Saturday, November 28, 2015

The Fall.

The Fall.

Tik tik tik

"Sudah waktunya, kah ?" Pikirku disuatu malam tak berawan. Malam itu sangat sunyi, hingga aku mendengar suara yang berkepanjangan dan terus-menerus berbunyi. Rupanya jam tanganku berputar dengan suaranya sendiri.





Suatu hari nanti. Kala roda berputar dan aku akan berada dibawah, mungkin aku akan mengutuk dunia ini karena merasa mereka semua bersatu untuk menjatuhkanku, bekerja sama dan berpangku tangan untuk menjegal tiap langkahku yang berat. Menyingkirkanku dari tangga menuju tingkatan paling atas.

Aku bisa berada dimanapun dan kapanpun pada saat itu. Saat kejatuhanku. Saat keruntuhan itu datang dan mengundang air mata. Entah apa yang menjadi kerugian terbesarku saat itu. Bisa saja dalam bentuk apapun. Dan belajar merelakan adalah salah satu hal yang sedang kulakukan saat ini.

Tapi ketahuilah, semua percobaanku untuk melarikan diri dari kejatuhan itu tidak pernah bertujuan untuk hanya membuang waktu. Aku benar-benar merasakan dinginnya badai yang sebentar lagi akan datang. Aku mencium hawa tak mengenakkan dari badai itu yang akan menyapu diriku.

Ketika bayangan masa lalu menghantuiku lagi, bintang-bintang akan meredup sejenak, dan cahaya-cahaya mereka akan memudar. Meninggalkanku di malam tergelapku, menyerahkan semua kekuasaanku kepada kedua tanganku sendiri. Melepaskan semua bantuan mereka. Lalu pergi tanpa sepatah kata pun.

Pada saat itulah aku menyadari bahwa semua pilihan itu berada ditanganku. Bahkan sebuah pilihan yang mengarah ke kejatuhan, atau justru meroket ke angkasa. Lalu, aku akan memaksa waktu untuk mundur beberapa langkah. Melawan hukum alam dengan mematahkannya, menolak garis takdir yang telah diberikan dan memberontak apa yang telah dituliskan untukku.

Kejatuhan ini memberiku sebuah teka-teki dan menyisipkannya ke kehidupan ini. Tapi entahlah, mungkin aku belum mendapat tanda-tandanya. Sama seperti kamu yang belum (atau bahkan tidak akan) memecahkan sedikit teka-teki yang kuselipkan di postingan sebelumnya.

Percayalah, malam ini lebih dingin daripada malam-malam sebelumnya.

Dan ketika malam mencapai titik terburuknya. Aku dipaksa untuk bergerak, menuju persimpangan kedua. Checkpoint lainnya yang mengingatkan aku atas menipisnya waktu kita untuk bersama. Justru disaat seperti ini, aku baru menyadarinya.

Di tepi persimpangan nanti, aku akan berdoa untuk keberhasilanku, dan keberhasilanmu. Kompetisi ini tidak dilakukan oleh dua orang saja, bukan ? Jangan lupa untuk melakukan hal yang sama. Wkwk. Oh iya, akupun menyambut hangat persaingan ini. Good Luck, Have Fun. :)

Ada ratusan orang lainnya yang berjalan ke persimpangan yang sama. Kemenangan adalah hal paling pasti yang bisa menyelamatkanku dari kejatuhanku. Jika persimpangan kemarin kau lengah, maka bisa saja aku yang lengah dalam persimpangan kali ini.

Kumohon. Pastikan aku tidak lengah dan patahkan kejatuhanku kali ini.

No comments:

Post a Comment