Monday, March 30, 2015

The Killer Paradox, Part 10 : Truth.

The Killer Paradox, Part 10 : Truth.

Tribute to AHL Group 
Oleh : Kanzia Rahman

        
       “Supir bus wajahnya hancur, kami tidak bisa mengidentifikasi korban” ucap Ridho kepada Firhan dan Recky, “Hmm, yang bisa kusimpulkan sejauh ini adalah semua korban meninggal dengan mengenaskan, bus hancur, tentu saja tidak ada yang selamat, dan sepertinya kasus ini selesai” kata Recky sambil mengeluarkan sebuah notebook kecil miliknya dan mencatat sesuatu, lalu mengembalikannya ke tempat semula



       “Baiklah, sebelumnya aku meminta maaf karena telah menghentikan bus yang salah” kata Ridho sambil tersenyum bersalah, “Tenang saja, tidak semua hal harus benar” balas Recky, “Dimana inspektur Ryan ?” tanya Firhan sambil melihat sekeliling
       “Sedang dalam perjalanan bersama Ruri, ah iya, kami menemukan kartu identitas supir bus ini yang ajaibnya, lolos dari tragedi ini” kata Ridho lalu mengeluarkan sebuah plastik kecil dari kantung celananya dengan sarung tangan, “Bolehkah ?” tanya Firhan lalu mengambil kantung berisi kartu tersebut
       “Amenk.. nama yang tepat seperti yang diucapkan Agnes..” katanya setelah membalik-balikkan kantung itu, hanya beberapa meter dari mereka, garis polisi dipasang untuk membatasi bus yang apinya baru saja dipadamkan itu, mereka bertiga seakan tidak peduli dengan dimananya mereka
       Ambulance datang beberapa saat kemudian, Ridho yang sedang memegang kendali segera memerintahkan untuk mengeluarkan mayat-mayat korban yang masih terperangkap, asap hitam membumbung tinggi ke langit, Windu yang sedang bersama Debby hanya melirik kecil asap tersebut
       “Tapi.. apa maksudmu dengan supir bus ini pelakunya ? Sang pembunuh berantai ?” tanya Ridho, Firhan menjawab, “Entahlah, tapi setidaknya kita menghentikan pembunuhan secara masif yang akan dilakukan olehnya”. “Transplantasi organ, sebelum kau bertanya, anaknya menderita kerusakan organ parah dan ia berniat mengambil organ anak-anak ini, aku tidak tahu mengapa ia harus membunuh ketiga korban sebelumnya..” sahut Recky
       “Aku kira ia adalah pedofil haha, maksudku, kau tahu bukan cukup banyak orang tua yang menunjukkan ketertarikan atau bahkan mencintai orang yang lebih muda dibanding dirinya” jawab Ridho, “Aku tidak menyetujui hal semacam itu, tapi kenyataannya memang banyak, bukan ?” ucap Firhan, Ridho dan Recky hanya melirik Firhan. “Hey, bukan begitu maksudku” balas Firhan tertawa
      “Jadi, apakah kasus ini selesai ?” tanya Tasya polos dengan kedua mata berkantung yang lelah, “Ah, sepertinya begitu, kau boleh istirahat” jawab Iwan seraya menarik kursi Tasya, memberikan celah kepada gadis manis itu untuk berdiri dan meninggalkan tempatnya terlebih dahulu
“Kau tertarik padanya ?” tanya Tifa setelah Tasya masuk ke kamarnya. Dimas, Githa, Agnes, Vinna, Dinda, dan Iwan masih di tempatnya masing-masing saat Ruri memutuskan offline sejenak untuk mengurusi kasus ini dan akan memberi laporan ke mereka bagaimana langkah kepolisian kedepannya terhadap kasus ini
“Tidak, hanya naluri seorang laki-laki untuk bersikap gentlemen, tunggu, apa kau cemburu ? sang gadis pintar yang kesepian..” balas Iwan sambil tersenyum kecil, “Huh !, aku selalu menganggap bahwa cinta adalah kerugian paling berbahaya!” jawab Tifa sinis
