Wednesday, November 25, 2015

Medicine.

Medicine



"Raungan tentara itu semakin kencang saat sebuah peluru lain menghujam kakinya.." Tik tik tik tik tik, bunyi keyboard yang timbul akibat kencangnya tekanan yang diberikan penulis ke papan dengan huruf itu. Layar laptopnya menampilkan sebuah naskah cerita yang ditulis olehnya.




""Ikuti aku !", teriak salah seorang petugas medis yang membawa tandu. Mereka lalu menarik keluar sang tentara dan menyelamatkan nyawanya." Sang penulis lalu berhenti. Ia menatap kecil ke langit luar jendela, awan mendung mengisyaratkan hujan deras akan turun lagi. Sementara penulis itu memikirkan sebuah obat yang dulu dipakai kala masa perang.

"Zraash !!" Hujanpun turun sepersekian jam kemudian. Salah satu tangannya mengetuk-ngetuk pulpen ke meja. Sementara tangan lainnya memegang gelas berisi coklat panas yang membawa coklat itu turun menghangatkan kerongkongan dan menyegarkan kembali pikirannya.

Kalau ditanya tentang "Obat", apa sih yang akan muncul dipikiran orang ?, muncul jawaban beragam. Sebagian menjawab dengan berbagai jenis obat yang bahkan aku sendiri tak hafal. Sementara sebagian lainnya menjawab dengan jawaban sendiri, seperti kasih sayang. Atau bahkan sekedar senyum.

"Ya, melihat dia tersenyum pun sudah menjadi obat dari kesakitanku." Dan berbagai jawaban lainnya, tapi sepertinya aku harus mengakuinya. Senyummu pun salah satu obat terbaikku, terima kasih, ya. Oh iya, nampaknya hujan akan turun setiap hari, sakit bukanlah sebuah pilihan, bukan?

""Aku hanya ingin menitipkan pesan.." Ucap tentara tersebut terputus kala dunia berubah untuknya. Sebuah ranjau yang terinjak oleh salah seorang petugas medis memutuskan tali nyawa untuknya dan 4 orang lainnya." Sang penulis itu lalu beranjak sejenak. Berpikir lagi untuk alinea baru dari naskah tersebut.

Medis, ya. Berhubung aku seorang petugas medis, bagiku, obat terbaik untuk mereka yang membutuhkan adalah rasa tenang dan nyaman. Separah apapun penyakit maupun lukanya, jika sang penderita telah mendapat kedua rasa tersebut, maka akan membuat proses pengobatan berjalan lebih cepat.

Efektif. Mungkin itu kata yang paling cocok untuk mengungkapkan kenapa aku memilih rasa tenang dan nyaman sebagai obat terbaik di dunia ini. Bagiku, itulah kenyataannya. Meski terkadang aku tak bisa menyangkal semestaku berhenti sejenak saat melihat senyummu yang mengembang pasif di bibir itu.

Langitpun semakin pekat. Begitupula dengan petir dan gemuruhnya yang meninggalkan jejak berupa ketegangan di hati manusia. Berjanjilah padaku, suatu saat nanti kau akan membuka semuanya. Menanggalkan gaun penuh rahasia yang berwarna hitam dan sangat kusukai itu. Menyerah pada suasana langit yang membiru duka.

Inginku gagal, mungkin bintang-bintang pun berkata tidak pada rasa penasaranku itu. Entah apa sebabnya, tapi aku tahu bahwa kau dan sang bulan yang bersembunyi di awan hitam itu sedang merahasiakan sesuatu yang aku tidak tahu dengan pasti. Tidak ada yang bisa kulakukan selain menunggu waktu untuk datang dan membawa kepastian, bukan ?

Atas ke bawah. Begitulah caraku meneliti setiap bagian dari tubuh manusia yang menyimpan rahasia. Begitupula dengan semua perkataannya, dan semua tulisannya. Aku membaca pesan yang terselip diantara hurufnya, dan aku menyukai kepolosan dan kejujuran dari seseorang yang sedang berduka. Meski disaat yang bersamaan, aku menolak fakta bahwa akupun (sedang) menyimpan rahasia.



;)

No comments:

Post a Comment