The Killer Paradox, Part 9 : Stopped !
Tribute To AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman
Tribute To AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman
“Tetap di posisi kalian atau aku panggil
polisi !” teriak Firhan sambil menunjuk para pemain orkestra, “Jangan bergerak
sedikipun !” lanjutnya, tidak membiarkan seseorangpun bergerak dari tempat
masing-masing, termasuk Debby Claudia, sang pemain biola yang mempunyai posisi
vital dalam orkestra tersebut
“Aku hampir saja berpikir bahwa orang inilah
pembunuhnya..” ucap Ruri sambil memborgol orang yang baru saja Dimas tumbangkan
sambil memasukannya ke mobil polisi seraya Ryan datang beberapa saat kemudian
dan membiarkan kepolisian menyelesaikannya.
“Hiks Hiks..” Debby terduduk dan
menangis, lagi-lagi orang terdekatnya harus pergi, tiga kali berturut-turut,dan
tidak dalam yang damai, ia hanya bisa menahan tangisnya sepanjang pemeriksaan
bersama polisi, Ryan memutuskan untuk mengintrograsi Debby sendiri dan secara
pribadi, terkait dengan kondisi mentalnya yang semakin down
“Bagaimana ?” tanya Firhan kepada Ruri
yang sedang menyilangkan tangannya, berdiri memandang kedalam ruangan introgerasi,
hanya ada sebuah kaca yang membatasi mereka. Ruri hanya terdiam dan
menggelengkan kepala, “Orang aneh yang kita tangkap di konser ?” tanya Firhan
lagi, “Dia siap menceritakan semuanya, namun dia harus menenangkan diri
terlebih dahulu” jawab Ruri, ia lalu mengangkat kakinya selutut lalu
menyandarkannya ke dinding, membentuk sudut siku-siku
“Dimana dia ?” lanjut Firhan, “Sudah
kubilang dia harus menenangkan diri, jadi kami membiarkan ia sendirian, di
ruangan tempat Windu bersama Recky dan Ryan kemarin” jawab Ruri judes, terlihat
bahwa ia lelah dan tidak ingin diganggu, ia lalu pergi meninggalkan Firhan
“Oh, hei” sapa Ridho sambil berjabat
tangan dengan Firhan, ia membawa beberapa dokumen dan terburu-buru lalu masuk
dan bergabung bersama Ryan dan Debby, Firhan tidak dapat mendengar semua yang
dibicarakan karena microphone yang berada dalam ruangan tersebut tidak
tersambung ke lorong tempat Firhan sedang berdiri melainkan ke tempat lain
Sejenak ia melihat Debby yang sedari tadi
hanya menunduk dan diam, sesekali ia menyeka matanya dan mencoba menjawab
pertanyaan Ryan, yang jika Firhan lihat, sudah selembut mungkin kepada sang
pemain biola tersebut, ia hanya bisa terdiam dan memandangi sahabat barunya itu
dengan rasa kasihan tanpa bisa melakukan apa-apa
“Ah, maaf jika aku terlalu keras, aku hanya sejenak
berpikir bahwa berada disini dan menjaga ruangan ini hanyalah formalitas,
silahkan” Ruri kembali dengan dua gelas teh dan memberikan salah satunya kepada
Firhan, “Tradisi, British” lanjutnya sambil tersenyum dan mengedipkan salah
satu matanya ke kawan barunya tersebut, rupanya kasus ini membuat Firhan mendapat
banyak teman baru di Britania Raya
“Aku semakin curiga saja dengan Windu, kau pasti
mengenalnya bukan ?” ucap Ruri lalu melemparkan pertanyaan basa-basi, “Windu,
entahlah, yang kutahu ia hanyalah professor sok pintar, meskipun sebenarnya ia
memang pintar, yang selalu mengajak setiap orang untuk berdebat dengan dasar
filosofinya tentang kehidupan, memangnya kenapa ?” jawab Firhan
“Ia berada diluar, didalam mobilnya, ketika aku
bertanya apa yang ia lakukan disini, ia menjawab bahwa ia menunggu Debby untuk
mengantar perempuan itu pulang, apa mereka mempunyai suatu hubungan khusus ?”