“Bukankah sebaiknya kita bergembira karena kasus ini terselesaikan ?” tanya Vinna memecah keheningan sejenak. “Tidak, apa kau berpikir sependek itu ?” ucap Dimas, Vinna hanya diam. “Supir bus ini bisa menjadi dalang utama kasus ini, atau justru korban keempat dari sang pembunuh aslinya, aku menjadi semakin penasaran” lanjut Dimas lalu beranjak ke kamarnya
Waktu berlalu, polisi dengan bantuan Recky dan Firhan berani mempublish berita bahwa pembunuhan berantai ini dinyatakan selesai, ditutup dengan sebuah serial Matematika, koran bercover empat lambang serial matematika dari Phytagoras menjadi sangat ramai dibicarakan
Segera, para mahasiswa di 221B Baker Street merayakan ‘keberhasilan’ mereka, para pemain di balik layar ini ikut bergembira karena kasus ini ditutup, tak lama, Firhan dan Recky kembali ke kost dan tentu saja, ikut merayakannya, semua orang bergembira hari itu
Keesokan harinya, berita meluas, tentu saja Ryan, Ruri dan Ridho meng-cover semua kegiatan para mahasiswa ini sebelum mereka menjadi incaran media. “Nah, Debby, bagaimana perasaanmu sekarang ?” tanya Vinna sambil merangkul sahabatnya itu, mereka semua berkumpul lagi di meja bundar besar
“Ah.. jauh lebih baik, Vin” jawab Debby singkat, “Terima kasih kami telah diperbolehkan menginap yaa haha” ucap Githa sopan kepada yang lain seraya turun dari tangga, Agnes berada di belakangnya, lengkap dengan menggunakan masker dan jas laboratorium, mereka berdua akan pergi sebentar lagi
“Tidakkah lebih baik kalian berdua sarapan dulu ?” tanya Tifa sambil menunjukkan dua kursi tambahan untuk Githa dan Agnes yang masih kosong, “Jangan malu-malu kakakku, kan katanya aku mau diajarin tentang kedokteran dulu hahaha”  Tasya bangkit dan mendorong kecil mereka berdua, mengajak makan bersama
 “Ah, maaf tentang kemarin Wan, aku hanya terbawa perasaan karena kasus ini selesai” ucap Tifa meminta maaf kepada Iwan, “Kau seperti laki-laki saja, Tif” balas Vinna, Tifa hanya mengernyitkan dahi kepada Vinna, “Jika laki-laki mencintai seseorang, ia tidak akan pernah bisa marah besar kepada perempuan yang dicintai, jika perempuan, maka ia rela melakukan hal yang diperintahkan oleh laki-laki hahaha” jawab Vinna
“Ah, bukan berarti” bela Tifa, “Hahaha apa maksudmu Vin” Iwan melakukan hal yang sama. “Jadi, apa kalian ingin tahu mengapa polisi menutup kasus ini ?” Recky tiba-tiba bangkit, “Jangan sekarang Ky” sahut Firhan namun tidak dihiraukan olehnya
“Serial phytagoras.. terdiri dari 4 lambang” ucap Recky, “Emm, aku hanya ingin tahu mengapa kasus ditutup” ucap Tasya, “Lambang keempat, tolong” kata Tifa langsung, Recky terdiam sebentar lalu menggambar sebuah segitiga yang dibentuk dengan empat buah titik terbawah, tiga buah titik diatasnya, dua buah titik diatasnya lagi, dan satu buah titik lagi sebagai puncak
“Totalitas, Demiurge, Sepuluh titik yang membentuk segitiga inilah yang menjadi kunci” ucap Recky. “Rata-rata bus sekolah di London dapat membawa sampai 20 orang, namun bus untuk anak-anak yang tidak beruntung ini hanya berisi 10 orang, jika kita tidak mencegah kasus keempat, maka akan ada 10 korban” tutup Agnes
