The Killer
Paradox, Part 10 : Truth.
Tribute to AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman
“Supir bus wajahnya hancur, kami tidak
bisa mengidentifikasi korban” ucap Ridho kepada Firhan dan Recky, “Hmm, yang
bisa kusimpulkan sejauh ini adalah semua korban meninggal dengan mengenaskan,
bus hancur, tentu saja tidak ada yang selamat, dan sepertinya kasus ini
selesai” kata Recky sambil mengeluarkan sebuah notebook kecil miliknya dan
mencatat sesuatu, lalu mengembalikannya ke tempat semula
“Baiklah, sebelumnya aku meminta maaf
karena telah menghentikan bus yang salah” kata Ridho sambil tersenyum bersalah,
“Tenang saja, tidak semua hal harus benar” balas Recky, “Dimana inspektur Ryan
?” tanya Firhan sambil melihat sekeliling
“Sedang dalam perjalanan bersama Ruri, ah
iya, kami menemukan kartu identitas supir bus ini yang ajaibnya, lolos dari
tragedi ini” kata Ridho lalu mengeluarkan sebuah plastik kecil dari kantung
celananya dengan sarung tangan, “Bolehkah ?” tanya Firhan lalu mengambil
kantung berisi kartu tersebut
“Amenk.. nama yang tepat seperti yang
diucapkan Agnes..” katanya setelah membalik-balikkan kantung itu, hanya
beberapa meter dari mereka, garis polisi dipasang untuk membatasi bus yang
apinya baru saja dipadamkan itu, mereka bertiga seakan tidak peduli dengan
dimananya mereka
Ambulance datang beberapa saat kemudian,
Ridho yang sedang memegang kendali segera memerintahkan untuk mengeluarkan
mayat-mayat korban yang masih terperangkap, asap hitam membumbung tinggi ke
langit, Windu yang sedang bersama Debby hanya melirik kecil asap tersebut
“Tapi.. apa maksudmu dengan supir bus ini
pelakunya ? Sang pembunuh berantai ?” tanya Ridho, Firhan menjawab, “Entahlah,
tapi setidaknya kita menghentikan pembunuhan secara masif yang akan dilakukan
olehnya”. “Transplantasi organ, sebelum kau bertanya, anaknya menderita
kerusakan organ parah dan ia berniat mengambil organ anak-anak ini, aku tidak
tahu mengapa ia harus membunuh ketiga korban sebelumnya..” sahut Recky
“Aku kira ia adalah pedofil haha,
maksudku, kau tahu bukan cukup banyak orang tua yang menunjukkan ketertarikan
atau bahkan mencintai orang yang lebih muda dibanding dirinya” jawab Ridho,
“Aku tidak menyetujui hal semacam itu, tapi kenyataannya memang banyak, bukan
?” ucap Firhan, Ridho dan Recky hanya melirik Firhan. “Hey, bukan begitu
maksudku” balas Firhan tertawa
“Jadi, apakah kasus ini selesai ?” tanya Tasya polos
dengan kedua mata berkantung yang lelah, “Ah, sepertinya begitu, kau boleh
istirahat” jawab Iwan seraya menarik kursi Tasya, memberikan celah kepada gadis
manis itu untuk berdiri dan meninggalkan tempatnya terlebih dahulu
“Kau tertarik padanya ?” tanya Tifa setelah Tasya
masuk ke kamarnya. Dimas, Githa, Agnes, Vinna, Dinda, dan Iwan masih di
tempatnya masing-masing saat Ruri memutuskan offline sejenak untuk mengurusi kasus ini dan akan memberi laporan
ke mereka bagaimana langkah kepolisian kedepannya terhadap kasus ini
“Tidak, hanya naluri seorang laki-laki untuk bersikap gentlemen, tunggu, apa kau cemburu ?
