Monday, March 23, 2015

The Killer Paradox, Part 9 : Stopped !

The Killer Paradox, Part 9 : Stopped !
Tribute To AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman

       “Tetap di posisi kalian atau aku panggil polisi !” teriak Firhan sambil menunjuk para pemain orkestra, “Jangan bergerak sedikipun !” lanjutnya, tidak membiarkan seseorangpun bergerak dari tempat masing-masing, termasuk Debby Claudia, sang pemain biola yang mempunyai posisi vital dalam orkestra tersebut
       
       “Aku hampir saja berpikir bahwa orang inilah pembunuhnya..” ucap Ruri sambil memborgol orang yang baru saja Dimas tumbangkan sambil memasukannya ke mobil polisi seraya Ryan datang beberapa saat kemudian dan membiarkan kepolisian menyelesaikannya.



       
       “Hiks Hiks..” Debby terduduk dan menangis, lagi-lagi orang terdekatnya harus pergi, tiga kali berturut-turut,dan tidak dalam yang damai, ia hanya bisa menahan tangisnya sepanjang pemeriksaan bersama polisi, Ryan memutuskan untuk mengintrograsi Debby sendiri dan secara pribadi, terkait dengan kondisi mentalnya yang semakin down
       
       “Bagaimana ?” tanya Firhan kepada Ruri yang sedang menyilangkan tangannya, berdiri memandang kedalam ruangan introgerasi, hanya ada sebuah kaca yang membatasi mereka. Ruri hanya terdiam dan menggelengkan kepala, “Orang aneh yang kita tangkap di konser ?” tanya Firhan lagi, “Dia siap menceritakan semuanya, namun dia harus menenangkan diri terlebih dahulu” jawab Ruri, ia lalu mengangkat kakinya selutut lalu menyandarkannya ke dinding, membentuk sudut siku-siku
       
       “Dimana dia ?” lanjut Firhan, “Sudah kubilang dia harus menenangkan diri, jadi kami membiarkan ia sendirian, di ruangan tempat Windu bersama Recky dan Ryan kemarin” jawab Ruri judes, terlihat bahwa ia lelah dan tidak ingin diganggu, ia lalu pergi meninggalkan Firhan
       
       “Oh, hei” sapa Ridho sambil berjabat tangan dengan Firhan, ia membawa beberapa dokumen dan terburu-buru lalu masuk dan bergabung bersama Ryan dan Debby, Firhan tidak dapat mendengar semua yang dibicarakan karena microphone yang berada dalam ruangan tersebut tidak tersambung ke lorong tempat Firhan sedang berdiri melainkan ke tempat lain
       
       Sejenak ia melihat Debby yang sedari tadi hanya menunduk dan diam, sesekali ia menyeka matanya dan mencoba menjawab pertanyaan Ryan, yang jika Firhan lihat, sudah selembut mungkin kepada sang pemain biola tersebut, ia hanya bisa terdiam dan memandangi sahabat barunya itu dengan rasa kasihan tanpa bisa melakukan apa-apa
      
       “Ah, maaf jika aku terlalu keras, aku hanya sejenak berpikir bahwa berada disini dan menjaga ruangan ini hanyalah formalitas, silahkan” Ruri kembali dengan dua gelas teh dan memberikan salah satunya kepada Firhan, “Tradisi, British” lanjutnya sambil tersenyum dan mengedipkan salah satu matanya ke kawan barunya tersebut, rupanya kasus ini membuat Firhan mendapat banyak teman baru di Britania Raya

“Aku semakin curiga saja dengan Windu, kau pasti mengenalnya bukan ?” ucap Ruri lalu melemparkan pertanyaan basa-basi, “Windu, entahlah, yang kutahu ia hanyalah professor sok pintar, meskipun sebenarnya ia memang pintar, yang selalu mengajak setiap orang untuk berdebat dengan dasar filosofinya tentang kehidupan, memangnya kenapa ?” jawab Firhan

