Tuesday, January 26, 2016

The Pandora Box : Antabellum. (Part 7)

The Pandora Box : Antabellum. (Part 7)
Tribute to Noveolus Genevus-Octopus Doublius
Oleh : Kanzia Rahman


TING!

Pintu lift terbuka di level 10. Afifat keluar dari kotak perak itu lalu mengambil jalan memutar, ia hafal benar tiap akses menuju level 12, dan menuju level paling atas gedung itu melalui lapangan penuh subjek percobaan bukanlah sesuatu yang ada dipikirannya.




Ia beberapa kali melihat bayangan-bayangan yang bergerak cepat dari satu ruangan ke ruangan lainnya, namun semua itu tidak membuat pria itu gentar, dengan kemampuan yang ia miliki dan semua yang sudah dilewatinya, sang direktur itu cukup yakin dia sudah berpengalaman.

"You get what you deserve.." gumamnya sambil berjalan. Jubahnya berkibar dalam tiap langkahnya, menambah kesan misterius Afifat bagi mereka yang tak mengenalnya. "Dua dari mahasiswa itu akan menemukan sesuatu yang besar, sebentar lagi.." Tutup sang direktur itu.

"Siap Do" Anwar dan Aldo melakukan tos, semangat mereka terkumpul dan rasa optimisme menjalar ke sekujur tubuh kedua mahasiswa itu. "Sut sut" bisik Anwar mengejek kepada dua orang berkepala anjing yang sedang menikmati santapan mereka, mahasiswa itu lalu menatap dalam kedua mata monster itu dan..

"GRAUGH GRAUGH !!" Kedua monster itu meninggalkan makanannya, Anwar segera berlari dan berbelok ke koridor tempat asalnya. Aldo menunggu di salah satu ruangan dengan banyak cairan yang sudah ia lihat, ia akan menumpahkan cairan itu saat kedua ekor monster datang berlari.

Raungan kedua monster itu semakin dekat, pintu ruangan Aldo masih terbuka, ia menunggu Anwar datang dan..

"Ini DO!!" Teriak Anwar panik, Aldo segera menarik Anwar untuk masuk ke ruangan bersamanya sambil menumpahkan cairan kimia ke lantai.

Zrash!! Aldo membanjiri lantai koridor didepan pintu ruangannya dengan cairan kimia berwarna hijau, Anwar menyusul kemudian dengan cairan lainnya yang berwarna biru, kedua mahasiswa itu bekerja sama sebelum monster itu datang.

Kedua monster itu terus berlari. Anwar dan Aldo lalu menutup pintu ruangan itu tapi membuat sedikit celah agar mereka berdua bisa melihat..

"Yaaaa !!" Teriak Anwar seketika saat kedua monster itu lalu terpeleset, terjatuh dan terpental cukup jauh dari mereka berdua. Kuku-kuku tajam dari sang monster meninggalkan bekas cakaran di lantai, memberi bukti bahwa monster itu sempat berusaha mempertahankan keseimbangan sebelum terpental cukup jauh.

"Ayo Warr ! Ihh nice deh !" Aldo lalu membuka pintu dan segera berlari, tapi.. BRAK!! Ia ikut terjatuh, nampaknya sang mahasiswa itupun terlalu antusias hingga lupa bahwa jebakan itu dapat menjebak dirinya sendiri.

"Meh lu ngapain Do hahahaha" Anwar yang sudah semangat pun kini lemas lagi akibat tertawa, Aldo meringis malu pada sahabatnya itu. Tapi, mereka lupa bahwa kedua monster itu hanya terpeleset, bukan mati..

"Enak lu War ketawa doang" ucap Aldo ketus lalu berusaha bangkit. Tiba-tiba, kedua monster yang tadi terkena jebakan mereka berlari dari belakang Aldo, mengincar tubuh kecil mahasiswa itu..

"Lari Do !" Teriak Anwar. Aldo refleks lari kembali kedalam ruangan asalnya. "Lu ngapain lari kesini Do malah balik lagi dong" kata Anwar, Aldo hanya menunjukkan muka bingung dan tak bersalah.

"Inget War, kita disini untuk bertarung, bukan untuk kabur" kilah Aldo sambil melotot dan memasang wajah serius, "Tumbenan lu Do jadi--" Ucapan Anwar terhenti, mereka berdua mendengar suara kedua monster yang sedang berlari ke ruangan itu..