sang gadis pintar yang kesepian..” balas Iwan sambil tersenyum kecil, “Huh !,
aku selalu menganggap bahwa cinta adalah kerugian paling berbahaya!” jawab Tifa
sinis
“Bukankah sebaiknya kita bergembira karena kasus ini
terselesaikan ?” tanya Vinna memecah keheningan sejenak. “Tidak, apa kau berpikir
sependek itu ?” ucap Dimas, Vinna hanya diam. “Supir bus ini bisa menjadi
dalang utama kasus ini, atau justru korban keempat dari sang pembunuh aslinya,
aku menjadi semakin penasaran” lanjut Dimas lalu beranjak ke kamarnya
Waktu berlalu, polisi dengan bantuan Recky dan Firhan
berani mempublish berita bahwa pembunuhan berantai ini dinyatakan selesai,
ditutup dengan sebuah serial Matematika, koran bercover empat lambang serial
matematika dari Phytagoras menjadi sangat ramai dibicarakan
Segera, para mahasiswa di 221B Baker Street merayakan
‘keberhasilan’ mereka, para pemain di balik layar ini ikut bergembira karena
kasus ini ditutup, tak lama, Firhan dan Recky kembali ke kost dan tentu saja,
ikut merayakannya, semua orang bergembira hari itu
Keesokan harinya, berita meluas, tentu saja Ryan, Ruri
dan Ridho meng-cover semua kegiatan para mahasiswa ini sebelum mereka menjadi
incaran media. “Nah, Debby, bagaimana perasaanmu sekarang ?” tanya Vinna sambil
merangkul sahabatnya itu, mereka semua berkumpul lagi di meja bundar besar
“Ah.. jauh lebih baik, Vin” jawab Debby singkat,
“Terima kasih kami telah diperbolehkan menginap yaa haha” ucap Githa sopan
kepada yang lain seraya turun dari tangga, Agnes berada di belakangnya, lengkap
dengan menggunakan masker dan jas laboratorium, mereka berdua akan pergi
sebentar lagi
“Tidakkah lebih baik kalian berdua sarapan dulu ?”
tanya Tifa sambil menunjukkan dua kursi tambahan untuk Githa dan Agnes yang
masih kosong, “Jangan malu-malu kakakku, kan katanya aku mau diajarin tentang
kedokteran dulu hahaha” Tasya bangkit
dan mendorong kecil mereka berdua, mengajak makan bersama
“Ah, maaf tentang kemarin Wan, aku hanya terbawa
perasaan karena kasus ini selesai” ucap Tifa meminta maaf kepada Iwan, “Kau
seperti laki-laki saja, Tif” balas Vinna, Tifa hanya mengernyitkan dahi kepada
Vinna, “Jika laki-laki mencintai seseorang, ia tidak akan pernah bisa marah
besar kepada perempuan yang dicintai, jika perempuan, maka ia rela melakukan
hal yang diperintahkan oleh laki-laki hahaha” jawab Vinna
“Ah, bukan berarti” bela Tifa, “Hahaha apa maksudmu
Vin” Iwan melakukan hal yang sama. “Jadi, apa kalian ingin tahu mengapa polisi
menutup kasus ini ?” Recky tiba-tiba bangkit, “Jangan sekarang Ky” sahut Firhan
namun tidak dihiraukan olehnya
“Serial phytagoras.. terdiri dari 4 lambang” ucap
Recky, “Emm, aku hanya ingin tahu mengapa kasus ditutup” ucap Tasya, “Lambang
keempat, tolong” kata Tifa langsung, Recky terdiam sebentar lalu menggambar
sebuah segitiga yang dibentuk dengan empat buah titik terbawah, tiga buah titik
diatasnya, dua buah titik diatasnya lagi, dan satu buah titik lagi sebagai
puncak
“Totalitas, Demiurge, Sepuluh titik yang membentuk
segitiga inilah yang menjadi kunci” ucap Recky. “Rata-rata bus sekolah di
London dapat membawa sampai 20 orang, namun bus untuk anak-anak yang tidak
beruntung ini hanya berisi 10 orang, jika kita tidak mencegah kasus keempat,
maka akan ada 10 korban” tutup Agnes
“Aku baru sadar akan hal ini kemarin, saat membuka
notebook kecilku dan membaca kembali, rupanya tidak sampai 10 kasus, namun 10
korban dalam kasus keempat, teorimu salah, Dimas” ucap Recky kepada Dimas,
“Itulah sebabnya, aku berani mengatakan ke Ryan agar menutup kasus ini” tutup
Recky
“Namun teori Dimas tidak semuanya salah, e=mc2
merupakan hal penting yang membawa kita ke Phytagoras ini” puji Firhan sambil
menepuk bahu Dimas, “Ah.. aku ada jadwal lagi bersama Windu hari ini” sela
Debby lalu berdiri dan pergi ke kamarnya
“Omong-omong soal Windu.. aku diberikan sebuah kertas
yang berisi kode ketiga, kasusnya sudah selesai bukan ?” Recky meraba-raba
kantung celananya, “Maksudmu kertas putih yang terlipat rapih ?” tanya Tifa
tiba-tiba, “Kutemukan semalam saat sedang berpesta kecil, aku lupa membuangnya,
masih di saku celanaku” Tifa lalu berdiri dan memberikan sebuah kertas yang
dilipat kecil ke Recky
“Kosong ?” tanya Recky sambil membolak-balik kertas
tersebut, “Apa ?” tanya Firhan lalu ikut melihat kertas tersebut. “Orang tua
sialan ini tidak mengetahui apa-apa rupanya” kata Dimas sambil tertawa menyindir
dan menghabiskan minumnya.
