The Killer Paradox, Part 7 : Second Turn.
Tribute To AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman
Oleh : Kanzia Rahman
“Tapi, itu bisa jadi black jack kalian
untuk menemukan dan mengetahui siapa pelakunya.” Lanjut Windu setelah Recky
menyimpan kertas itu dan berpaling darinya, mahasiswa itu hanya melirik kecil
tanpa memutar kepalanya sedikitpun kepada Windu, “Tapi ingat, The Prestige !” Windu tersenyum kecil,
membiarkan Iwan dan Recky pergi kembali ke kost
“Kalau boleh saya tahu, dimana letak
pembunuhan kedua ?” tanya Windu pada Ryan, “Sebuah ladang jagung yang cukup
jauh dari pusat kota, terletak di pinggaran kota London, ini aneh” jawab Ryan,
“Aku tahu London merupakan gabungan dari City Of London dan City Of Westminter,
yang berarti kedua kota kuno ini bergabung, namun dalam pembunuhan kedua,
pelaku memilih tempat yang jauh dari keramaian, kenapa ?” lanjut Inspektur kepolisian
tersebut
“Apa kita benar-benar akan
menghentikannya ?” Ryan mulai ragu setelah menyadari bahwa kasus kedua
benar-benar sebuah kecolongan yang cukup besar untuk kubu kepolisian, “Justru
aku yang harus mulai berpikir demikian, pelaku menjauh dari dugaan kita, namun
jika korban ditemukan tadi siang, apa maksud dari 16.00 di kertas yang
ditemukan diluar ?” Windu membalas Ryan
“Emirates aman, orang yang mencurigakan
disana hanyalah jatuh akibat tumpahan dari minuman yang ia pegang, jadi kasus
kedua adalah Edward, bukan Emirates Stadium” ucap Ryan lalu mengusap mukanya,
lelah. “Kebenaran mutlak, kepastian dan ketidakmungkinan yang kau buat barusan”
kata Windu sambil menatap lurus, kosong
“Kau baru saja mengucapkan seolah kau
mengetahui sebuah kebenaran mutlak dan memastikan hal tersebut, dan kau
menghapuskan sebuah kemungkinan, pada dasarnya, semua kemungkinan itu layak
untuk dihormati dan tidak dilupakan” lanjut Windu cepat dan tegas kepada sang
Inspektur muda
Dimas berdiri dari kursinya, sebuah
serangan kembali dilancarkan oleh klub kesayangannya tersebut, tendangan
seorang pemain bernomor punggung 11 membentur tiang gawang dan memantul, tim
tamu segera berinisiatif menyerang balik dan melakukan perlawanan
“Oooohh!” teriaknya, sebuah
penyelamatan gemilang dilakukan penjaga gawang nomor 1 tersebut dan bola
keluar, kedudukan sementara imbang 1-1, 20 menit pertama menyuguhkan
pertandingan yang menjanjikan bagi kedua kubu dan belum bisa ditebak sejauh ini
siapa yang akan memenangkan derby London kali ini
“Kondisi mayat korban kedua, ditusuk tepat di
jantungnya, korban juga melihat muka pelaku, karena darah lebih dominan berada
di bagian depan badan korban, saat ditemukan warga, mayat menghadap langit,
namun tusukannya cukup dalam, bahkan bisa dibilang menembus bagian belakang
atau punggung korban” jelas seorang polisi lainnya pada Ryan
Windu ia tinggalkan sendirian, kembali menulis
catatan-catatan kaki pada kertas yang ia minta, entah maksudnya apa, mungkin
membuat analisa lain yang berkaitan dengan kasus ini..
