The Killer Paradox, Part I : Welcome to London !
Tribute to AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman
Tribute to AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman
Firhan terbangun, ia menggeser
sebuah bantal yang menutupi kepalanya dan bangkit dari tempat tidurnya, melihat
beberapa gelas berisi cola berwarna merah yang belum habis, snack yang
berserakan, dan laptop yang menyala dengan sebuah game permainan sepak bola
yang masih belum dimatikan, kamarnya begitu berantakan.
Wajar saja, semalaman ia dan
teman-temannya berpesta kecil-kecilan, merayakan keberhasilan pria berumur dua
puluh satu tersebut dan seorang temannya, Dimas, memenangkan sebuah undian
minuman bersoda yang akan membawa mereka berdua ke London untuk menyaksikan
langsung satu pertandingan sepakbola pilihan mereka di Britania Raya sana.
Tidak hanya itu, karena kegigihan
dan ketekunannya, sebuah universitas tempat mereka berdua menuntut ilmu
merekomendasikan Firhan dan Dimas ke sebuah universitas di London sana, sebuah
kesempatan yang tentu saja tidak bisa ditolak.
Mereka berpikir untuk pergi
kesana menggunakan tiket hasil undian, menyaksikan pertandingan yang mereka
inginkan, dan mendaftar di universitas disana, lalu menetap, jika diterima
masuk. Sebuah pemikiran jangka panjang ala mahasiswa yang berprestasi.
Seminggu berlalu, setelah
technical meeting dengan pihak minuman bersoda, Firhan dan Dimas diberikan
tiket pesawat yang akan mereka pakai hari ini, sebuah penerbangan empat belas
jam dari Jakarta menuju London ditambah dengan waktu transit di Bandara
Internasional Schipol, Amsterdam akan menjadi perjalanan yang paling mereka
tunggu-tunggu.
“Dim, tidur aje yok” ucap
Firhan ke Dimas didalam pesawat Boeing 777-300ER sambil melihat sekelilingnya,
“Isinya turis semua balik ke Inggris” lanjutnya sambil melihat beberapa orang
turis dengan laptop menyala dan diletakkan di paha mereka
“Bentaar han gue mau kasih
kabar ke gebetan dulu, Sheila hahaha” jawab Dimas sambil tertawa kecil, “Kan gak bisa Dim, nanti sinyal pesaat keganggu” ucap Firhan, “Oh iyaa, terus
gimana dong ?” Dimas tersadar, “Yaa terserah, untung gue jomblo, gak terikat
sama siapapun, gue tidur ajalah” sahut Firhan lalu memasang headphone ke
kepalanya, lagu Bohemian Rhapsody menyala dan membawa Firhan ke alam mimpi..
“Han, bangun Han” kata-kata Dimas
dengan nada datar membangunkan Firhan, “Pesawat bentar lagi landing han, tadi
udah diumumin, snack lu udh gue masukin tas lu semua” lanjutnya. Firhan melepas
headphone yang ia kenakan, lalu ia masukkan kedalam tas. “Jam berapa sekarang
Dim ?” Tanyanya dengan nada sebagaimana orang baru bangun, “21.45 waktu London,
bandara Heathrow tadi udah keliatan landasannya han haha” jawab Dimas sambil
mengunyah roti. Beberapa orang lainnya juga terlihat merapihkan laptop dan
membereskan kursi mereka
Beberapa
saat kemudian, pesawat mendarat dengan mulus, tidak ada hal yang tidak
diinginkan terjadi selama di perjalanan, mereka turun dari pesawat dan keluar
dari Bandara Heathrow untuk segera mencari penginapan, waktu semakin malam..
“Mau kemana kalian ?” Tanya sang
supir taksi saat Dimas dan Firhan memasuki taksi berwarna kuning, “Penginapan..
emm.. Baker Street ?” jawab Firhan sambil melihat handphonenya, “Ah, aku tahu,
kalian turis kan ? penginapan murah memang di baker street adanya, pilihan yang
bagus, nak !” kata supir taksi tersebut lalu menjalankan kendaraannya..
“Muka kalian bukan wajah
british, ataupun turis-turis Eropa, kalian dari Jepang ?” tanya supir taksi
tersebut ditengah perjalanan, “Bukan,
kami dari Asia, namun kami bukan dari Jepang, Indonesia, surga khatulistiwa”
jawab Firhan sambil mempromosikan Indonesia.
“Ooh, aku tahu negara itu,
wanita disana sangatlah cantik ! warganya juga ramah !” jawab supir taksi
sambil tertawa pada Firhan, “Benar sekali, anda pernah ke Indonesia ?” tanya
Dimas, “Pernah, sekali, liburan keluar negeri memang luar biasa” jawabnya,
mereka bertiga mengobrol sepanjang perjalanan
“221B Baker Street, Silahkan, kawan” Firhan dan Dimas turun
sementara sang supir taksi membantu mengeluarkan tas mereka dari bagasi mobil,
“Emm.. ini” ucap Firhan sambil memberikan beberapa lembar uang poundsterling
dan memberikannya, “Segini saja, tidak usah pakai tip, terima kasih karena
tidak menjadi seorang idiot disini, kebanyakan penumpang taksi malam adalah
seorang pemabuk dan saya akan sangat senang jika membawa kalian lagi, haha !” ucap
sang supir taksi lalu membawa mobil kuningnya itu pergi..
“TING TONG” Firhan menekan bel pintu dengan label “221B”
ditengah-tengahnya, seorang gadis berambut hitam panjang membukakan pintu. Ia
dan Dimas masuk kedalam rumah yang sepertinya dijadikan seperti kost oleh sang
pemiliknya
“Ah.. turis ya ? Untung saja
kost ini buka 24 jam, tapi sepertinya agak aneh jika turis lebih memilih
sejenis kost dibanding penginapan, dan kasar jika aku memberitahukannya” ucap
gadis itu lalu mulai membuka buku dengan tabel-tabel, “Kau baru saja
melakukannya” kata Firhan singkat,
“Well, aku memang judes, silahkan isi nama kalian disini” jawab gadis
itu lalu memberikan buku itu dalam keadaan terbuka, Firhan menulis namanya dan
Dimas, gadis itu lalu memberikan kunci kamar
“Atifa Elizabeth Pratiwi, jika kalian mencari namaku,
terutama kau, diammu memperhatikanku daritadi” ucap Tifa sambil menunjuk Dimas
yang sedari tadi diam dan memandanginya..
“Dim lu tadi ngape ? hahaha diem aja lu merhatiin tuh cewek”
tanya Firhan kepada Dimas yang sudah merebahkan tubuhnya di kasur, “Gilaa han
bisa mabuk kepayang gue kalo disini terus, ternyata memang cewek ‘luar’ itu
cantik-cantik yaa” jawab Dimas lalu menyalakan handphonenya, “Kita kan udah di
‘luar’ Dim hahaha” jawab Firhan lalu merapihkan barangnya, kamar ia dan Dimas
terpisah, sebuah ruang kecil berisi sofa, meja dan televisi menjadi pemisah
antara kedua kamar yang letaknya bersebrangan itu. Malam itu, mereka pun
beristirahat dan menikmati malam mereka yang pertama di London.. Welcome to
London !
To Be Continued
No comments:
Post a Comment