“Aku baru sadar akan hal ini kemarin, saat membuka notebook kecilku dan membaca kembali, rupanya tidak sampai 10 kasus, namun 10 korban dalam kasus keempat, teorimu salah, Dimas” ucap Recky kepada Dimas, “Itulah sebabnya, aku berani mengatakan ke Ryan agar menutup kasus ini” tutup Recky
“Namun teori Dimas tidak semuanya salah, e=mc2 merupakan hal penting yang membawa kita ke Phytagoras ini” puji Firhan sambil menepuk bahu Dimas, “Ah.. aku ada jadwal lagi bersama Windu hari ini” sela Debby lalu berdiri dan pergi ke kamarnya
“Omong-omong soal Windu.. aku diberikan sebuah kertas yang berisi kode ketiga, kasusnya sudah selesai bukan ?” Recky meraba-raba kantung celananya, “Maksudmu kertas putih yang terlipat rapih ?” tanya Tifa tiba-tiba, “Kutemukan semalam saat sedang berpesta kecil, aku lupa membuangnya, masih di saku celanaku” Tifa lalu berdiri dan memberikan sebuah kertas yang dilipat kecil ke Recky
“Kosong ?” tanya Recky sambil membolak-balik kertas tersebut, “Apa ?” tanya Firhan lalu ikut melihat kertas tersebut. “Orang tua sialan ini tidak mengetahui apa-apa rupanya” kata Dimas sambil tertawa menyindir dan menghabiskan minumnya. 
KNOCK KNOCK KNOCK..
“Debby ?” Seseorang muncul dari pintu, Windu dengan sebuah kaos polos hitam dan jaket berwarna sama datang, memasukkan kepalanya lalu masuk ke dalam rumah tersebut. “Oh, kalian” Windu berjalan lebih dekat lalu mengambil tempat dimana Debby duduk tadi
“Aku sudah menemukan definisi kebenaran sesungguhnya, tidak ada ! Semuanya palsu” ucap Windu lalu merentangkan kedua tangannya. Yang lain hanya terdiam, Recky melempar kertas kecil tersebut ke hadapan Windu.. “Lalu, apakah ini kepalsuanmu yang berikutnya ?” tanya Recky
“Huh.. kertas ini penting, Recky” ucap Windu, “Aku harus meyakinkanmu, bahkan semua orang, bahwa aku harus tahu atau aku akan dijadikan tersangka” lanjutnya sambil mengenggam kertas kecil tersebut, “Blackjack. Ini adalah kartu bebas penjara milikku, dan tentu saja pelecut semangat kalian. Aku tahu kalian tidak akan mengecewakanku” Windu lalu menyimpan kertas tersebut
“Kau mengambil sebuah resiko besar dengan memberikanku, bahkan kami, sebuah kertas kosong” balas Recky, “Semua orang disini telah mengetahui detail kasus ini bahkan dari yang terkecil sumber kami di kepolisian adalah segalanya saat kami kehilangan informasi” lanjut Recky
“Tidak ada yang namanya pembunuhan berantai.” Tiba-tiba Firhan berdiri, menyilangkan tangannya di dada, Recky hanya tersenyum sinis kepada Windu, “Ini semua hanyalah penemuan, bukan penemuan Amenk, namun penemuanmu” ucap Dimas tegas
“Bagaimana bisa orang-orang ini mendapat pemikiran yang sama ?” bisik Githa ke Vinna, sang psikolog. “Disaat orang pintar dikelilingi oleh orang pintar lainnya, frekuensi yang mereka berikan adalah frekuensi tertentu dimana tidak setiap orang bisa mengartikannya, mereka semua terhubung, connected.” Jawab Vinna
            “Kau, menemukan serial pembunuhan berantai ini untuk menyembunyikan pembunuh asli dari ibu Debby, yaitu Edward, sang korban di kasus kedua” jelas Recky tenang namun lancar, “Debby yang mengetahui hal ini segera meminta bantuanmu, itulah mengapa kau datang ke tempat kejadian, mengulur waktu agar polisi tidak dapat ide untuk menyelidiki Edward” lanjutnya
            
