Friday, January 1, 2016

The Pandora Box : Beginning Of The End. (Part 1)

The Pandora Box : Beginning Of The End. (Part 1)
Tribute to Octopus Doublius-Noveolus Genevus
Oleh : Kanzia Rahman

"Ugh.." Arum membuka matanya perlahan, mencoba mengembalikan kesadaran utuh jiwanya. Hening. Terlalu hening, mungkin. Ia mendengar detak jantungnya yang diikuti suara dengung panjang. "Apa yang.. Salma !?" Gadis itu lalu bangkit dan meraih tubuh Salma yang tergeletak begitu saja.

"Ma !! Salma !!" Teriaknya mencoba membangunkan sahabatnya tersebut. Arum lalu melihat keadaan sekitar, ia dan Salma berada didalam sebuah ruangan dengan ukuran kira-kira 3x3 meter. Salah satu sisi ruangan itu gelap, terlampau gelap hingga mereka tidak tahu ada apa disana, sementara 3 sisi lainnya berwarna putih keemasan. Matanya lalu berkunang-kunang, ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi..

------------

Oxford University, 2023. 7 hari sebelumnya.

"Kepada beberapa mahasiswa dan mahasiswi terbaik se-Oxford, kami hadiahkan kepada kalian semua.." "Apa sih formalitas sangat" Ucap mahasiswa disebelah Arum. Pidato acara dari Professor Hartono memang terlalu panjang, ia tak dapat menolak fakta itu. 

"Dewi Arinanda dan Salma Adilla dari jurusan Kedokteran. Dipersilahkan maju kedepan" sebut Head Professor yang mengepalai Oxfordshire University. Salma lalu menarik tangan Arum dan maju kedepan barisan, berdiri disebelah podium tempat sang kepala universitas berdiri, "Lalu.. Stevian Khansa dari jurusan Seni Rupa Kreatif dan Desain" lanjutnya, seorang laki-laki lain dengan kira-kira tinggi 175cm dan sedikit berisi maju kedepan. Ia lalu memperbaiki posisi kacamatanya dan berdiri disebelah Salma.

"Geraldo Alvito dari jurusan Bisnis dan Manajemen" Seorang mahasiswa lain maju kedepan dengan gaya jalannya "Terakhir. Anwar Fajar, Muhammad Bagus, Jiwo Prayudo, dan Alifya Kholifal sebagai tim yang memenangkan event tahunan boat race. Silahkan kedepan.." Tutup Professor Hartono. "Ini suruh ngapain sih?" Bisik Arum pelan ke Salma yang tidak menjawab, namun menujukkan gesture 'shh'

"Atas bakat dan kepintaran kalian. Kalian dipersilahkan untuk melihat dan mempelajari fasilitas CERN yang terletak di Genewa, Swiss selama 7 hari 6 malam dengan gratis. Semua biaya telah ditanggung oleh Universitas. Nikmati libur kalian" ucap Professor Hartono lalu turun dari mimbar dan memberi ucapan selamat pada nama-nama diatas

-------------

"Rum ?" Arum tersadar dari sesi ingatannya kala seseorang memanggil namanya. "Salma ? Lo udah bangun Ma?" Arum lalu bangkit dan meraih Salma, "Sorry Rum.. Gue liat terlalu banyak.. Gue petakilan Rum" lanjut Salma dengan nada menyesal. "Lo ngomong apa sih Ma, gue ga ngerti, yang penting kita keluar dari sini dulu" balas Arum

"Temanmu itu benar.. Kalian melihat terlalu banyak" ucap seseorang dari sisi gelap ruangan itu. Lalu tiba-tiba lampu pun menyala dari sisi gelap yang kini tak lagi gelap. Mereka berdua berada didalam sel. 

Begitupula dengan Stevian-Aldo, Anwar-Jiwo, dan Bagus-Ival. Mereka semua berada di 4 sel terpisah dengan masing-masing dua orang didalamnya. 4 sel itu membentuk lingkaran dengam besar masing-masing sel 25% dari luas lingkaran

Ditengah-tengah lingkaran, seseorang dengan jas dokter berdiri. Sebuah meja yang setinggi paha orang itu berada didepannya, ia membelakangi Arum dan Salma. "Aku senang karena akhirnya kamu tahu diri" lanjutnya menyelesaikan ucapannya tadi. 

"KRIING" "Ya?" Jawab orang tersebut dengan seseorang yang menelponnya, "Hm. Akhirnya kotak pandora akan dibuka, jangan membukanya tanpaku" tutupnya lalu mematikan panggilan telpon tersebut.

"Ketahuilah. Aku ingin berlama-lama bersama kalian.." Ucap orang itu kepada Arum. Ia berjalan menuju sel Anwar dan Jiwo. Keduanya masih tertidur lenyap. Sang pria dengan jas dokter lalu membuka sel itu dengan beberapa kombinasi angka yang ia masukkan kedalam sebuah kotak yang terdapat di sisi luar sel.

