Monday, September 21, 2015

The Good and The Evil.

The Good and The Evil.


Note : Postingan ini dipost tanggal 21 September 2015, semua kata "Hari Ini" terjadi pada tanggal 19 September 2015.


Hari ini, gue bangun dengan semangat yang menggebu-gebu, ditengah dinginnya udara dan belum datangnya matahari, gue terbangun dengan mata yang belum tertutup sedari tadi.

Bukan, ini bukan hari spesial amat buat pribadi gue sendiri, tapi hari ulang tahun PMI yang ke 70, dan kota Depok yang tercinta ini ngadain lomba, gerak jalan 10km buat PMR Madya-Wira.




Jadi 1 diantara 9 orang dari 30 orang yang terpilih cukup membuat gue bangga. Karena ini pertama kalinya sekolah gue mengikuti lomba untuk Palang Merah Remaja.

Dengan jam orang Indonesia (ngaret), gue sampai disekolah, angkot yang dipesan sudah memanaskan mesin, last minute.

Setelah mendapat sedikit pencerahan dan tips, 9 orang termasuk gue dilepas, mewakili dan membawa nama baik sekolah.

Pukul 9 lewat perlombaan dimulai, perlu gue akuin, disaat yang lain menggunakan perlengkapan selengkap mungkin dan mempunyai banyaknya chants, kita minim persiapan dengan hanya 2 chants dan tanpa atribut lengkap.

Oiya sebelum lebih jauh, rute yang kita tempuh berbentuk oval dengan garis start yang jadi garis finish juga. Setiap sekolah memulai langkah satu persatu, enggak barengan. Sepanjang 10km gak ada tim yang boleh membawa minuman maupun makanan dalam bentuk apapun.

Good Luck, Have Fun.

10 menit berjalan, kita udah ngeliat kelompok lain yang berangkat lebih awal udah jalan pulang ke garis finish. Beruntung bukan kecepatan yang dinilai.

Segera, hal itu jadi pacuan untuk kita. Jarak sejauh 100m dengan 3 kelompok yang berjalan didepan kita berhasil terpotong.

Yak, tantangan lain.

Kelompok didepan kita berjalan santai, dengan langkah tergontai dan tak bersemangat, dan tebak apa ? Dua diantara mereka membawa minuman dan dengan santai meminumnya. Diikuti sebuah handphone yang tersambung dengan sebuah kabel yang bisa gue tebak mengarah ke powerbank.

Dan siapa tahu, galeri mereka penuh dengan selfie maupun groufie sepanjang perjalanan. Hueheh. :v

Kami sampai di sebuah putaran yang vital dalam rute. Arus balik menuju garis finish, tempat untuk menyudahi lomba ini sekaligus menghapus keringat yang membasahi tubuh.

5 kilometer yang terasa pendek jika menggunakan kendaraan menjadi jalanan terpanjang yang sedang gue daki. Gue memperhatikan detail tiap kerikil yang bertebaran yang sama sekali gue lupakan dengan kendaraan.

Jujur saja, mendapat nomor urut ke-27 dan minimnya persiapan membuat gue merasa kita dalam posisi yang sulit. Hanya mencoba realistis.

Ditengah keputusasaan, ada jalan yang tuhan tunjukkan. Gue melihat kekompakan yang hadir begitu saja diantara kita. Entah itu gerakan kaki kiri dan kanan, atau saat memberi hormat kepada juri yang kita lewati.

Kelompok kami terlampau serius, hanya 2 orang dibelakang yang menjawab pertanyaan simple tapi sangat berpengaruh dari sang juri, "Nomor urut berapa ?"

Gue enggak sempet ngeliat jam tangan begitu kita sampai. Ramainya kelompok lain yang sudah beristirahat terlebih dahulu menyesakkan pemandangan.

Gorengan dan sembilan botol air minum segera dilahap. Tak peduli entah itu milik siapa, setiap dari botol itu tidak bersisa dalam kurun waktu yang singkat. Canda tawa mengikuti kami setelah berjalan.

Angkot datang, membawa pulang kami ke sekolah. Hanya guru yang bertahan disana, menunggu hasil pengumuman yang disaat yang sama, gue merasa pesimis. :v

Kamipun sampai disekolah. Segera setelah makan siang bersama berakhir, pengumuman datang dari sebuah grup WhatsApp sederhana milik kita.


Mind = Blown.

Pesan itu datang disaat kami sedang dalam perjalanan kerumah masing-masing. Screenshot bukan diambil dari hape gue, tapi satu dari sembilan orang lain.

Beban gue, dan gue rasa beban kedelapan orang lainnya tumpah begitu aja, entah bagaimana yang lain mengekspresikannya, gue membagi kesenangan itu kepada kalian yang membaca postingan ini.

Gue ngerasa berdosa karena sempet pesimis. Asli. Tuhan rasanya nampar gue tepat dimuka dan membuat gue sadar kalo enggak ada hal di muka bumi ini yang bisa gue prediksi.

Keangkuhan gue untuk merasa menjadi pecundang saat itu secara gak sadar membawa gue masuk kedalam kalimat "Gue kalah, dan gue maunya begitu."

"Cerita lu kepanjangan, mending langsung ke intinya aja!". Terus apa korelasi cerita gue dengan judul diatas ? Oke. Gue akui kalimat dalam tanda petik itu benar.

Hukum alam, Law Of Attraction. Alam ikut bermain kala kita berjalan saat itu. Hukum ini menjelaskan bahwa sugesti positif akan berakhir dengan hasil positif dan sebaliknya.

Didalam rasa pesimis yang timbul di alam atas sadar, alam bawah sadar justru menginginkan kita untuk memalukan mereka, menang atas mereka, dan menempatkan diri didepan.