lanjut Ruri, “Hahaha, untuk itu, pikiranmu sudah terlalu jauh bung, seorang
dosen dan mahasiswi, di kost kami ada lebih banyak yang lebih baik dari dosen
tua itu dan tentu saja tidak kalah pintar” jawab Firhan sambil tertawa
“Sepertinya waktu mulai berjalan cepat, bolehkah ?” “Yap,
sudah waktunya makan siang juga, aku akan kabari kalian nanti” Firhan kembali
ke kost, berjalan sambil menikmati teriknya matahari tengah hari London sambil
memperhatikan tiap sudut kota tersebut, ia sadar bahwa lamanya ia disini
tergantung kepada diterimanya ia di universitas atau tidak
“Aku sudah melihatnya.” sambut Tifa saat Firhan
membuka pintu rumah itu, hanya ada ia, Iwan, Tifa, Dimas, Recky, dan Dinda
disana. “Dinda merupakan salah satu mahasiswa yang termasuk pintar dalam bidang
sains, satu lagi tambahan dan dia akan menjadi partner Iwan dalam hal racun,
ada masalah ?” tanya Recky, Firhan baru saja masuk dan belum sempat mengucapkan
sepatah katapun
“Done !, aku berhasil meyakinkan Windu agar Debby
bersamanya satu hari penuh, dan tentu saja Windu akan menghiburnya sepanjang
hari, kita bisa menganalisis kasus ini seharian penuh !” ucap Tasya gembira
dari lantai dua, Vinna datang bersama Githa dan Agnes beberapa saat kemudian
“Baiklah, ayo mulai” Recky membuka diskusi seperti
biasa, mereka sudah siap dengan alat tulis masing-masing, buku-buku dan segelas
air putih di sebelah kanan, Ruri mendiktekan setiap detail kasus ini kepada
mereka melalui skype, ia juga melakukan analisis namun diam-diam di kantor
polisi, berusaha menjaga agar para mahasiswa ini tidak kehilangan sumber data
“Bukan, tidak ditemukan bekas tusukan dimanapun, jelas
ini adalah pembunuhan dengan racun” ucap Ruri, “Tapi kami tidak menemukan racun
apapun yang kira-kira akan bereaksi dalam kurun waktu yang ada setelah sang
dirijen itu terjatuh dan mati !” keras Iwan
“Pada saat itu sangat tenang, setiap tangan yang
mengangkat pasti menjadi pusat perhatian, ayolah” balas Ruri, semua terdiam
sekarang, Tasya hanya bisa memutar-mutarkan pulpen ditangannya. Sementara Recky
sudah menghabiskan gelas keempatnya, Agnes baru saja menghabiskan gelas
pertamanya
“Satu-satunya kebiasaan dirijen itu adalah memakan
permen karet, itupun ia mengeluarkan dari bungkusnya sesaat sebelum naik ke
panggung, Ridho baru saja menemukan sampah bungkus tersebut didalam kantong
bagian dalam pakaiannya” lanjut Ruri
“Mungkin kalian langsung berpikir bahwa permen karet
itu adalah pemecah kebuntuan, aku juga berpikir demikian, namun tidak
mendapatkan apa-apa” Ruri seakan mengetahui isi pikiran mereka, Tasya yang
kembali semangat terpaksa harus menunggu data baru yang lebih jelas,
disebrangnya, Recky hanya memandang wajah gadis manis tersebut dan tidak
mendengar penjelasan Ruri dengan jelas
“Yah, mungkin sebaiknya sampai sini dulu, aku
mengingat sebuah kalimat yang jelas dari Windu setelah beberapa jam
pemeriksaan, ia berkata, “Kejahatan terburuk bukanlah kejahatan yang tidak
terselesaikan ataupun masih misterius, namun kejahatan dengan pelaku yang salah.”