“Ia berada diluar, didalam mobilnya, ketika aku bertanya apa yang ia lakukan disini, ia menjawab bahwa ia menunggu Debby untuk mengantar perempuan itu pulang, apa mereka mempunyai suatu hubungan khusus ?” lanjut Ruri, “Hahaha, untuk itu, pikiranmu sudah terlalu jauh bung, seorang dosen dan mahasiswi, di kost kami ada lebih banyak yang lebih baik dari dosen tua itu dan tentu saja tidak kalah pintar” jawab Firhan sambil tertawa

“Sepertinya waktu mulai berjalan cepat, bolehkah ?” “Yap, sudah waktunya makan siang juga, aku akan kabari kalian nanti” Firhan kembali ke kost, berjalan sambil menikmati teriknya matahari tengah hari London sambil memperhatikan tiap sudut kota tersebut, ia sadar bahwa lamanya ia disini tergantung kepada diterimanya ia di universitas atau tidak

“Aku sudah melihatnya.” sambut Tifa saat Firhan membuka pintu rumah itu, hanya ada ia, Iwan, Tifa, Dimas, Recky, dan Dinda disana. “Dinda merupakan salah satu mahasiswa yang termasuk pintar dalam bidang sains, satu lagi tambahan dan dia akan menjadi partner Iwan dalam hal racun, ada masalah ?” tanya Recky, Firhan baru saja masuk dan belum sempat mengucapkan sepatah katapun

“Done !, aku berhasil meyakinkan Windu agar Debby bersamanya satu hari penuh, dan tentu saja Windu akan menghiburnya sepanjang hari, kita bisa menganalisis kasus ini seharian penuh !” ucap Tasya gembira dari lantai dua, Vinna datang bersama Githa dan Agnes beberapa saat kemudian

“Baiklah, ayo mulai” Recky membuka diskusi seperti biasa, mereka sudah siap dengan alat tulis masing-masing, buku-buku dan segelas air putih di sebelah kanan, Ruri mendiktekan setiap detail kasus ini kepada mereka melalui skype, ia juga melakukan analisis namun diam-diam di kantor polisi, berusaha menjaga agar para mahasiswa ini tidak kehilangan sumber data

“Bukan, tidak ditemukan bekas tusukan dimanapun, jelas ini adalah pembunuhan dengan racun” ucap Ruri, “Tapi kami tidak menemukan racun apapun yang kira-kira akan bereaksi dalam kurun waktu yang ada setelah sang dirijen itu terjatuh dan mati !” keras Iwan

“Pada saat itu sangat tenang, setiap tangan yang mengangkat pasti menjadi pusat perhatian, ayolah” balas Ruri, semua terdiam sekarang, Tasya hanya bisa memutar-mutarkan pulpen ditangannya. Sementara Recky sudah menghabiskan gelas keempatnya, Agnes baru saja menghabiskan gelas pertamanya

“Satu-satunya kebiasaan dirijen itu adalah memakan permen karet, itupun ia mengeluarkan dari bungkusnya sesaat sebelum naik ke panggung, Ridho baru saja menemukan sampah bungkus tersebut didalam kantong bagian dalam pakaiannya” lanjut Ruri

“Mungkin kalian langsung berpikir bahwa permen karet itu adalah pemecah kebuntuan, aku juga berpikir demikian, namun tidak mendapatkan apa-apa” Ruri seakan mengetahui isi pikiran mereka, Tasya yang kembali semangat terpaksa harus menunggu data baru yang lebih jelas, disebrangnya, Recky hanya memandang wajah gadis manis tersebut dan tidak mendengar penjelasan Ruri dengan jelas

“Yah, mungkin sebaiknya sampai sini dulu, aku mengingat sebuah kalimat yang jelas dari Windu setelah beberapa jam pemeriksaan, ia berkata, “Kejahatan terburuk bukanlah kejahatan yang tidak terselesaikan ataupun masih misterius, namun kejahatan dengan pelaku yang salah.” Aku pikir itu adalah salah satu kalimat terbaik yang pernah kudengar hahaha” ucap Ruri