“Kami sudah menanyai para saksi, seingat mereka,
pelaku berlari ke arah ladang jagung dan menghilang, warga sekitar membentuk
formasi yang mengelilingi ladang tersebut, namun mereka tidak menemukan
apa-apa” lanjutnya, Ryan hanya terdiam dan menyeruput kopi panasnya sambil
membuka lembar per-lembar dokumen dari kasus ini
“Aku mulai berpikir, Inspektur..” Ryan melirik ke
polisi tersebut, “Apa musuh yang sedang kita hadapi ini, adalah contoh dari
fenomena poltergeist ?” tanyanya, Ryan hanya bisa terdiam, tidak mau
berspekulasi ataupun berbicara banyak, ia belum bisa mengidentifikasi sang
pembunuh ini
“Huft..” Ridho kembali bersama para ‘pasukan’nya,
pencariannya di ketiga museum tidak menghasilkan apa-apa selain lelah, mereka
kecolongan lagi, dan tentu saja mereka harus bersiap untuk menghadapi adanya
kemungkinan yang ketiga, dan yang paling parah dari semuanya, kenyataan bahwa
pelaku yang mendikte mereka
“Kenapa harus gue” ucap Debby ditengah tangisannya
yang semakin kencang, kesedihan terasa di seluruh penjuru ruangan, menyayat
hati tiap orang yang melihat seorang gadis manis yang menangis karena ditinggal
oleh kedua orang tuanya yang mati dengan kondisi mengenaskan
“Dimana Dimas dan Firhan ?” tanya Tifa ke Recky yang
menjauh dari kerumunan bersama Iwan, “Kelihatannya kau sedang sentimen terhadap
kedua orang tersebut” Vinna bergabung dengan mereka bertiga, ikut duduk di meja
makan besar dan bersandar di kursi
“Menonton sepakbola mungkin, Windu tadi bilang bahwa
hari ini ada salah satu pertandingan terbesar di Inggris, mungkin mereka berdua
menontonnya” jawab Iwan melihat Recky diam saja, tidak menanggapi pertanyaan
tersebut, Githa dan Tasya masih menenangkan Debby, Recky pergi ke dapur,
membuat sereal dan memakannya sendiri
“Ada apa dengan dia ?” tanya Tifa sambil berbisik pada
Vinna, “Entah, mungkin masalah pribadi dengan Dimas dan Firhan, kita tidak tahu
apa yang terjadi saat mereka bertiga dirumah ini tadi, saat kita tidak ada”
jawab Vinna balik berbisik, Iwan tidak berkata apa-apa dan menuju kamarnya diatas
“Lebih baik kita menenangkan sang putri ini” lanjut
Tifa sambil berpaling ke Debby, Vinna mengikuti Tifa, berkumpul di ruang tengah
bersama yang lainnya, menghibur Debby, menceritakan segalanya, bermain,
bernyanyi, melakukan semua usaha untuk mengembalikan senyum Debby
Firhan kembali ke tempat duduknya, kembali menikmati
pertandingan yang sudah memasuki babak kedua, sayang sekali dia tidak
menyaksikan 2 gol yang dicetak pada 45 menit pertama, ia membawa minuman kecil
dan snack untuk Dimas juga
“PRIITTT !!” “Ooohh !!” Wasit menunjuk titik putih, 12
pas dari gawang Arsenal, sebuah serangan balik yang cepat dan mematikan dari
tim tamu mengagetkan lini pertahanan Arsenal, sepak pojok yang tidak sempurna
dibuang oleh kiper dan dibawa oleh gelandang Spurs untuk dilanjutkan ke
penyerang, salah satu bek tengah Arsenal terlambat mundur, Terpaksa, bek tengah
lainnya melakukan pelanggaran terhadap striker tunggal tim tamu di dalam kotak
penalti
“Boooo !!!” teriak para fans Arsenal mencoba
mengacaukan konsentrasi pemain bernomor 37 tim lawan, tendangan diambil, dan
gagal !. Sebuah penyelamatan sempurna sang kiper di sudut kanan gawang berhasil
menjaga gawangnya dari bola, sang kapten tim segera membuang bola jauh ke depan
Tidak ingin membuang kesempatan, kali ini Arsenal
membangun serangan, dimulai dari passing 1-2 ditengah lapangan untuk melewati
gelandang tim tamu, solo run dari
sisi kanan oleh pemain berkebangsaan Chile dan memasuki kotak 16 pas, ia
mengirim umpan lambung yang pendek ke sang penyerang yang sukses menyelesaikan
umpan tersebut dengan sebuah tendangan volley
dan mencetak gol
“GOALLL !!!” Seluruh gooners yang tengah berada di
Emirates Stadium berdiri dan merayakan gol tersebut dengan cara masing-masing,
ada yang memutar syal, ada yang sekedar berdiri dan mengangkat tangannya, ada
yang melompat-lompat sambil memutar syal, ada yang mulai menyanyikan chants
“Pak !!” seorang polisi tiba-tiba mendobrak pintu
