The Killer Paradox, Part 6 : Out Of Sight
Tribute To AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman
Tribute To AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman
“Here
it is !, Arsenal FC, versus their biggest rival, Tottenham” ucap sang
komentator, para pemain Arsenal memulai permainan, chants dan teriakan para
suporter dari kedua tim bergemuruh di Emirates Stadium, komentator memandu
jalannya pertandingan secara live, 60.000 lebih penonton berkumpul dan menyaksikan
22 pemain sepakbola bertanding demi tiga angka dan harga diri
Sebuah jam besar di sisi clock-end
berdentang, tepat di angka 16, tim tuan rumah melancarkan serangan pertama
lewat sisi kiri, tendangan kaki kanan dari salah seorang pemain masih membentur
tiang gawang dan bola keluar lapangan, “Sanchez !!” teriak komentator yang
mengikuti jalan pertandingan
“Tidak ada waktu, ayo, ayo” ucap Firhan
sambil melihat sekelilingnya, mencoba memperhatikan setiap gerakan penonton,
dari tangan yang memakan snack ringan, memainkan handphone, ataupun mengangkat
syal keatas, tidak ada yang luput dari pandangannya
“Dim, nyawa manusia, atau match ?” tanya
Firhan tegas kepada Dimas yang terlihat memperhatikan pertandingan tersebut
dengan serius, “Bantu aku, kita bisa hentikan pembunuhan kedua dan menonton
pertandingan ini lain kali, jika kita diterima di universitas sini” lanjut
Firhan, Dimas hanya terdiam tanda tak setuju. “Baiklah” Firhan lalu pergi
meninggalkan Dimas, menelusuri kasus ini..
“Lapor, sir, tidak terlihat tanda-tanda
yang mencurigakan dari Science Museum” ucap seorang polisi kepada Ridho, “British
Museum, tidak ada hal yang mencurigakan” lapor seorang polisi lainnya, “Ok,
tetap buka mata kalian” jawab Ridho dingin sambil mengawasi seluruh penjuru
Natural History Museum lewat kamera CCTV, keamanan ia ambil alih
“Jadi.. apa kalian sudah menemukan
pembunuhnya ?” tanya Windu setelah beberapa saat ruangan itu hening, “Hanya mengingatkan,
sekarang sudah 16.05” lanjutnya lalu menundukkan kepala, meletakkan spidol dan
duduk kembali, ikut terdiam bersama yang lain
“Dimana kalian ? Hanya memberitahu, aku
dan Debby sudah kembali ke kost, seluruh urusan telah diselesaikan, sampai
jumpa” Tasya membaca sebuah pesan yang masuk ke handphonenya, “Mungkin, kita
bisa tanya kemungkinan lain dari kode ini ke Tifa” ucap Tasya kepada Vinna dan
Githa
“Maaf pak Inspektur, apa kami boleh
membawa kertas-kertas ini ?” tanya Githa kepada Ryan, “Maaf, tapi ini adalah
barang bukti yang penting, kalian bisa mengambil fotonya saja dengan kamera
hape kalian” jawab Ryan tertekan keadaan, ia lalu memberikan kedua kertas itu
kepada Githa, yang segera mengambil gambar melalui hape Vinna
“Kami pamit duluan, semuanya” kata Tasya
memberikan salam, “Aku akan mengantar kalian, hanya antisipasi jika ada yang
telah menunggu kalian diluar kantor ini” ucap Ruri lalu mengantar Vinna, Tasya,
dan Githa ke kost, Recky, Iwan dan Inspektur Ryan tetap menunggu kabar
sementara dari para petugas lapangan
“Ikuti aku” Ryan bangkit dari tempat
duduknya, Recky dan Iwan melakukan hal yang sama, “Apa aku?” tanya Windu, “Maaf
Windu, anda masih dalam status yang tidak jelas dalam kasus ini, tunggu saja
disini sampai hasil resmi dari kami keluar” jawab Ryan, “Baiklah, tapi bolehkah
aku meminta beberapa lembar kertas ?” ucap Windu
“Pickpocket.” Firhan mengambil sebuah
tanda pengenal dari seorang petugas yang berjaga di Emirates, ia sudah keluar
dari tribun dan mengenakan jaketnya dan menutupi jersey merah Arsenal yang
dikenakan. Tanpa sepatah katapun, Firhan menunjukkan tanda pengenal itu lalu
dipersilahkan untuk masuk ke tribun lainnya, ia akan melakukan itu terus.
“Santi Cazorlaaa !, Almost there !”
teriak komentator saat seorang pemain lainnya membahayakan gawang tim tamu, Arsenal
sudah beberapa kali melakukan tendangan jarak jauh yang cukup berbahaya,
penampilan sang penjaga gawang yang cukup impresif hari ini menjadi penghalang
sang tuan rumah untuk menghasilkan gol pertama
“Now, Lloris kick the ball, what a
mistake from Sandro !, Welbeck take the ball, he is one-on-one with the
keeper..” Sebuah kesalahan dilakukan pemain belakang Tottenham, Lini depan
Arsenal segera mencuri bola, tinggal 1 vs 1, antara goal atau dihalau,
supporters kembali berdiri, tegang dan..