Aldo segera mengambil dua buah labu ukur dengan warna serupa, menggunakannya sebagai senjata satu-satunya untuk menghadapi dua monster itu. Anwar lalu mengambil gelas ukur kaca yang tergeletak di lantai, ia memecahkannya, lalu mengambil pecahan beling yang paling besar dan tajam.

"GRAAA!" Teriak seekor monster sambil melakukan terjangan kearah Anwar. Mahasiswa itu bereaksi cepat dan menghindar ke sebelah kanannya.

2 vs 2. Round 2. Fight.

Anwar berdiri tegak, ia memegang kedua pecahan beling ditangannya. Sementara lawannya sedang menatap Anwar dalam dengan posisi seperti singa..

BUG! Dari belakang, seekor monster lainnya memukul punggung Anwar, membuat tubuh mahasiswa itu agak sedikit membusung. Monster dihadapan Anwar yang daritadi hanya melayangkan tatapan tajam ke lawannya itu lalu segera melompat dengan kedua tangan didepan..

SET! Dengan sigap, Anwar berhasil menghindar dengan melakukan posisi kayang. Kedua monster yang tadinya berada diatas angin itu bertabrakan, kini posisi berbalik, Anwar mengungguli mereka berdua yang sedang kesakitan akibat tabrakan satu sama lain.

"Buset Anwar kayang" gumam Aldo melihat sahabatnya itu. Anwar lalu bangkit, menarik salah satu monster dan menggorok leher monster itu dengan kedua pecahan belingnya, darah pun mengalir deras dan memenuhi tangan mahasiswa itu.

"Kalo lu kayang, gue sikap lilin ntar War" kata Aldo tak mau kalah, Anwar tak terlalu memperhatikan. Monster yang tersisa pun bangkit dan mendapat ruang yang cukup bebas untuk melancarkan sebuah serangan kearah kedua mahasiswa itu.

"Awas Do !" Aldo yang lengah menjadi sasaran. Monster itu lalu melakukan lompatan dan berusaha mengincar kedua kaki Aldo, Anwar dengan sigap melakukan sebuah tackle dengan kedua kakinya dan menyelamatkan temannya itu.

Aldo menendang kedua tangan sang monster yang mengenggam erat kaki Anwar, ia yang kebingungan lalu membanjiri monster itu dengan cairan yang berada di labu ukur yang digenggam oleh kedua tangannya, dan..

ZZAAPP !!

Monster itu menghilang, hilang, hilang. Kedua mahasiswa Oxford itu bertatapan satu sama lain dengan wajah kebingungan atas apa yang baru saja terjadi. "Widihh, keren kan gua gak perlu pake otot" kaget Aldo lalu membanggakan diri sendiri, "Udahlah yok mumpung gak ada monsternya" balas Anwar, mereka berdua lalu berjalan keluar ruangan, dan bergerak lagi..

"Anti-material ?" tanya Tama bingung, ia lalu melepas seragam lengkapnya, Adi pun melakukan hal yang sama. "Iya jadi tuh--" "Udah deh Dhil kita lagi capek jangan diajarin yang aneh-aneh" ketus Ainun memutus omongan Fadhil. Sementara itu, Amel masih terlelap ditemani Hani yang duduk disampingnya, Arum, Salma, dan Latriaz tidak berkata sepatah katapun, begitu juga Jiwo dan Ival.

"Emm.. Latriaz.. sorry yak tadi.." ucap Salma mencoba menghangatkan suasana, "Gak, apaan lo" jawab Latriaz judes, "Lah mikir dong, lo juga tadi hampir nembak gue" balas Salma tak terima, "Apaan sih kok jadi berantem" coba Hani memisahkan mereka.

"Heh lo juga tadi nembak temen lo ya" Latriaz menyerang Hani balik, "Lah kan yang penting gak mati" balas ilmuwan itu. "Lu juga hampir nembak gue" Ainun tiba-tiba menyerang Arum, sementara Tama, Adi, Jiwo, dan Ival mengambil beberapa makanan dan menyimak perdebatan antara para wanita.

"Lah kok lu jadi nyerang gue?" Arum yang sedang diam kini terpancing emosi, "Matanya biasa aja dong, gue panik tau gak haha" jawab Ainun lalu tertawa, menghindari debat-tak-berguna yang lebih panjang.