KNOCK KNOCK KNOCK..
“Debby ?” Seseorang muncul dari pintu, Windu dengan
sebuah kaos polos hitam dan jaket berwarna sama datang, memasukkan kepalanya
lalu masuk ke dalam rumah tersebut. “Oh, kalian” Windu berjalan lebih dekat lalu
mengambil tempat dimana Debby duduk tadi
“Aku sudah menemukan definisi kebenaran sesungguhnya,
tidak ada ! Semuanya palsu” ucap Windu lalu merentangkan kedua tangannya. Yang
lain hanya terdiam, Recky melempar kertas kecil tersebut ke hadapan Windu.. “Lalu,
apakah ini kepalsuanmu yang berikutnya ?” tanya Recky
“Huh.. kertas ini penting, Recky” ucap Windu, “Aku
harus meyakinkanmu, bahkan semua orang, bahwa aku harus tahu atau aku akan
dijadikan tersangka” lanjutnya sambil mengenggam kertas kecil tersebut,
“Blackjack. Ini adalah kartu bebas penjara milikku, dan tentu saja pelecut
semangat kalian. Aku tahu kalian tidak akan mengecewakanku” Windu lalu
menyimpan kertas tersebut
“Kau mengambil sebuah resiko besar dengan
memberikanku, bahkan kami, sebuah kertas kosong” balas Recky, “Semua orang
disini telah mengetahui detail kasus ini bahkan dari yang terkecil sumber kami
di kepolisian adalah segalanya saat kami kehilangan informasi” lanjut Recky
“Tidak ada yang namanya pembunuhan berantai.”
Tiba-tiba Firhan berdiri, menyilangkan tangannya di dada, Recky hanya tersenyum
sinis kepada Windu, “Ini semua hanyalah penemuan, bukan penemuan Amenk, namun
penemuanmu” ucap Dimas tegas
“Bagaimana bisa orang-orang ini mendapat pemikiran
yang sama ?” bisik Githa ke Vinna, sang psikolog. “Disaat orang pintar
dikelilingi oleh orang pintar lainnya, frekuensi yang mereka berikan adalah
frekuensi tertentu dimana tidak setiap orang bisa mengartikannya, mereka semua
terhubung, connected.” Jawab Vinna
“Kau,
menemukan serial pembunuhan berantai ini untuk menyembunyikan pembunuh asli
dari ibu Debby, yaitu Edward, sang korban di kasus kedua” jelas Recky tenang
namun lancar, “Debby yang mengetahui hal ini segera meminta bantuanmu, itulah
mengapa kau datang ke tempat kejadian, mengulur waktu agar polisi tidak dapat
ide untuk menyelidiki Edward” lanjutnya
“Lagipula,
kau meninggalkan suatu hal..” Dimas berdiri, “Kertas yang bertuliskan e=mc2
adalah kertas yang kau dapatkan sebelum kasus pertama, lalu kau menyadari
kesalahan itu, dan mengeluarkan analisa seakan-akan kode tersebut adalah kode
dari sang pembunuh untuk kasus kedua, bahkan ketiga” tutup Dimas
“Debby
mengetahui hal ini sejak awal, makanya ia membutuhkan bantuanmu untuk menutupi
kejahatan ayahnya sendiri, begitu juga dengan kau, sang professor, pasti
menyadari hal ini” kata Firhan, “Disaat itulah, kau memikirkan pembunuhan
berantai, tapi kau membutuhkan pembunuhan kedua” lanjutnya
“Lalu
kau, menceritakan hal itu ke Debby, kau membutuhkan korban kedua. Debby yang
sudah depresi karena kuliahnya dan ayahnya yang seorang pemabuk berat, akhirnya
terpaksa membunuh ayahnya sendiri, Edward” ucap Recky, mengagetkan semua orang.
