Thursday, October 22, 2015

Spektrum Imajinasi.

Spektrum Imajinasi.

Spectrum high quality hd wallpapers 095


Aku menatap damai ke tenangnya udara di hari ini. Kicauan burung berhenti dikala malam menyapa, awan dipenuhi oleh polusi dan mengubah warna abu-abu menjadi hitam, menutupi pemandangan langit yang hanya setitik kecil dari luasnya galaksi diluar sana.

Pengamatan ini kulakukan dalam diam dan sunyi. Banyak orang berkata bahwa diam itu adalah emas, dan aku percaya bahwa inilah harta terbaik milikku yang kedua setelah ilmu pengetahuan, kediaman dan ketenangan yang aku miliki.





Oh, aku selalu bertanya-tanya pada diamnya tiap orang, entah mereka yang biasanya berkicau, atau bahkan yang memang pendiam. Aku ingin mengetahui apa yang mereka pikirkan dalam diam, dan mereka pendam dalam-dalam.

Diamku menyimpan berbagai arti. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan jika tidak membantu adalah diam, banyak hal yang tidak sebaiknya kulakukan, dan aku mengubahnya menjadi diam, tak peduli dendam, kejam, dan asam yang telah kutempuh, aku tutup semua dalam diam. Dan, bungkamnya diriku adalah caraku memberitahumu bahwa aku sedang berpikir, jadi, tolonglah.

Aku tenggelam dalam imajinasiku, bersama semua ilusi dan fantasi. Berusaha memasuki pikiran tiap tubuh manusia yang kulihat. Memudarkan perasaanku dan mengikuti akal pikiran mereka, meniru bagaimana mereka berpikir, dan melihat dunia ini dalam kacamata yang berbeda-beda.

Dan aku menganggap bahwa pikiran tiap orang adalah dunia baru yang bisa kujelajahi, dengan warna langit yang berbeda-beda, tergantung interpretasiku terhadap cara pikir dan pandangan mereka, maupun perasaan dan sifat mereka.

Aku memiliki nama-nama orang dengan warna merah di imajinasi mereka. Berani, tegas, aktif, dan enerjik. Cerminan langsung dari warna yang seakan membakar tubuh mereka agar terus bergerak dan tidak bisa disuruh untuk tenang.

Aku ingat mereka yang berwarna kuning. Lambang dari sang surya yang melambangkan kehangatan, sosialis, kerja sama dan tolong menolong. Mereka akan berada di barisan terdepan untuk membantu satu sama lain dan bergotong royong.

Aku hafal mereka yang langit imajinasinya berwarna putih. Mereka damai, suci, dan rapih. Mereka terbiasa bermain dengan warna putih lainnya. Kendati begitu, ini bukan berarti mereka sempurna dan merupakan antonim dari warna hitam. Tidak.

Aku juga mengingat mereka yang memiliki warna hijau, mereka produktif dan tumbuh seperti rerumputan, dan memiliki persahabatan yang erat. Mereka yang bisa menenangkan dikala susah, dan mereka yang bisa membantu jika aku dalam kesulitan.

Oiya, aku hampir lupa dengan mereka yang berwarna biru. Mereka adalah orang-orang yang dapat kupercaya, loyalitas, dan cerdas. Mereka memiliki tingkat intelijen yang hampir semua orang bisa mengakuinya, termasuk diriku yang mengakui mereka sebagai 'biru'.

Dan dari semua warna. Aku paling suka warna hitam. Lambang dari misteri, dan tampil sebagai pengubah persepsi, pengendali pikiran dan simbol dari sebuah kekuatan.

Bukan. Mereka bukanlah antagonis dari 'putih' seperti dalam Yin-Yang. Hitamku memiliki arti kemisteriusan yang tertanam, sebagai simbol dari perspektif tiap orang terkait suatu hal. Warna murni yang membedakan jika seseorang adalah putih maupun warna lain. Hitam adalah warna yang menurutku, identik dengan kegelapan.

Karena aku tidak menyukai lampu sorot yang berkelap-kelip dimanapun, aku termasuk seorang nocturnal yang hanya bisa menikmati alam sambil memandang ke awan yang menggantung dilangit dan menyembunyikan bintang-bintang diantara mereka. Aku lebih tenang dalam keadaan sunyi dibanding harus bertatap muka dan berbicara dengan ribuan orang yang tak kukenal dengan pasti.

Dan itulah yang aku temukan dalam gelapnya malam. Kala langit sudah menyorotkan cahayanya ke bagian bumi lain, aku akan senantiasa muncul ditempat aku bisa menikmati mereka, mengamati pudarnya warna awan dan tenggelamnya bintang-bintang, lalu menyadari hitam adalah warna yang mendominasi langit saat ini.

Aku tidak mengatakan dengan pasti bahwa setiap orang hanya memiliki satu warna, tidak. Tiap orang merupakan palet dari warna-warna yang mereka miliki. Warna-warna itu bercampur menjadi satu dan membentuk sebuah spektrum dengan kemungkinan tak terbatas yang masih dapat berubah dikemudian hari.

Pelangi terbentuk dengan sendirinya setiap hari bagi mereka, semua warna yang mereka miliki merupakan cahaya dalam diri mereka yang akan bersinar dalam wujud yang berbeda-beda.

Aku menyukai pemandangan itu, tak kurang dan tak lebih aku menyukai pemandangan malam penuh bintang. Saat semua warna mereka keluar dan menghiasi langitku yang tak sekedar biru. Langkah kaki dan bekas sentuhan mereka berwarna sesuai emosi yang dikeluarkan.

Warna itu tidak perlu cahaya untuk bersinar, Apalagi suara yang berkumandang keras membuktikan keeksistensiannya. Mereka ada, selalu berada disana dan menjadi sebuah trademark dari seluruh umat manusia yang hidup di muka bumi ini.

Imajinasiku menghadirkan ratusan, bahkan ribuan spektrum lainnya. Imajinasiku lalu membentuk sebuah spektrum sendiri dari spektrum lainnya yang memiliki angka infinity, tak terbatas layaknya otak manusia. Mereka akan selalu menempel di otakku untuk membentuk spektrum lainnya.

Imajinasiku tidak hadir hanya untuk melekatkan warna sebagai trademark seseorang, ia hadir untuk memberiku ide, teori, pemikiran, bahkan fantasiku, yang tinggi sampai yang terdalam, yang terang sampai yang tergelap. Imajinasiku berhak mendapat penghargaan sendiri karena telah membantuku secara tidak langsung.

Karena imajinasi -meskipun fana- bersifat tidak terbatas, aku mengumpulkannya dalam spektrum yang juga tidak terbatas, untuk membentuk kumpulan dari sebuah kumpulan atas beberapa kumpulan dan sebuah imajinasi lainnya.

Dan, kumpulan dari kumpulan atas kumpulan untuk berbagai kumpulan imajinasiku itu kuberi nama "Spektrum Imajinasi".

No comments:

Post a Comment