"Aku mendapatkan surat itu tadi siang Tuan, ketika sedang berkuda di Victoria Park. Bersama satu set pakaian ala kurir kerajaan lengkap, bahkan seekor kuda yang mati terbunuh, tapi tak ada siapapun disana" ucap seorang lainnya di ruang pribadi Geraldo.
Maverick Bagus Berliana namanya. Seorang panglima kerajaan Empire yang telah mengabdi cukup lama untuk kerajaan terbesar di kawasan Irlandia Utara itu, dengan penampilannya yang berbadan berisi dan tegap, Ia memimpin seluruh pasukan kerajaan dibawah komandonya.
"Kau yakin tiada siapapun disana ?" Tanya Geraldo sambil melirik kecil Bagus, Ia dengan seksama membaca isi surat itu dengan raut wajah serius.
"Kalaupun ada, harusnya aku tidak dapat mengantarkan surat ini kesini. Kurir tersebut pasti mati sebelum menyampaikan sepucuk surat itu" jawab Bagus. Jiwo hanya melirik kecil kearah panglima itu.
"Perintahkan pasukan untuk latihan lebih intensif" perintah Geraldo lalu melipat rapih surat itu dan memasukannya kedalam laci mejanya. "Jiwo, awasi pemberian makan kuda dan latih mereka supaya lebih kuat. Berikan perlengkapan apapun di badannya." Lanjut sang raja lalu bangkit berdiri.
"Terima kasih. Kalian berdua boleh keluar." Ia lalu menunjuk pintu kayu yang terbuka sedikit, Jiwo dan Bagus memberikan sebuah hormat lalu berbalik keluar dari ruangan itu.
"Huh.." Hembusan angin keluar dari mulutnya seraya Ia menutup pintu ruangan pribadinya, matanya berkeliling ke seluruh ruangan, entah apa yang dipikirkan sang raja dari kerajaan Empire itu..
Sementara 165 kilometer jauhnya dari kerajaan Empire, seseorang sedang merayakan hari jadinya.
"For Demonia!!" "Yeahh!!!" Sorak sorai para tentara menyambut seorang ratu yang sedang diarak sekaligus diperkenalkan keliling kota Dublin, Irlandia. Wanita yang duduk diatas sana tersenyum sinis pada rakyat kecil yang hanya bisa memandang.
"Thronee !!" Teriak seorang laki-laki dari kejauhan. Beberapa perempuan segera mempersiapkan singgahsana untuk sang ratu yang baru saja turun dari kereta kudanya.
Tap Tap Tap..
Wanita itu berjalan dengan anggunnya menuju kursi singgahsana kerajaan, karpet merah pun sudah dipersiapkan.
Di sisi kiri dan kanannya, terdapat masing-masing tiga orang tetua yang melihat kearah ratu baru kerajaan itu. Sang wanita kini berdiri didepan singgahsananya dan berlutut dihadapan seorang tetua yang memegang mahkota kerajaan.
Dibelakang wanita itu, ada dua orang pria yang mengenakan baju perang lengkap dan berpangkat masing-masing panglima dan seorang arsitek kerajaan. Diluar kastil itu, warga dan tentara menantikan pelantikan sang ratu baru mereka.
"Maka dengan ini, namamu berubah menjadi Arumi Demonia dan kamu resmi menjadi ratu tunggal kerajaan Demonia" ucap tetua itu lalu meletakkan sebuah mahkota di kepala Arum yang hanya tersenyum simpul sambil menunduk.
Sang ratu bernama Arumi Demonia, berperawakan kulit kuning dan berbadan ramping. Ia menggantikan posisi raja sebelumnya.
Tetua lainnya kini bangkit, ia memegang sebuah helm besi dengan tanduk yang menghiasinya. Ia pun berdiri didepan sang panglima kerajaan Demonia yang langsung berlutut dihadapannya
"Dan dengan ini, Aldrich Aryâtama. Resmi diangkat menjadi jenderal perang kerajaan Demonia. Semoga kekuatan dari roh sesepuh bersamamu." Ucap tetua itu lalu memakaikan helm itu ke kepala Tama, sang jenderal berbadan tegap dan memiliki raut muka yang tegas.
Tetua yang lain berdiri dari kursinya, menuju pria yang berdiri disebelah Tama, ia membawa sebuah buku dan bulu angsa berwarna hitam yang telah diolesi tinta di ujungnya. Pria itu segera berlutut dihadapan sang tetua
"Dengan ini pula. Kholifal Al-Kareem resmi menjadi penasihat pribadi ratu. Semoga kebijaksanaan dan kedewasaan sesepuh menyertaimu." Ucap sang tetua sambil memberikan buku dan sehelai bulu angsa itu ke tangan Ival yang terbuka. Ia memiliki tubuh standar dan tidak terlalu mencolok dibanding Tama.