“Jika
kau perhatikan baik-baik, di mayat Edward, kau bisa melihat ada tetesan air di
bagian lehernya, itulah yang dikatakan Ruri. Debby membunuh Edward, sang ayah,
dalam tangisan” tutup Recky, Windu hanya terdiam
“Aku..
tidak bisa membiarkan kehidupannya dalam masalah lagi, dia butuh bantuanku”
ucap Windu terpatah-patah. “Dan tentu saja, dengan begitu, satu-satunya orang
yang akan mendapat kecurigaan tertinggi adalah Debby, kau harus melindunginya
lagi bukan ?, itulah mengapa kau melumuri tongkat sang dirijen itu. Kau sudah
hafal kebiasaannya, memegang tongkat, meletakannya kembali, memakan permen
karet, lalu memegangnya lagi” terang Dimas
“Racun
yang ditongkatnya akan pindah ke tangan, lalu ke permen karet, dan bungkus
permen karet yang ia makan, aku bisa menjamin adanya racun di ketiga hal itu”
lanjut Firhan. “Oh ya, tentu saja !, kau membutuhkan korban keempat, dengan
begitu polisi akan semakin bingung” kata Recky
“Siapa
sangka kau dan Dokter Kevin adalah kawan lama ?, kau berhasil meyakinkan Dokter
Kevin, dan sang dokter, melakukan penawaran terhadap supir bus malang, Amenk,
simple saja, Kevin hanya tinggal bilang bahwa ia bersedia melakukan
transplantasi organ untuk anak perempuan Amenk, asalkan ada organ yang
dibutuhkan” ucap Dimas
“Disaat
itulah Amenk mendapat ide, setiap harinya, ‘tersangka’ kita ini mengantarkan
anak-anak yang hidup sehat dengan organ lengkap namun otak cacat, mengapa
mereka lebih pantas hidup dibandingkan anaknya ?” lanjut Dimas, mereka berhasil
mengepung Amenk
“Namun
kau lebih beruntung, karena Amenk kecelakaan, polisi menutup kasus ini lebih
cepat dengan Amenk sebagai tersangkanya, akupun tertipu pada awalnya, bahkan
sampai beberapa menit yang lalu, aku hanya bercanda saat melempar kertas itu,
namun Firhan membuat segalanya terhubung, kasus-kasus ini” ucap Recky
“Jadi..
kalian berpikir, bahwa akulah pembunuhnya ?” tanya Windu terdiam. “Tidak, kau
baru membunuh satu orang, namun sisanya merupakan kesalahanmu yang memprovokasi
pembunuhan yang tidak seharusnya terjadi” balas Firhan, “Satu hal yang lebih
penting daripada ini, adalah.. rasa cintamu terhadap Debby” kata Dimas
tiba-tiba
“Disaat
kedua orang tuanya meninggal, dia membutuhkan sosok seorang pemimpin, dia tentu
saja tidak akan memilih kami, yang seumuran dengannya, dia membutuhkan seseorang
yang lebih tua, untuk sementara sampai kuliahnya selesai dan pergi ke negara
lain, menemui saudara jauhnya yang akan merawatnya. Disitulah, kau ada, dia
akan memilihmu. Caramu untuk mendapatkannya boleh dibilang luar biasa, Windu”
lanjut Dimas
“Namun
tentu saja, kau harus menyingkirkan orang-orang terdekatnya, kau tidak bisa
lagi menjadi pacarnya, kau hanya bisa menjadi orang yang terdekat untuknya..
Cinta adalah kerugian paling berbahaya, bukan ?” tutup Dimas tertawa kecil
kepada Windu
“Satu-satunya
yang menutupi kau dari kejahatan ini, adalah sang pelaku utamanya, Dimas” ucap
Windu, “Siapa ?” tanya Dimas, semua orang disana bertanya-tanya akan hal yang
sama. “Kau sendiri. Dimas” jawab Windu singkat
“Haha
!, Jangan mencoba membuatku tertawa, aku tidak terlibat sama sekali di kasus
ini” kata Dimas sambil tertawa kecil kepada Windu, “Debby mencintaimu Dimas”
jawab Windu singkat, “Jadilah bebas, seperti aku, laksana seekor burung yang
bisa pergi kemanapun engkau mau..” lanjut professor tersebut
“Wanita..
akan melakukan hal-hal yang diperintahkan laki-laki yang dicintainya..” ucap
Vinna pelan, namun kencang ditengah keheningan ruangan tersebut. “Kata-kata itu
menempel di otaknya dan terus terngiang olehnya, ia pun membunuh sang ayah,
yang memaksanya masuk ke Cambridge, dulu” lanjut Windu, Dimas hanya terduduk
“Seekor
kupu-kupu yang mengepakkan sayap indahnya menyebabkan badai di sisi lainnya..”
ucap Windu dingin dan tenang, Dimas terduduk, diam, begitupula dengan semua
orang disana..
“Apa kau, sang kupu-kupu tersebut ?”
THE END
No comments:
Post a Comment