Dengan mudah ia menyeret Jiwo dengan menjambak rambut teman Arum itu. Lalu melakukan hal yang sama ke sel Bagus-Ival dan membawa Ival. Setelah menutup kembali sel, ia, Jiwo dan Ival berada di tengah-tengah ruangan, SET! Ketiganya terangkat keatas saat lantai yang mereka berdua pijaki perlahan naik

Arum menyadari adanya perbedaan tinggi lantai antara tempat sang dokter itu berpijak dengan lantai disekitarnya. "Itu lift kan Rum?" Tanya seseorang dari sel seberang. Aldo berdiri di sel seberang dan memeluk jeruji selnya. "Iya" jawab Arum singkat

"Pandora Box apaan?" Tanya Arum balik. "Legenda Yunani kuno gitu. Pandora Box dilarang untuk dibuka karena isinya semua keburukan didunia, tapi pada akhirnya kotak itu dibuka dan melepaskan semua hal buruk di dunia" jelas Stevian, "Wabah penyakit, perang, kelaparan, kematian. Tapi masih ada 1 hal lainnya dalam Kotak Pandora. Harapan" tutup mahasiswa berkacamata tersebut

"Berarti itu pengen nyebar kejahatan di dunia dong?" Bagus bangkit lalu berdiri dibelakang jeruji selnya, "Iya kayaknya" jawab Aldo. "Terus sekarang.. Ngapain?" Pikir Arum. Semua terdiam seketika tak menjawab.. "Jiwo sama Ival kenapa dibawa deh?" Tanya Salma yang telah bangun, ia mencoba recall kembali apa yang terjadi..

-----------

CERN Facilities. 48 jam yang lalu.

"Jiwo jangan petakilan napa Wo" ucap Bagus. Delapan mahasiswa itu memasuki laboratorium berbentuk bola dengan tulisan didepannya "Nuclear research for Human cell". Pintu kaca otomatis dengan lambang CERN terbuka. Dua orang security lalu melucuti tas mereka dan memasukannya dalam mesin sensor

Didepan mereka ada sebuah pertigaan dengan sebuah meja resepsionis dihadapan mereka. Dibelakang meja tersebut terpampang logo CERN yang besar, "Ah, Oxford ?" Tanya seorang perempuan yang datang dari arah kanan dengan jas laboratorium. 

"Oxford." Jawab Aldo cepat lalu menjabat tangan perempuan itu. Ia lalu melihat sebuah nametag dengan nama "Hanifa Utami" yang digantung di lehernya. "Hanifa Utami. Ilmuwan level 1 dalam bidang sel manusia. Senang untuk bertemu kalian" kenalnya lalu menjabat tangan ketujuh teman Geraldo lainnya.

"Lewat sini" ucapnya lalu memimpin jalan kedelapan mahasiswa itu. Mereka berdelapan lalu menuruni tangga memutar yang berada dibalik pertigaan tadi, menuju kompleks laboratorium yang terletak bawah tanah. 

Sembilan orang itu sampai di kawasan laboratorium. Mereka lalu berjalan sepanjang koridor bercat putih dengan pintu disebelah kiri dan kanan dan papan petunjuk yang berada diatasnya.

Sejumlah ruangan telah dimasuki dan dijelaskan secara mendetail oleh Hanifa. Mereka sampai ke salah satu ruangan yang berada di ujung koridor.

"Apa yang sebenarnya dikerjakan di gedung ini sebenarnya bukan untuk umum" ucap Hanifa sambil menutup pintu ruangan itu. "Kami mencoba untuk mencapai puncak pencapaian terbaik kami dengan cara ilmiah" lanjutnya lalu menyalakan sebuah proyektor dan duduk dibelakang meja dengan sebuah laptop didepannya.

Proyektor itu menampilkan berbagai eksperimen dalam gambar hitam putih sampai berwarna. Dengan track record waktu dan tanggal yang terdapat di bagian ujung kanan bawah setiap rekaman. Salah satunya menunjukkan manusia yang dimasukkan kedalam tabung lalu dipasangi selang-selang disekujur tubuhnya.