Aku pikir itu adalah salah satu kalimat terbaik yang pernah kudengar hahaha”
ucap Ruri
“Kesimpulan. Satu-satunya kode yang kita miliki
hanyalah e=mc2, Edward.” Iwan berdiri, mengambil alih posisi
pimpinan rapat karena Recky hanya fokus ke Tasya, “Itu tidak sepenuhnya benar”
Dimas tiba-tiba memotong Iwan, “Maksudku, Windu sendiri yang bilang bahwa
kejahatan terburuk adalah kejahatan dengan pelaku yang salah, maka bisa jadi
kodenya kali ini salah” Dimas berdiri setelah mencatat beberapa hal di
notebooknya
“Dalam rumus itu, atau disini, kode. Terdapat sebuah
angka, yaitu angka 2” Dimas memulainya, “Recky, rumus e=mc2 dalam
matematika, cepat !” teriak Dimas mengagetkan Recky yang sedang memandangi
Tasya sedari tadi. “Ah, 3*10^5 km/s” jawabnya cepat setelah terdiam beberapa
detik sambil berpikir
“Karena ini adalah pembunuhan keempat, maka kita akan
hapus angka 5 dan km/s. Jadi 3*10” jelas Dimas, “Kalau begitu, maka karena ini
masih pembunuhan keempat, kita hapus juga angka 10 ?” tanya Agnes sambil
menunjuk angka 10 di kertas yang Dimas tunjukkan
“Benar sekali hahaha, jadi kode ini juga mengarah ke
pembunuhan ketiga, karena ada angka 3 disana, hapus saja simbol * maka tersisa
3, harusnya kalian sudah menyadari itu dari awal hahaha” jawab Dimas sambil
tertawa, tapi memang tidak ada yang salah, itu termasuk hal yang logis dan
simple
“Bentar, jadi kode ini cuman nunjukkin adanya
pembunuhan ketiga ?” tanya Firhan memastikan, “Iyaa begitu hahaha” jawab Dimas,
tidak ada yang bisa menyangkal kemungkinan ini, namun tidak ada juga yang bisa
memastikan kebenaran hipotesis simple Dimas
“Tidak ada kode untuk kasus pertama, berarti kita
masukkan angka 1 juga ?” tanya Iwan, Dimas terdiam sesaat, “Iyaa hahaha,
berarti 1 ditambah 2 ditambah 3 ditambah 4, jadi 10. Pembunuhannya sampai 10”
jawab Dimas, membuat semua orang disana mendapat titik terang, termasuk Ruri
“Sepuluh, totalitas, Demiurge, Phytagoras kuno !”
teriak Recky, “Apa maksudmu ?” sambar Tifa cepat, “Ya !, sepuluh adalah angka
pujaan dari sekte ilmu Phytagoras, sang bapak Matematika” Recky bangga dengan
penemuannya sejauh ini, “Sang pembunuh menggunakan ilmu Phytagoras, jenius !”
simpul Vinna.