masuk dan mencari Ryan, nafasnya terengah-engah, keringat bercucuran
dibadannya, “Tenangkan dirimu, ada apa ?” Ridho mendatangi orang tersebut, lalu
mengajaknya duduk. “Maaf, aku dari pihak kepolisian tempat mayat Edward
ditemukan, nampaknya aku berhasil menemukan hal baru dalam kasus ini” jawabnya
sambil mengelap keringatnya
“Mobilku hanya berjarak beberapa kilometer dari sini,
bannya bocor” lanjut polisi tersebut, Ridho hanya melihat kearah Ryan seraya
inspektur itu datang, Ryan mengangguk kecil tanpa kata, Ridho dan orang
tersebut keluar dari kantor kepolisian, menuju mobil sang polisi dengan
berjalan kaki
“Halo suster” sapa Amenk kepada Agnes yang sedang berjaga
di rumah sakit. Awalnya, Agnes hanya terdiam, namun ia segera menjawab sapaan
tersebut, “Iya, halo Mr. Amenk, semoga putri anda membaik, hari ini aku belum
sempat menjenguknya” jawab Agnes sambil tersenyum. Alih-alih ke kamar sang
putri, Amenk justru mendatangi Agnes dengan tatapan tajam, sang suster sudah
siap dengan telepon umum di tangannya dan menekan angka darurat jika Amenk
berbuat macam-macam
“Jangan tegang seperti itu, apa kau hanya suster biasa
?” tanya Amenk pada Agnes, Amenk meletakkan tangannya diatas papan kayu yang
dipoles yang membatasi dirinya dan Agnes, seperti kebanyakan resepsionis, ada
pembatas untuk diletakkan buku, Agnes menjauh sedikit
“Aku sangat penasaran tentang sistem organ tubuh
manusia, apakah itu salah satu bidangmu ?” lanjutnya, Agnes terdiam tanpa
suara, “Oh begitu” Agnes kembali ke posisi sebelumnya, “Aku hanya banyak-banyak
membaca, kau bisa tanyakan pada Dokter Kevin” lanjutnya
“Dokter Kevin ? Oh, orang yang merawat putriku itu ya
hahaha” jawab Amenk sambil tertawa kecil, “Oke, terima kasih, aku sudah
beberapa kali bertemu dan berbicara sedikit dengannya, semoga harimu
menyenangkan” lanjut Amenk ceria sambil berpaling keluar dari rumah sakit
“Terus terus, banyak yang pernah coba jadi pacar aku,
cara mereka macem-macem, dari coklat, bunga, sampe sepaket buku ensiklopedia
hahaha” kata Tasya kepada yang lainnya, “Wah kalo gue juga pernah Sya, tapi
kalo gue negatif, justru banyak yang doain gue putus haha” ucap Tifa sambil
tertawa juga, diikuti tawa dari para gadis lainnya
“Maaf kawan-kawan, aku perlu pergi sekarang, ada
urusan sebentar” ucap Recky sambil tersenyum kepada Tasya yang dibalas dengan
sebuah senyum manis dan mata yang agak disipitkan. Recky pun keluar dari kost
tersebut dan menyalakan mobilnya, matanya menatap layar smartphone,
pertandingan klub kesayangannya yang tidak bisa ia lewatkan tinggal beberapa
saat lagi
“Ooohh !!” ucap Dimas dan Firhan lalu bertepuk tangan
saat pemain bernomor punggung 15 berhasil membawa bola dan melakukan tendangan
spekulasi, sayang tendangan tersebut berhasil ditangkap kiper tim tamu, gooners
yang telah berdiri kembali duduk
Kali ini giliran tim tamu yang melakukan serangan,
dimulai dari umpan-umpan pendek dibelakang, lalu sebuah umpan panjang kedepan, sang
penyerang tunggal yang tadi gagal mengeksekusi penalti membawa bola menuju
kotak 16 pas tim tuan rumah
Ia melakukan sebuah tendangan, “Deflection !, and
goaalll !!!!” teriak sang komentator, tendangan tersebut membentur salah
seorang pemain belakang dan membelokkan bola sebelum bersarang untuk kedua
kalinya di gawang Arsenal, waktu semakin sempit, para gooners terlihat
memegangi kepalanya, sekedar diam, atau bahkan meneriaki lawan
Pemandangan berbeda terlihat dari suporter tim tamu,
mereka berbahagia, merayakan gol dan kembali fokus ke pertandingan yang sudah
kurang dari 15 menit lagi, setiap tendangan dan peluang tidak akan disia-siakan
oleh kedua kubu, setiap kesempatan akan dioptimalkan, dan setiap serangan akan
dimanfaatkan sebaik mungkin
“Ini belum ada satu kilometer..” ucap Ridho sambil
melihat mobil sang polisi tersebut, polisi itu hanya diam, membuka jok depan,
Ridho tepat dibelakangnya, sang polisi mencari-cari sesuatu dan..
“Beritahu semua yang engkau tahu..” ucapnya sambil
menodongkan pistol ke kepala Ridho
TO BE CONTINUED
No comments:
Post a Comment