“GOAAALL !!, Welbeck took the ball, and
score the goal with a beautiful lob above the goalkeeper’s head, it’s 1-0 for
the Arsenal !!” teriak komentator, seisi Emirates Stadium bergemuruh, merayakan
gol dari pemain tuan rumah yang membawa mereka unggul sementara
“Sial, jangan sekarang, tidak !” keluh
Firhan, ia hanya bisa melihat punggung ataupun pinggang para suporter
disekitarnya. “Apa itu ?” Apa yang ia lihat sesaat setelahnya langsung menarik
perhatian, tiba-tiba saja, seorang suporter dari dua tribun disebelahnya jatuh
ditempat, Firhan segera menelpon Vinna dan berteriak, “Kasus kedua !!” seraya
berlari menuju orang tersebut
“Aduh gua lupa !” Lari Firhan terhenti,
sebuah pagar kawat ada dihadapannya, pikirannya tidak jernih, ia mencoba
berpikir dan mencari pintu keluarnya, setiap orang yang ada didepannya
seolah-olah mengaburkan pandangan Firhan, pria itu seperti orang hilang dalam
kerumunan sekarang
“Itu dia !” Firhan berlari menuju pintu
keluar tribun, lalu mencoba mengira-ngira posisi orang tadi dengan melihat
denah emirates yang ada di matchday
programme, ia memasuki setiap tribun disekitar tribun tempat ia melihat
orang yang jatuh tadi, panik adalah kata yang tepat untuk menggambarkan
keadaannya sekarang.
“Kasus kedua..” Vinna mematikan handphonenya,
menunjukkan ekspresi keputus-asaan, yang lain hanya terdiam, Ruri terpaksa
melanjutkan perjalanannya, ia tahu, pasti Ryan sedang menunggunya di kantor
polisi, Tasya berinisiatif memberitahu Recky dan Iwan, namun telponnya kepada
kedua orang tersebut tidak diangkat
“Pak, siang ini, ditemukan sesosok mayat,
pria, silahkan anda lihat sebentar” seorang polisi mendatangi Ryan, Recky dan
Iwan dengan sebuah map berwarna merah, Ryan membuka lembaran demi lembarannya
“Edward, ditemukan tak bernyawa akibat
luka tusukan, sepertinya tusukannya cukup dalam, tepat di jantungnya, saat
warga sekitar menemukan mayatnya, mereka melihat seseorang berusaha membawa
kabur mayat tersebut, namun orang itu menjadi buronan sekarang” lanjut polisi
tersebut menjelaskan
“Yang lebih mengejutkan lagi, pak. Kami
bisa mengonfirmasi bahwa orang ini adalah suami dari korban pembunuhan beberapa
hari lalu, yang ditemukan dirumahnya, ada hubungan darah yang setelah kami
lihat, mengacu kepada Debby Claudia, sang anak dari korban pertama, jadi kami
bisa konfirmasi bahwa pria ini adalah ayah dari Debby” lanjutnya lagi, Ryan,
Recky dan Iwan terdiam, keduanya kaget.
“Kami juga sudah mengirim orang untuk
mengecek apa yang terjadi di emirates stadium, seorang wanita bernama Tasya
melaporkan adanya sesuatu yang mencurigakan terjadi disana, letak tribun dan
detailnya dilanjutkan oleh seorang pria bernama Firhan, wanita itu sempat
beberapa kali mencoba menghubungi temannya yang ada disini namun tidak diangkat”
lanjut polisi tersebut lalu meninggalkan mereka bertiga
Recky segera memberitahukan hal ini
kepada para gadis di kost, pukulan telak yang menghancurkan Debby, Iwan mencoba
menghubungi Firhan ataupun Dimas, tak ada yang mengangkat telponnya, mereka
bertiga kembali ke ruangan Windu..
“Edward, Men, Second case” isi pesan Tifa
kepada Recky, “aku turut berduka, sepertinya malaikat maut sedang tidak
berpihak kepada Debby” ucap Windu saat mereka bertiga masuk, “Bukan maksud
menguping pembicaraan kalian, tapi pintu tidak tertutup rapat dan obrolan
kalian berempat cukup keras tadi, aku bisa memperkirakan apa yang terjadi”
lanjutnya
“Dan, jangan pikir aku tidak membuat
apa-apa, ini adalah beberapa kemungkinan untuk kode ketiga yang akan diberikan
oleh pelaku..” ucap Windu sambil memberikan selembar kertas yang sudah dilipat
beberapa kali kepada Recky, “Jangan dibuka, karena rasa keingintahuan kalian
akan sirna, aku ingin membiarkan kalian bekerja sama, mencari tahu pelakunya”
lanjut Windu sambil tersenyum kecil, Recky menyimpan kertas tersebut
“Tapi tentu saja, rasa harga diri dan
kebanggaan kalian sebagai mahasiswa-mahasiswa terbaik di Inggris akan hilang
begitu kalian membuka kertas ini, karena itu berarti, kalian sudah menyerah dan memutuskan untuk melihat petunjuk..” tutup Windu
TO BE CONTINUED
No comments:
Post a Comment