Gue rasa, setiap dari kita mengirimkan energi yang berbeda-beda, tapi yang jelas, gue ngerasa bodoh karena udah berpikir untuk berada dipihak yang kalah, dan dalam sisi lain diwaktu yang sama, berjuang keras untuk kompak dan tetap kuat untuk mengalahkan kompetitor lainnya.

Dan dari sana, Tuhan mengajari gue untuk tetap berserah diri dan berusaha keras. Pikiran ini sempat melenceng dari aturan 'main' dengan merasa bahwa kekalahan itu mutlak adanya dan kemenangan itu fana semata.

Tuhan seperti berkata, "Jangan menyerah sebelum berperang". Dan inilah hasil kuasaMu, memberi kemenangan bagi yang sudah berusaha, bukan bagi yang berjuang secara formalitas dan mempunyai niatan lain.

Jika gue berada didalam dekapan "The Good" dipagi hari. "The Evil" menyapa gue malamnya.

Enggak ada alasan untuk gue bertahan dan membeku dirumah saat sebuah pertandingan antara klub bola kesayangan gue berlaga melawan rivalnya. Arsenal!.

Stadium Utama Gelora Bung Karno penuh hari ini, bukan, tidak ada klub yang bertanding di lapangan berkapasitas 88.000 orang itu.

Acara nonton bareng antara Arsenal dan rivalnya, Chelsea. Kedua klub besar dari kota London tersebut akan berlaga di Stamford Bridge.

Sebagai seorang Muslim, gue menunaikan ibadah shalat Maghrib dan memakan makanan yang ada sesampainya di stasiun Sudirman, lalu melanjutkan perjalanan dengan Kopaja bernomor 19, gue berkenalan dengan beberapa supporter Arsenal dari daerah lainnya di Indonesia.

Sampai. Pikir gue yang dengan percaya dirinya melangkah menggunakan kaos Arsenal, gue sempet melihat beberapa kru Trans TV, "Wah rame juga nih sampe ada liputan!". Lanjut gue

Semakin jauh gue berjalan, makin banyak orang menggunakan pakaian Trans TV dan Bank Mega. Entah apa yang menyebabkan gue tetap berjalan.

Dan gue sampai. Tebak apa ? Semua orang disana menggunakan atribut Bank Mega maupun Trans TV! Gue kayak orang kebingungan disitu, asli, Arsenal sendiri disaat yang lain sibuk dan bersiap untuk sesuatu yang lain.

Bermodalkan percaya diri (yang nampaknya terlalu tinggi), gue tetap berjalan, menembus gedung itu, dan saat gue sampai di bagian depannya, tertera tulisan "Istora Senayan".

"Gue salah masuk gile". Secepat mungkin gue menjauh dari kerumunan orang disana. Gue malah masuk ke Istora Gelora Bung Karno. Bukan stadium utamanya. Malu yang gue rasa berhasil gue tutupi, meski gue yakin, ada banyak orang yang bisik-bisik tetangga saat gue berjalan melewati mereka.

Setelah beberapa kejadian yang sebaiknya gue skip. Pukul 18.45 kurang sekian, sampailah gue di Stadium Utama Gelora Bung Karno. Tujuan awal gue.

Dan sekali lagi, gue bertemu dengan saudara jauh yang gue lebih suka menyebutnya Invisible Bloodline. AHL-G !


45 menit pertama gue habiskan dengan teriakan dan chants yang memenuhi sektor 22-23 SUGBK. Bersama mereka, The Good yang hadir di sisi gue.

45 menit kedua merupakan imajinasi terburuk yang terjadi. Keenam *cmiiw layar di Stadium tersebut mati. Iya. Enggak ada yang kita tonton. Gue gak berhak secara langsung untuk mengejek mereka yang sudah berusaha keras mengembalikan siaran.

Alhasil, beberapa orang hanya melirik ke smartphone masing-masing seraya memperhatikan tiap tweet yang keluar di timeline mereka. Sebagian lainnya bernyanyi dan menyalakan flare.

Gue merasakan euforia yang luar biasa. Terlepas dari kembalinya siaran atau tidak, kedua supporter memberikan yang terbaik untuk mendukung tim mereka. Meski kalah dilapangan, gue bisa dengan bangga mengatakan bahwa sepanjang 90 menit. Gooners Indonesia yang mengikuti nobar di SUGBK hari ini terus menyanyikan chants-chants untuk mendukung tim.

Pertandingan selesai dengan skor 2-0 tertera di scoreboard untuk tuan rumah. Gue rasa kita semua tahu siapa yang pantas untuk mendapat sebutan 'The Evil' disini. :v

Bagi gue, ada yang lebih berharga dari Piala pagi hari atau kekalahan di saat malamnya. Keseimbangan. Kalau dilihat sekilas, Ia telah memberi gue kebaikan dan keburukan dalam satu hari yang sama.

Tapi itu kembali ke persepsi masing-masing. Gue akan nganggep 'keburukan' yang terjadi di malam hari berubah menjadi 'pengalaman'. Meetup bersama mereka yang berasal dari daerah lain di Indonesia, merasakan 90 menit teriak bersama dan mendapat banyak hal baru. Itu yang gue dapatkan.

Dan, dari semua kejadian hari ini. Gue ngebedain mereka berdasarkan 'The Good' and 'The Evil'. Dari persepsi gue loh ya. Bisa aja persepsi kalian sebaliknya.

Yah, apapun itu. Gue rasa gak ada yang lebih baik dari mengakhiri hari dengan segelas coklat panas diatas balkon sambil melihat langit malam. Kiw.

Jadi. Sebelum post ini makin panjang dan melebar, sebaiknya gue tutup. Selamat malam, malam.






:)

4 comments: