Thursday, March 5, 2015

The Killer Paradox, Part 6 : Out Of Sight

The Killer Paradox, Part 6 : Out Of Sight
Tribute To AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman

       “Here it is !, Arsenal FC, versus their biggest rival, Tottenham” ucap sang komentator, para pemain Arsenal memulai permainan, chants dan teriakan para suporter dari kedua tim bergemuruh di Emirates Stadium, komentator memandu jalannya pertandingan secara live, 60.000 lebih penonton berkumpul dan menyaksikan 22 pemain sepakbola bertanding demi tiga angka dan harga diri
       


       Sebuah jam besar di sisi clock-end berdentang, tepat di angka 16, tim tuan rumah melancarkan serangan pertama lewat sisi kiri, tendangan kaki kanan dari salah seorang pemain masih membentur tiang gawang dan bola keluar lapangan, “Sanchez !!” teriak komentator yang mengikuti jalan pertandingan
       
       “Tidak ada waktu, ayo, ayo” ucap Firhan sambil melihat sekelilingnya, mencoba memperhatikan setiap gerakan penonton, dari tangan yang memakan snack ringan, memainkan handphone, ataupun mengangkat syal keatas, tidak ada yang luput dari pandangannya
       
       “Dim, nyawa manusia, atau match ?” tanya Firhan tegas kepada Dimas yang terlihat memperhatikan pertandingan tersebut dengan serius, “Bantu aku, kita bisa hentikan pembunuhan kedua dan menonton pertandingan ini lain kali, jika kita diterima di universitas sini” lanjut Firhan, Dimas hanya terdiam tanda tak setuju. “Baiklah” Firhan lalu pergi meninggalkan Dimas, menelusuri kasus ini..
       
       “Lapor, sir, tidak terlihat tanda-tanda yang mencurigakan dari Science Museum” ucap seorang polisi kepada Ridho, “British Museum, tidak ada hal yang mencurigakan” lapor seorang polisi lainnya, “Ok, tetap buka mata kalian” jawab Ridho dingin sambil mengawasi seluruh penjuru Natural History Museum lewat kamera CCTV, keamanan ia ambil alih
       
       “Jadi.. apa kalian sudah menemukan pembunuhnya ?” tanya Windu setelah beberapa saat ruangan itu hening, “Hanya mengingatkan, sekarang sudah 16.05” lanjutnya lalu menundukkan kepala, meletakkan spidol dan duduk kembali, ikut terdiam bersama yang lain
      
       “Dimana kalian ? Hanya memberitahu, aku dan Debby sudah kembali ke kost, seluruh urusan telah diselesaikan, sampai jumpa” Tasya membaca sebuah pesan yang masuk ke handphonenya, “Mungkin, kita bisa tanya kemungkinan lain dari kode ini ke Tifa” ucap Tasya kepada Vinna dan Githa
       
       “Maaf pak Inspektur, apa kami boleh membawa kertas-kertas ini ?” tanya Githa kepada Ryan, “Maaf, tapi ini adalah barang bukti yang penting, kalian bisa mengambil fotonya saja dengan kamera hape kalian” jawab Ryan tertekan keadaan, ia lalu memberikan kedua kertas itu kepada Githa, yang segera mengambil gambar melalui hape Vinna
             
       “Kami pamit duluan, semuanya” kata Tasya memberikan salam, “Aku akan mengantar kalian, hanya antisipasi jika ada yang telah menunggu kalian diluar kantor ini” ucap Ruri lalu mengantar Vinna, Tasya, dan Githa ke kost, Recky, Iwan dan Inspektur Ryan tetap menunggu kabar sementara dari para petugas lapangan
       
       “Ikuti aku” Ryan bangkit dari tempat duduknya, Recky dan Iwan melakukan hal yang sama, “Apa aku?” tanya Windu, “Maaf Windu, anda masih dalam status yang tidak jelas dalam kasus ini, tunggu saja disini sampai hasil resmi dari kami keluar” jawab Ryan, “Baiklah, tapi bolehkah aku meminta beberapa lembar kertas ?” ucap Windu
       
       “Pickpocket.” Firhan mengambil sebuah tanda pengenal dari seorang petugas yang berjaga di Emirates, ia sudah keluar dari tribun dan mengenakan jaketnya dan menutupi jersey merah Arsenal yang dikenakan. Tanpa sepatah katapun, Firhan menunjukkan tanda pengenal itu lalu dipersilahkan untuk masuk ke tribun lainnya, ia akan melakukan itu terus.
       
       “Santi Cazorlaaa !, Almost there !” teriak komentator saat seorang pemain lainnya membahayakan gawang tim tamu, Arsenal sudah beberapa kali melakukan tendangan jarak jauh yang cukup berbahaya, penampilan sang penjaga gawang yang cukup impresif hari ini menjadi penghalang sang tuan rumah untuk menghasilkan gol pertama
       
       “Now, Lloris kick the ball, what a mistake from Sandro !, Welbeck take the ball, he is one-on-one with the keeper..” Sebuah kesalahan dilakukan pemain belakang Tottenham, Lini depan Arsenal segera mencuri bola, tinggal 1 vs 1, antara goal atau dihalau, supporters kembali berdiri, tegang dan..
       