“Tunggu, satu-satunya hal yang kutahu dari orang-orang
ini adalah, mereka unik..” ucap Githa, “Karena bagi mereka, jika intelejen dan
kepintaran adalah nilai tertinggi bagi kemanusiaan.. maka keterbelakangan
mental adalah ’dosa´ terbesar yang pernah ada.. karena orang-orang seperti itu
hanya akan menjadi kelinci percobaan.. mereka juga sempat mencoba transplantasi
organ..” tutup Githa
“Amenk, kampret !!” pecah Agnes, “Tunggu tunggu, siapa
itu Amenk ?” tanya Tifa cepat, “Ayah dari pasien Agnes, seorang anak perempuan
yang jenius dan cantik namun tidak memiliki organ yang sempurna, pekerjaannya
adalah seorang supir bus untuk sekolah luar biasa” jawab Vinna
“Berarti Vin !, kertas yang kita temukan di depan
kantor kepolisian itu dilempar sama Amenk !” ucap Tasya mengingat kertas “16.00”
dan mulai dapat titik kesimpulan dari hipotesa sejauh ini. “Maksudmu kertas “16.00”
yang dilempar didepan kantor kepolisian itu ? Oiya, orang gila yang mengancam
Ridho hanyalah orang yang menentang kerajaan, makanya ia berniat untuk
mengacaukan konser tadi” ucap Ruri
“Iya !, Sebelum kita masuk kan ada bus isinya
anak-anak yang kurang beruntung semua, makanya Tasya berhasil menyimpulkan”
lanjut Vinna, “Ruri, perintahkan semua unit kepolisian untuk berjaga-jaga dan
tutup bus kuning” perintah Firhan cepat kepada Ruri melalui skype
Mobil-mobil kepolisian berkonvoi menuju salah satu
jalan besar di tepi kota London, mereka membawa ranjau berupa paku-paku dan
duri yang ditebar dijalanan, lalu memberikan genangan air agar ranjau tersebut
tidak terlihat oleh kendaraan yang melewati jalan tersebut
“Cepat-cepat !” Ridho telah berada di jalan tepi kota
saat ia menyuruh anak buahnya meletakkan ranjau yang cukup untuk menghentikan
sebuah bus, jalanan itu telah dipenuhi ranjau dan polisi segera bersembunyi di
semak-semak sekitar sana, sebuah bus dijadwalkan akan melewati jalan itu
sebentar lagi..
“STOP STOP !!” teriak Ridho saat bus tersebut telah
menginjak ranjau, petugas kepolisian bersenjata lengkap segera merangsak masuk
dan menurunkan penumpang, menjaga supir dan mengamankan bus itu
“Maaf” seorang petugas kepolisian menghentikan sebuah
bus kuning disudut kota yang lain, “Hanya pemeriksaan biasa” supir bus tersebut
lalu turun, memberikan surat-surat yang dibutuhkan, seorang petugas polisi lain
masuk kedalam bus, hanya ada anak-anak yang keterbelakangan mental didalamnya
“Lapor, bus berhasil dihentikan, seluruh penumpang
selamat !” ucap Ridho bangga kepada Ruri yang tetap tersambung ke para
mahasiswa melalui skype. “Huh.. amankan supirnya, ia adalah pelaku pembunuhan
berantai, bagaimana kondisi para penumpang ?” tanya Ruri, semua orang di kost
tersebut menghela nafas, lega..
“Tentu saja panik, tour kota London mereka kami
hentikan hahaha” jawab Ridho, “Tour,
bukankah isinya adalah anak-anak keterbelakangan mental ?” tanya Ruri, membuat
para mahasiswa kembali dalam kondisi tidak aman..
“Silahkan” petugas kepolisian itu mengembalikan
surat-surat supir bus tersebut, bus itupun kembali berjalan, “Kasus ini selesai”
ucap salah seorang petugas kepolisian, “Bukan disini jalan yang akan dilalui
bus kuning itu, pelaku sudah tertangkap, nampaknya kita akan lembur untuk
mengurus data-data pembantaian..” sahut petugas yang lain
“Kau ini ngomong apa ! hahaha, ada Windu dan Debby
juga, mereka sedang dalam tour kota London rupanya, yang jelas kasus ini
selesai ahahha !” Ridho sudah bersulang bersama anak buahnya di lokasi,
sementara sang supir bus diamankan oleh Ryan, mereka dalam suasana bergembira..
“Pelakunya adalah supir di bus berisi anak-anak
keterbelakangan mental, idiot !!” teriak Recky lalu menyambar kunci mobilnya
dan pergi bersama Firhan, mereka mencoba mencari bus yang benar, polisi telah
menghentikan bus yang salah..
“Sedikit lagi... sayang..” Amenk melirik foto putrinya
yang ia tempelkan di bagian bawah stir bus.. ia lalu melihat ke belakang, “Anak-anak
ini pantas mati.. anak-anak ini tidak pantas hidup !” pikirnya, namun saat ia
melihat ke depan...
“BOOOOOOMMMMM !!!!”
TO BE CONTINUED
No comments:
Post a Comment