"2020 bulan dua belas tanggal satu. Kode subjek 82-96. Tes kesadaran dan percobaan mengambil alih kepercayaan subjek dengan melakukan percepatan sel dengan tembakan berkecepatan lima puluh persen kecepatan cahaya. Tes dimulai" ucap seseorang didalam video tersebut. Sementara orang yang tadi dimasukkan kedalam tabung tidak diberi bius ataupun tertidur

"RRRRR !!" Sebuah jarum turun dari bagian atas tabung tersebut, lalu berbelok. Mata jarum tajam itu mengarah ke bagian tengkuk sebelah kiri subjek. Lalu merangsak masuk dengan menusuknya, menghancurkan pembatas antara kulit dan otak, lalu menghancurkan salah satu saraf terkecil di bagian otak manusia "AAAA!" Teriak subjek itu, namun tabung itu kedap suara. Mereka hanya bisa melihat ekspresi dari subjek yang kesakitan luar biasa

"PIP!" Hanifa lalu mematikan rekaman tersebut, "Subjek itu. Kami baru saja mencoba mengambil sampel dari bagian memori di otaknya. Jarum tersebut tepat mengenai sesuatu yang disebut 'Spindle Circumvolupia' dan menghancurkan memorinya." jelas Hanifa

"Lebih tepatnya, transfer memori." Seseorang tiba-tiba masuk kedalam ruangan itu lalu menutup kembali pintunya. "Kau memberi tahu terlalu banyak" Ucap orang itu, "Kenapa tiba-tiba sekali kesini, Fadhil ?" Tanya Hani balik. "Aku hanya mengambil beberapa yang tertinggal" jawabnya lalu mengambil beberapa map di meja tempat Hani duduk, "Oh iya, kudengar sebentar lagi Kotak Pandora akan dibuka. Bersiap-siaplah" tutup orang itu lalu berpaling dan keluar dari ruangan.

"Transfer memori ?" Tanya Salma memecah keheningan, Hanifa hanya terdiam untuk sesaat. "Apa kalian tahu sebenarnya apa yang sedang kami lakukan ? Kami mengambil memori tiap orang, kenangannya, mencoba melakukan visualisasi dengan kenangan itu. Tapi itu semua baru bagian terkecilnya." jawab Hanifa

"Kami mencoba menciptakan Tuhan." 

Lanjut ilmuwan dengan rambut diikat tersebut yang membuat kedelapan orang lainnya terlihat kaget. "Lebih tepatnya, orang-orang dengan jabatan lebih tinggi diatasku. Mereka memiliki ideologi Agnostik. Mereka mendewakan Ilmu pengetahuan dan menerapkannya dalam konsep lebih tinggi, yaitu dengan cara menciptakan Tuhan" tutup Hanifa

"Sebenarnya aku menentangnya. Konsep pemahaman adanya Tuhan bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan dengan Ilmiah. Itu semua tidak ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan." ucap ilmuwan itu lagi sambil sedikit menunduk.

"Baiklah, lebih baik kita melanjutkan tour" Ia lalu berdiri, mereka bersembilan keluar ruangan. Di sebelah kiri ruangan itu terdapat persimpangan, sementara disebrang ruangan ada sebuah pintu dengan tulisan "No Entrance" yang ditempelkan

"Jangan kaget" ucap Hanifa, mereka lalu memasuki sebuah koridor kecil dengan 2 buah pintu bersebrangan yang tak berjauhan. Namun.. "Kepada Ilmuwan level 1 dengan nama Hanifa Utami. Dipersilahkan menuju Ruangan Staff di Blok 2E" panggil sebuah speaker yang diletakkan dikoridor kecil itu

"Tunggu sebentar ya, jangan kemana-mana" Hanifa lalu pergi. Tak lama. Salma menyadari bahwa Ival dan Jiwo tak bersama mereka lagi, "Loh, Ival sama Jiwo dimana ?" Tanyanya. Ditengah kebingungan, sebuah ventilasi yang berada diatas mereka menyemprotkan gas kehijauan.

------------

"Seinget gue sih Jiwo sama Ival kepisah pas disana" ucap Salma pada yang lain. Mereka semua hanya bisa terdiam dan menatap satu sama lain..

Lalu dalam seketika, lampu yang bersinar diatas mereka berubah menjadi sebuah sirine yang berwarna kemerahan. Sirine itu berbunyi keras diseluruh penjuru ruangan.

"Apaan nih apaan !" Anwar terbangun kaget, Ia lalu melihat kearah teman-temannya yang juga dikurung dalam sel.

"SETTT !" Keempat sel itu terbuka. Jeruji yang mengekang mereka perlahan terangkat keatas dan menghilang. "Dih kok" kaget Geraldo, ia langsung mundur kebelakang

"SET!" Lantai dimana Ival dan Jiwo tadi dibawa kini turun lagi. Cukup untuk mengangkut 5-6 orang untuk keatas, kelima orang itu spontan berlari ketengah ruangan. "War sini War buruan" ucap Bagus, tanpa pikir panjang Anwar berlari ke tengah ruangan

Sementara suara sirine tak berhenti, lantai kembali terangkat dan bergerak ke tempat yang lebih tinggi..

"CRAATTT !!!"


-To Be Continued-

No comments:

Post a Comment