       “GOAAALL !!, Welbeck took the ball, and score the goal with a beautiful lob above the goalkeeper’s head, it’s 1-0 for the Arsenal !!” teriak komentator, seisi Emirates Stadium bergemuruh, merayakan gol dari pemain tuan rumah yang membawa mereka unggul sementara
       
       “Sial, jangan sekarang, tidak !” keluh Firhan, ia hanya bisa melihat punggung ataupun pinggang para suporter disekitarnya. “Apa itu ?” Apa yang ia lihat sesaat setelahnya langsung menarik perhatian, tiba-tiba saja, seorang suporter dari dua tribun disebelahnya jatuh ditempat, Firhan segera menelpon Vinna dan berteriak, “Kasus kedua !!” seraya berlari menuju orang tersebut
       
       “Aduh gua lupa !” Lari Firhan terhenti, sebuah pagar kawat ada dihadapannya, pikirannya tidak jernih, ia mencoba berpikir dan mencari pintu keluarnya, setiap orang yang ada didepannya seolah-olah mengaburkan pandangan Firhan, pria itu seperti orang hilang dalam kerumunan sekarang
       
       “Itu dia !” Firhan berlari menuju pintu keluar tribun, lalu mencoba mengira-ngira posisi orang tadi dengan melihat denah emirates yang ada di matchday programme, ia memasuki setiap tribun disekitar tribun tempat ia melihat orang yang jatuh tadi, panik adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaannya sekarang.
       
       “Kasus kedua..” Vinna mematikan handphonenya, menunjukkan ekspresi keputus-asaan, yang lain hanya terdiam, Ruri terpaksa melanjutkan perjalanannya, ia tahu, pasti Ryan sedang menunggunya di kantor polisi, Tasya berinisiatif memberitahu Recky dan Iwan, namun telponnya kepada kedua orang tersebut tidak diangkat
       
       “Pak, siang ini, ditemukan sesosok mayat, pria, silahkan anda lihat sebentar” seorang polisi mendatangi Ryan, Recky dan Iwan dengan sebuah map berwarna merah, Ryan membuka lembaran demi lembarannya
       
       “Edward, ditemukan tak bernyawa akibat luka tusukan, sepertinya tusukannya cukup dalam, tepat di jantungnya, saat warga sekitar menemukan mayatnya, mereka melihat seseorang berusaha membawa kabur mayat tersebut, namun orang itu menjadi buronan sekarang” lanjut polisi tersebut menjelaskan
       
       “Yang lebih mengejutkan lagi, pak. Kami bisa mengonfirmasi bahwa orang ini adalah suami dari korban pembunuhan beberapa hari lalu, yang ditemukan dirumahnya, ada hubungan darah yang setelah kami lihat, mengacu kepada Debby Claudia, sang anak dari korban pertama, jadi kami bisa konfirmasi bahwa pria ini adalah ayah dari Debby” lanjutnya lagi, Ryan, Recky dan Iwan terdiam, keduanya kaget.
       
       “Kami juga sudah mengirim orang untuk mengecek apa yang terjadi di emirates stadium, seorang wanita bernama Tasya melaporkan adanya sesuatu yang mencurigakan terjadi disana, letak tribun dan detailnya dilanjutkan oleh seorang pria bernama Firhan, wanita itu sempat beberapa kali mencoba menghubungi temannya yang ada disini namun tidak diangkat” lanjut polisi tersebut lalu meninggalkan mereka bertiga
       
       Recky segera memberitahukan hal ini kepada para gadis di kost, pukulan telak yang menghancurkan Debby, Iwan mencoba menghubungi Firhan ataupun Dimas, tak ada yang mengangkat telponnya, mereka bertiga kembali ke ruangan Windu..
       
       “Edward, Men, Second case” isi pesan Tifa kepada Recky, “aku turut berduka, sepertinya malaikat maut sedang tidak berpihak kepada Debby” ucap Windu saat mereka bertiga masuk, “Bukan maksud menguping pembicaraan kalian, tapi pintu tidak tertutup rapat dan obrolan kalian berempat cukup keras tadi, aku bisa memperkirakan apa yang terjadi” lanjutnya
       
       “Dan, jangan pikir aku tidak membuat apa-apa, ini adalah beberapa kemungkinan untuk kode ketiga yang akan diberikan oleh pelaku..” ucap Windu sambil memberikan selembar kertas yang sudah dilipat beberapa kali kepada Recky, “Jangan dibuka, karena rasa keingintahuan kalian akan sirna, aku ingin membiarkan kalian bekerja sama, mencari tahu pelakunya” lanjut Windu sambil tersenyum kecil, Recky menyimpan kertas tersebut
       
       “Tapi tentu saja, rasa harga diri dan kebanggaan kalian sebagai mahasiswa-mahasiswa terbaik di Inggris akan hilang begitu kalian membuka kertas ini, karena itu berarti, kalian sudah menyerah dan memutuskan untuk melihat petunjuk..” tutup Windu






TO BE CONTINUED

No comments:

Post a Comment