"Silahkan menemui rakyat kalian" Ketiga tetua itu lalu duduk, Arum bangkit dan berjalan keluar kastil, diikuti Tama dan Ival dibelakangnya..
"Woooh !!" "Congratulation!!" "For Demonia!!" Teriak warga dan tentara sambil bertepuk tangan menyambut ratu baru mereka.
Terdapat beberapa anak tangga yang cukup tinggi yang membatasi antara rakyat dan teras kerajaan itu, beberapa prajurit pun dipilih untuk berjaga di anak tangga paling bawah, menjadi pembatas.
"Demonia !" Teriak Arum menyapa rakyat Irlandia yang memberi selamat kepadanya, Tama dan Ival hanya bertepuk tangan sambil tersenyum bahagia.
"Kita akan menjadi kerajaan penguasa di seluruh Irlandia !" Teriaknya lagi diikuti sorak sorai, "Tak terkecuali Irlandia Utara. Kita akan menjadi yang terbaik di seluruh Irlandia, This is our time!!" Lanjut sang ratu.
"Kalian mau apa ? Uang ? Tahta ? Harta ? Kita akan mendapatkan semuanya !" Lanjut Arum menggebu-gebu, kini para prajurit yang bersorak sorai.
"Maka dari itu, aku membutuhkan bantuan kalian. Tenang saja, semua akan mendapatkan jatahnya masing-masing!" Tutup Arum lalu membalikkan badannya masuk kembali kedalam kastil, masih diikuti Ival dan Tama yang lalu memisahkan diri.
"Selamat, Kakak" Ucap seorang laki-laki saat Arum masuk kedalam kastil, Ia lalu menyalami kakaknya itu.
"Thank you." Ucap Arum membalas ucapan adiknya, Fadhil Georgiades, seorang pria berkulit putih dan berbadan tegap, mulai sekarang, Ia keturunan langsung dari kerajaan Demonia.
"Dua barrel wine lagi !" Teriak seorang perempuan di dapur kerajaan Demonia. Beberapa pria lalu membawakan dua buah barrel wine kedalam kerajaan, pesta besar-besaran memyambut ratu baru mereka kini sudah memasuki menit-menit akhirnya.
Salma O'Brien namanya. Seorang perempuan ketua pelayan yang sudah mengabdi cukup lama pada kerajaan Demonia. Rambutnya keriting kemerahan dan postur badannya yang cukup besar membuatnya diletakkan di dapur.
"Salmaa" Dari kejauhan, datang dua orang perempuan lain, yang satu mengenakan baju ala pelayan sementara yang satu lagi membawa sebuah busur dan anak panahnya di punggungnya.
"Salsaa" balas Salma pada perempuan yang mengenakan baju pelayan, namanya Emily Salsabila. Ia berbadan ramping dan tak jauh berbeda dengan Arum jika dilihat dari jauh.
"Apa yang dibutuhkan pemanah kerajaan di dapur ? Haha" Ucap Salma pada Eleanor Amelie, pemanah wanita kerajaan Demonia, Ia memiliki rambut panjang terurai dan selalu siap dengan satu set busur dan anak panah di punggungnya.
"Berjaga di Obelisk Tower selama dua jam sendirian ternyata tidak mudah" balas Amel lalu mengambil sebuah cup besar dan mengisinya dengan air putih, tak lama, cup itu telah kosong lagi.
"Aku harus membersihkan belasan kamar kastil bersama tiga orang amatiran, hanya untuk pelantikan ini. Lebih capek mana?" Tanya Salsa, beberapa butir keringat mengalir di pelipisnya. Mereka bertiga lalu tertawa kecil
"Tama." Panggil Arum pada jendral kerajaan Demonia itu, "Apa kamu loyal pada kerajaan Demonia ?" Tanyanya, "Tentu saja, ratu." Jawab Tama mengangguk.
"Buktikan." Ucap Arum tegas sambil memberikan sebilah belati pada Tama yang langsung kebingungan, "Aku ingin melihat jasad para tetua itu malam nanti. Kita akan mengatakan Empire sebagai pelakunya." Lanjut ratu itu membuat Tama terbelalak.
"Apa tak terlalu cepat ? Kredibilitasmu bisa terganggu, hari pertama dan enam orang tetua dibunuh." Tanya Tama ragu, "Kita tidak perlu penganggu macam mereka untuk menguasai seluruh Irlandia." Jawab Arum tegas, "Silahkan keluar ruangan." Tutup ratu itu sambil menunjuk pintu yang terbuka untuk Tama.
"Dan jangan lupa, buat semuanya terlihat seperti penyusup yang melakukannya." Pesan Arum, Tama hanya mengangguk kecil lalu keluar ruangan itu..
....
...
..
.
.
.
CRAATTT !!!
-- To Be Continued--
No comments:
Post a Comment