“Kesimpulan. Satu-satunya kode yang kita miliki hanyalah e=mc2, Edward.” Iwan berdiri, mengambil alih posisi pimpinan rapat karena Recky hanya fokus ke Tasya, “Itu tidak sepenuhnya benar” Dimas tiba-tiba memotong Iwan, “Maksudku, Windu sendiri yang bilang bahwa kejahatan terburuk adalah kejahatan dengan pelaku yang salah, maka bisa jadi kodenya kali ini salah” Dimas berdiri setelah mencatat beberapa hal di notebooknya

“Dalam rumus itu, atau disini, kode. Terdapat sebuah angka, yaitu angka 2” Dimas memulainya, “Recky, rumus e=mc2 dalam matematika, cepat !” teriak Dimas mengagetkan Recky yang sedang memandangi Tasya sedari tadi. “Ah, 3*10^5 km/s” jawabnya cepat setelah terdiam beberapa detik sambil berpikir

“Karena ini adalah pembunuhan keempat, maka kita akan hapus angka 5 dan km/s. Jadi 3*10” jelas Dimas, “Kalau begitu, maka karena ini masih pembunuhan keempat, kita hapus juga angka 10 ?” tanya Agnes sambil menunjuk angka 10 di kertas yang Dimas tunjukkan

“Benar sekali hahaha, jadi kode ini juga mengarah ke pembunuhan ketiga, karena ada angka 3 disana, hapus saja simbol * maka tersisa 3, harusnya kalian sudah menyadari itu dari awal hahaha” jawab Dimas sambil tertawa, tapi memang tidak ada yang salah, itu termasuk hal yang logis dan simple

“Bentar, jadi kode ini cuman nunjukkin adanya pembunuhan ketiga ?” tanya Firhan memastikan, “Iyaa begitu hahaha” jawab Dimas, tidak ada yang bisa menyangkal kemungkinan ini, namun tidak ada juga yang bisa memastikan kebenaran hipotesis simple Dimas

“Tidak ada kode untuk kasus pertama, berarti kita masukkan angka 1 juga ?” tanya Iwan, Dimas terdiam sesaat, “Iyaa hahaha, berarti 1 ditambah 2 ditambah 3 ditambah 4, jadi 10. Pembunuhannya sampai 10” jawab Dimas, membuat semua orang disana mendapat titik terang, termasuk Ruri

“Sepuluh, totalitas, Demiurge, Phytagoras kuno !” teriak Recky, “Apa maksudmu ?” sambar Tifa cepat, “Ya !, sepuluh adalah angka pujaan dari sekte ilmu Phytagoras, sang bapak Matematika” Recky bangga dengan penemuannya sejauh ini, “Sang pembunuh menggunakan ilmu Phytagoras, jenius !” simpul Vinna.

“Tunggu, satu-satunya hal yang kutahu dari orang-orang ini adalah, mereka unik..” ucap Githa, “Karena bagi mereka, jika intelejen dan kepintaran adalah nilai tertinggi bagi kemanusiaan.. maka keterbelakangan mental adalah ’dosa´ terbesar yang pernah ada.. karena orang-orang seperti itu hanya akan menjadi kelinci percobaan.. mereka juga sempat mencoba transplantasi organ..” tutup Githa

“Amenk, kampret !!” pecah Agnes, “Tunggu tunggu, siapa itu Amenk ?” tanya Tifa cepat, “Ayah dari pasien Agnes, seorang anak perempuan yang jenius dan cantik namun tidak memiliki organ yang sempurna, pekerjaannya adalah seorang supir bus untuk sekolah luar biasa” jawab Vinna