Amel membuka matanya. Hani, Salma, dan Latriaz terdiam sesegera mungkin, mereka menganggu tidur ilmuwan itu. "Gue.. udah.. mati ?" tanyanya dengan mata yang baru sedikit dibuka, menjadikan kedua mata itu sipit. Amel lalu memerhatikan sekelilingnya..

"Hani ?" tanya ilmuwan itu, Ainun langsung bergerak ke ranjang Amel, begitupula Latriaz, Salma, dan Arum. "Syukur lu selamat Mel" kata Ainun dengan mata sinis yang melirik ke Hani, semua orang disana mengerti apa maksud lirikan itu.

"Udah gausah dibahas" Amel lalu duduk, mengangkat tangan kanannya dan mengarahkannya ke Hani yang sedang merunduk, "Tos Han!" katanya ceria. Hani pun tersenyum dan membalas dengan tangan kanannya. Latriaz dan Salma pun bertatapan untuk sejenak..

"Wuahaha komuk lu kenapa sih Ma" kata Latriaz tak kuat menahan tawa, begitupula Salma yang langsung tertawa lepas, Arum dan Ainun juga bersalaman satu sama lain. Keenam wanita itu tampak seperti tak ada apa-apa yang terjadi pada mereka.

Tama dan Adi terlelap kelelahan, mereka telah melalui cukup banyak hal, setidaknya hari ini. Terutama kedua anggota GIGN itu, mereka telah diturunkan dari helikopter, melawan sedikit-banyak monster untuk kabur dan meninggalkan level 12, bertemu subjek 82-96, dan menyelamatkan para wanita.

"Wo keluar yok bosen gua" ucap Ival, Jiwo tak menjawab tapi mengangguk. Kedua mahasiswa itu lalu keluar ruangan dan menyusuri tiap ruangan di basement.

"Bentar Pal bentar" kata Jiwo, mereka berdua sedang berada di restroom, mahasiswa itu lalu menuju satu dari tiga bilik toilet yang tersedia. Sementara Ival menuju wastafel, membasahi kedua tangan dan rambutnya dengan air, lalu bercermin dan berkata, "Udah ganteng kan ya gua"

"WAAA !" Teriak Jiwo lalu keluar dari bilik itu. "Pal liat Pal!" Paniknya. Kedua mahasiswa itu lalu memerhatikan kloset yang terdapat disana. "Tadi pas gua buka penutup klosetnya ada tangan, eh sekarang tangannya gerak gila" lanjut Jiwo cepat.

GRAP! Dan benar saja, sebuah tangan kanan manusia tiba-tiba muncul dan meraih pinggiran kloset, jari-jari tangan itu dipenuhi darah dan sedikit bekas daging. Kedua mahasiswa yang melihatnya hanya terpaku..

Sebuah kepala anjing lalu muncul, nampaknya monster itu sejenis dengan monster yang dihadapi Aldo dan Anwar, Jiwo lalu bergerak cepat, ia menginjak tangan kanan itu, lalu menekan tombol flush kloset tersebut..

GLUP GLUP GLUP

Monster itu terbawa air, tapi kepalanya tak muat seutuhnya. Jiwo dan Ival bekerja sama menginjaknya sehingga kepala itu kini menutupi lubang pembuangan, "Gila ini badannya dimana Wo" ucap Ival kepo, "Ini pasti lobang dibawah klosetnya udah digedein jadi bisa aje beginian masuk kloset mah" jawab Jiwo.

Perhatian mereka berdua teralihkan, masih ada dua bilik lainnya..

BRAK!!

Dua bilik lainnya di dobrak dari dalam. Kedua monster didalamnya berbentuk manusia dengan struktur tubuh yang terbalik antara tangan dan kakinya. Jiwo dan Ival mundur sedikit, restroom itu berbentuk L dengan belokan kearah kiri yang langsung menuju koridor basement. Kedua mahasiswa itu dihadapi pilihan, berlari atau..

"WUAA!!!" Teriak Jiwo sambil meloncat kearah salah satu monster itu, ia lalu melakukan tendangan sambil meloncat kearah dada salah satu monster. BUAK !!! Suara monster itu saat terjatuh dan menghancurkan lantai sekitarnya.

"Sini !" Tantang Ival, ia lalu masuk kedalam bilik tempat Jiwo tadi, menutup pintunya, dan berdiri di sudut bilik..