       “Lagipula, kau meninggalkan suatu hal..” Dimas berdiri, “Kertas yang bertuliskan e=mc2 adalah kertas yang kau dapatkan sebelum kasus pertama, lalu kau menyadari kesalahan itu, dan mengeluarkan analisa seakan-akan kode tersebut adalah kode dari sang pembunuh untuk kasus kedua, bahkan ketiga” tutup Dimas
            
       “Debby mengetahui hal ini sejak awal, makanya ia membutuhkan bantuanmu untuk menutupi kejahatan ayahnya sendiri, begitu juga dengan kau, sang professor, pasti menyadari hal ini” kata Firhan, “Disaat itulah, kau memikirkan pembunuhan berantai, tapi kau membutuhkan pembunuhan kedua” lanjutnya
            
       “Lalu kau, menceritakan hal itu ke Debby, kau membutuhkan korban kedua. Debby yang sudah depresi karena kuliahnya dan ayahnya yang seorang pemabuk berat, akhirnya terpaksa membunuh ayahnya sendiri, Edward” ucap Recky, mengagetkan semua orang.
            
       “Jika kau perhatikan baik-baik, di mayat Edward, kau bisa melihat ada tetesan air di bagian lehernya, itulah yang dikatakan Ruri. Debby membunuh Edward, sang ayah, dalam tangisan” tutup Recky, Windu hanya terdiam
            
       “Aku.. tidak bisa membiarkan kehidupannya dalam masalah lagi, dia butuh bantuanku” ucap Windu terpatah-patah. “Dan tentu saja, dengan begitu, satu-satunya orang yang akan mendapat kecurigaan tertinggi adalah Debby, kau harus melindunginya lagi bukan ?, itulah mengapa kau melumuri tongkat sang dirijen itu. Kau sudah hafal kebiasaannya, memegang tongkat, meletakannya kembali, memakan permen karet, lalu memegangnya lagi” terang Dimas
            
       “Racun yang ditongkatnya akan pindah ke tangan, lalu ke permen karet, dan bungkus permen karet yang ia makan, aku bisa menjamin adanya racun di ketiga hal itu” lanjut Firhan. “Oh ya, tentu saja !, kau membutuhkan korban keempat, dengan begitu polisi akan semakin bingung” kata Recky
            
       “Siapa sangka kau dan Dokter Kevin adalah kawan lama ?, kau berhasil meyakinkan Dokter Kevin, dan sang dokter, melakukan penawaran terhadap supir bus malang, Amenk, simple saja, Kevin hanya tinggal bilang bahwa ia bersedia melakukan transplantasi organ untuk anak perempuan Amenk, asalkan ada organ yang dibutuhkan” ucap Dimas
            
       “Disaat itulah Amenk mendapat ide, setiap harinya, ‘tersangka’ kita ini mengantarkan anak-anak yang hidup sehat dengan organ lengkap namun otak cacat, mengapa mereka lebih pantas hidup dibandingkan anaknya ?” lanjut Dimas, mereka berhasil mengepung Amenk
            
       “Namun kau lebih beruntung, karena Amenk kecelakaan, polisi menutup kasus ini lebih cepat dengan Amenk sebagai tersangkanya, akupun tertipu pada awalnya, bahkan sampai beberapa menit yang lalu, aku hanya bercanda saat melempar kertas itu, namun Firhan membuat segalanya terhubung, kasus-kasus ini” ucap Recky
            
       “Jadi.. kalian berpikir, bahwa akulah pembunuhnya ?” tanya Windu terdiam. “Tidak, kau baru membunuh satu orang, namun sisanya merupakan kesalahanmu yang memprovokasi pembunuhan yang tidak seharusnya terjadi” balas Firhan, “Satu hal yang lebih penting daripada ini, adalah.. rasa cintamu terhadap Debby” kata Dimas tiba-tiba
            
       “Disaat kedua orang tuanya meninggal, dia membutuhkan sosok seorang pemimpin, dia tentu saja tidak akan memilih kami, yang seumuran dengannya, dia membutuhkan seseorang yang lebih tua, untuk sementara sampai kuliahnya selesai dan pergi ke negara lain, menemui saudara jauhnya yang akan merawatnya. Disitulah, kau ada, dia akan memilihmu. Caramu untuk mendapatkannya boleh dibilang luar biasa, Windu” lanjut Dimas
            
       “Namun tentu saja, kau harus menyingkirkan orang-orang terdekatnya, kau tidak bisa lagi menjadi pacarnya, kau hanya bisa menjadi orang yang terdekat untuknya.. Cinta adalah kerugian paling berbahaya, bukan ?” tutup Dimas tertawa kecil kepada Windu
            
       “Satu-satunya yang menutupi kau dari kejahatan ini, adalah sang pelaku utamanya, Dimas” ucap Windu, “Siapa ?” tanya Dimas, semua orang disana bertanya-tanya akan hal yang sama. “Kau sendiri. Dimas” jawab Windu singkat
            
       “Haha !, Jangan mencoba membuatku tertawa, aku tidak terlibat sama sekali di kasus ini” kata Dimas sambil tertawa kecil kepada Windu, “Debby mencintaimu Dimas” jawab Windu singkat, “Jadilah bebas, seperti aku, laksana seekor burung yang bisa pergi kemanapun engkau mau..” lanjut professor tersebut
            
       “Wanita.. akan melakukan hal-hal yang diperintahkan laki-laki yang dicintainya..” ucap Vinna pelan, namun kencang ditengah keheningan ruangan tersebut. “Kata-kata itu menempel di otaknya dan terus terngiang olehnya, ia pun membunuh sang ayah, yang memaksanya masuk ke Cambridge, dulu” lanjut Windu, Dimas hanya terduduk
            
       “Seekor kupu-kupu yang mengepakkan sayap indahnya menyebabkan badai di sisi lainnya..” ucap Windu dingin dan tenang, Dimas terduduk, diam, begitupula dengan semua orang disana..


“Apa kau, sang kupu-kupu tersebut ?” 





THE END

No comments:

Post a Comment