“Berarti Vin !, kertas yang kita temukan di depan kantor kepolisian itu dilempar sama Amenk !” ucap Tasya mengingat kertas “16.00” dan mulai dapat titik kesimpulan dari hipotesa sejauh ini. “Maksudmu kertas “16.00” yang dilempar didepan kantor kepolisian itu ? Oiya, orang gila yang mengancam Ridho hanyalah orang yang menentang kerajaan, makanya ia berniat untuk mengacaukan konser tadi” ucap Ruri

“Iya !, Sebelum kita masuk kan ada bus isinya anak-anak yang kurang beruntung semua, makanya Tasya berhasil menyimpulkan” lanjut Vinna, “Ruri, perintahkan semua unit kepolisian untuk berjaga-jaga dan tutup bus kuning” perintah Firhan cepat kepada Ruri melalui skype

Mobil-mobil kepolisian berkonvoi menuju salah satu jalan besar di tepi kota London, mereka membawa ranjau berupa paku-paku dan duri yang ditebar dijalanan, lalu memberikan genangan air agar ranjau tersebut tidak terlihat oleh kendaraan yang melewati jalan tersebut

“Cepat-cepat !” Ridho telah berada di jalan tepi kota saat ia menyuruh anak buahnya meletakkan ranjau yang cukup untuk menghentikan sebuah bus, jalanan itu telah dipenuhi ranjau dan polisi segera bersembunyi di semak-semak sekitar sana, sebuah bus dijadwalkan akan melewati jalan itu sebentar lagi..

“STOP STOP !!” teriak Ridho saat bus tersebut telah menginjak ranjau, petugas kepolisian bersenjata lengkap segera merangsak masuk dan menurunkan penumpang, menjaga supir dan mengamankan bus itu

“Maaf” seorang petugas kepolisian menghentikan sebuah bus kuning disudut kota yang lain, “Hanya pemeriksaan biasa” supir bus tersebut lalu turun, memberikan surat-surat yang dibutuhkan, seorang petugas polisi lain masuk kedalam bus, hanya ada anak-anak yang keterbelakangan mental didalamnya

“Lapor, bus berhasil dihentikan, seluruh penumpang selamat !” ucap Ridho bangga kepada Ruri yang tetap tersambung ke para mahasiswa melalui skype. “Huh.. amankan supirnya, ia adalah pelaku pembunuhan berantai, bagaimana kondisi para penumpang ?” tanya Ruri, semua orang di kost tersebut menghela nafas, lega..

“Tentu saja panik, tour kota London mereka kami hentikan hahaha”  jawab Ridho, “Tour, bukankah isinya adalah anak-anak keterbelakangan mental ?” tanya Ruri, membuat para mahasiswa kembali dalam kondisi tidak aman..

“Silahkan” petugas kepolisian itu mengembalikan surat-surat supir bus tersebut, bus itupun kembali berjalan, “Kasus ini selesai” ucap salah seorang petugas kepolisian, “Bukan disini jalan yang akan dilalui bus kuning itu, pelaku sudah tertangkap, nampaknya kita akan lembur untuk mengurus data-data pembantaian..” sahut petugas yang lain

“Kau ini ngomong apa ! hahaha, ada Windu dan Debby juga, mereka sedang dalam tour kota London rupanya, yang jelas kasus ini selesai ahahha !” Ridho sudah bersulang bersama anak buahnya di lokasi, sementara sang supir bus diamankan oleh Ryan, mereka dalam suasana bergembira..

“Pelakunya adalah supir di bus berisi anak-anak keterbelakangan mental, idiot !!” teriak Recky lalu menyambar kunci mobilnya dan pergi bersama Firhan, mereka mencoba mencari bus yang benar, polisi telah menghentikan bus yang salah..

“Sedikit lagi... sayang..” Amenk melirik foto putrinya yang ia tempelkan di bagian bawah stir bus.. ia lalu melihat ke belakang, “Anak-anak ini pantas mati.. anak-anak ini tidak pantas hidup !” pikirnya, namun saat ia melihat ke depan...


“BOOOOOOMMMMM !!!!”




TO BE CONTINUED

No comments:

Post a Comment