BRAK!! Pintu itu didobrak oleh sang monster yang segera berjalan menuju kearah Ival. Mahasiswa itu dengan cepat menyapu kedua tangan yang berada di bagian bawah monster itu, lalu menenggelamkan kepalanya kedalam kloset..

FLUSH!! KRRRT CRAT CRAT. Ival menekan tombol flush, kepala monster itu hancur dan darah bermuncratan dimana-mana. "Ayo Pal ayo!" Panik Jiwo, mereka berdua lalu pergi dari toilet dan kembali ke ruangan asal mereka.

"Gus, gue tau gimana biar gue ama lu bisa lolos tanpa perlu tembak-tembakan" ucap Stevian ditengah hening. Kedua mahasiswa itu telah lelah menangis, sementara tak ada keputusan yang kunjung diambil oleh mereka berdua..

DOR!!

Stevian menembak tangan kirinya, menghancurkan ikatan yang mengikat sebelah tangannya itu, lalu melepaskan ikatan ditangan kanan dengan satu tangan. Bagus hanya terdiam.

Stevian dengan mudah melepaskan semua ikatan yang mengikatnya. Ia lalu beranjak, melepaskan lakban hitam yang menempelkan tubuh Bagus ke dinding. Ia juga menarik paku yang tidak begitu dalam menancap ke dinding, kedua orang itu kini bebas.

"Itu tangan lu berdarah Step" ucap Bagus, "Yaa ini udah win-win solution Gus, biar sama-sama lolos" balas Stevian sambil membersihkan sedikit darah yang mulai mengucur, "Udah gausah panik, lemak gue banyak, ga bakal mati kok gua" lanjut mahasiswa berkacamata itu.

"Gini aja, gue, sama Adi. Fadhil, Jiwo, sama Ipal. Gimana tuh ?" tanya Tama, sepuluh orang yang mengisi basement itu kini sedang menyusun rencana, Jiwo dan Ival sudah menceritakan semuanya. "Berarti yang ceweknya gue, Ainun sama Latriaz, terus Hani jadi guide dua mahasiswa kita" ide Amel lalu melihat kearah Hani.

"Okee Wo kita combo lagi ntarr" ucap Ival sambil melakukan tos dengan Jiwo dengan ceria, Fadhil yang pembawaannya ramah pun ikut senang. "Gue, Adi, Ainun, Latriaz, Amel ke rooftop buat nyalain flare, kita gak bakal bisa yang namanya survive disini" kata Tama berusaha mengembalikan rapat mendadak mereka ke jalur serius.

"Terus Anwar Aldo sama Stevian Bagus gimana dong?" tanya Salma, "Iya justru itu yang kita lakuin, mereka ke rooftop, nah kita ke Level 12 buat nyelametin empat temen lu itu" jawab Hani menjelaskan ke Salma. "Nah cakep Hani" sahut Tama, "Cakep orangnya apa cakep idenya nih Tam?" tanya Adi iseng, "Dua-duanya aja gimana" jawab Tama membuat kedua pipi Hani merona merah.

"Kalo jam gue bener, sekarang jam 3 sore, kita berangkat pas malem aja" kata Latriaz, "Nahh yaudah bener tuh, flare kan lebih keliatan pas malem" Adi setuju, "Kiw kiw" balas Tama kepada Adi yang tak menjawab tapi tertawa kecil, begitupula Latriaz..

Sepuluh orang itu lalu beristirahat, mungkin jadi waktu senggang yang terakhir untuk mereka. Tapi, yang jelas, mereka akan melakukan semua yang mereka bisa, dan berjuang hingga titik darah penghabisan..

"Antabellum. Cocok banget sama keadaan sekarang" kata Amel yang sedang terduduk, "Bahasa Latin, artinya itu keadaan sebelum perang kan ? Gue ngerti haha" ucap Arum. Kedua kalimat itu menutup semua pembicaraan sore itu. Mereka semua lalu terlelap untuk berperang habis-habisan..

Antabellum.



-- To Be Continued--


Jangan di exit dulu.

Anyway, tanggal 1-2, ada Try Out yang mungkin akan menyebabkan Pandora Box part 8 agak sedikit terlambat. Judul part ini juga sebenernya cocok untuk keadaan sekarang, masa-masa menjelang perang. Wkwk. Stay tune.

No comments:

Post a Comment