Friday, February 20, 2015

The Killer Paradox, Part I : Welcome To London !

The Killer Paradox, Part I : Welcome to London !
Tribute to AHL Group
Oleh : Kanzia Rahman

          Firhan terbangun, ia menggeser sebuah bantal yang menutupi kepalanya dan bangkit dari tempat tidurnya, melihat beberapa gelas berisi cola berwarna merah yang belum habis, snack yang berserakan, dan laptop yang menyala dengan sebuah game permainan sepak bola yang masih belum dimatikan, kamarnya begitu berantakan.

            


          Wajar saja, semalaman ia dan teman-temannya berpesta kecil-kecilan, merayakan keberhasilan pria berumur dua puluh satu tersebut dan seorang temannya, Dimas, memenangkan sebuah undian minuman bersoda yang akan membawa mereka berdua ke London untuk menyaksikan langsung satu pertandingan sepakbola pilihan mereka di Britania Raya sana.
            
          Tidak hanya itu, karena kegigihan dan ketekunannya, sebuah universitas tempat mereka berdua menuntut ilmu merekomendasikan Firhan dan Dimas ke sebuah universitas di London sana, sebuah kesempatan yang tentu saja tidak bisa ditolak.
            
          Mereka berpikir untuk pergi kesana menggunakan tiket hasil undian, menyaksikan pertandingan yang mereka inginkan, dan mendaftar di universitas disana, lalu menetap, jika diterima masuk. Sebuah pemikiran jangka panjang ala mahasiswa yang berprestasi.
            
          Seminggu berlalu, setelah technical meeting dengan pihak minuman bersoda, Firhan dan Dimas diberikan tiket pesawat yang akan mereka pakai hari ini, sebuah penerbangan empat belas jam dari Jakarta menuju London ditambah dengan waktu transit di Bandara Internasional Schipol, Amsterdam akan menjadi perjalanan yang paling mereka tunggu-tunggu.
            
          “Dim, tidur aje yok” ucap Firhan ke Dimas didalam pesawat Boeing 777-300ER sambil melihat sekelilingnya, “Isinya turis semua balik ke Inggris” lanjutnya sambil melihat beberapa orang turis dengan laptop menyala dan diletakkan di paha mereka
            
          “Bentaar han gue mau kasih kabar ke gebetan dulu, Sheila hahaha” jawab Dimas sambil tertawa kecil,  “Kan gak bisa Dim, nanti sinyal pesaat keganggu” ucap Firhan, “Oh iyaa, terus gimana dong ?” Dimas tersadar, “Yaa terserah, untung gue jomblo, gak terikat sama siapapun, gue tidur ajalah” sahut Firhan lalu memasang headphone ke kepalanya, lagu Bohemian Rhapsody menyala dan membawa Firhan ke alam mimpi..


            “Han, bangun Han” kata-kata Dimas dengan nada datar membangunkan Firhan, “Pesawat bentar lagi landing han, tadi udah diumumin, snack lu udh gue masukin tas lu semua” lanjutnya. Firhan melepas headphone yang ia kenakan, lalu ia masukkan kedalam tas. “Jam berapa sekarang Dim ?” Tanyanya dengan nada sebagaimana orang baru bangun, “21.45 waktu London, bandara Heathrow tadi udah keliatan landasannya han haha” jawab Dimas sambil mengunyah roti. Beberapa orang lainnya juga terlihat merapihkan laptop dan membereskan kursi mereka

          Beberapa saat kemudian, pesawat mendarat dengan mulus, tidak ada hal yang tidak diinginkan terjadi selama di perjalanan, mereka turun dari pesawat dan keluar dari Bandara Heathrow untuk segera mencari penginapan, waktu semakin malam..

          “Mau kemana kalian ?” Tanya sang supir taksi saat Dimas dan Firhan memasuki taksi berwarna kuning, “Penginapan.. emm.. Baker Street ?” jawab Firhan sambil melihat handphonenya, “Ah, aku tahu, kalian turis kan ? penginapan murah memang di baker street adanya, pilihan yang bagus, nak !” kata supir taksi tersebut lalu menjalankan kendaraannya..
            
          “Muka kalian bukan wajah british, ataupun turis-turis Eropa, kalian dari Jepang ?” tanya supir taksi tersebut ditengah perjalanan,  “Bukan, kami dari Asia, namun kami bukan dari Jepang, Indonesia, surga khatulistiwa” jawab Firhan sambil mempromosikan Indonesia.
            
          “Ooh, aku tahu negara itu, wanita disana sangatlah cantik ! warganya juga ramah !” jawab supir taksi sambil tertawa pada Firhan, “Benar sekali, anda pernah ke Indonesia ?” tanya Dimas, “Pernah, sekali, liburan keluar negeri memang luar biasa” jawabnya, mereka bertiga mengobrol sepanjang perjalanan

          “221B Baker Street, Silahkan, kawan” Firhan dan Dimas turun sementara sang supir taksi membantu mengeluarkan tas mereka dari bagasi mobil, “Emm.. ini” ucap Firhan sambil memberikan beberapa lembar uang poundsterling dan memberikannya, “Segini saja, tidak usah pakai tip, terima kasih karena tidak menjadi seorang idiot disini, kebanyakan penumpang taksi malam adalah seorang pemabuk dan saya akan sangat senang jika membawa kalian lagi, haha !” ucap sang supir taksi lalu membawa mobil kuningnya itu pergi..


“TING TONG” Firhan menekan bel pintu dengan label “221B” ditengah-tengahnya, seorang gadis berambut hitam panjang membukakan pintu. Ia dan Dimas masuk kedalam rumah yang sepertinya dijadikan seperti kost oleh sang pemiliknya

“Ah.. turis ya ? Untung saja kost ini buka 24 jam, tapi sepertinya agak aneh jika turis lebih memilih sejenis kost dibanding penginapan, dan kasar jika aku memberitahukannya” ucap gadis itu lalu mulai membuka buku dengan tabel-tabel, “Kau baru saja melakukannya” kata Firhan singkat,  “Well, aku memang judes, silahkan isi nama kalian disini” jawab gadis itu lalu memberikan buku itu dalam keadaan terbuka, Firhan menulis namanya dan Dimas, gadis itu lalu memberikan kunci kamar

“Atifa Elizabeth Pratiwi, jika kalian mencari namaku, terutama kau, diammu memperhatikanku daritadi” ucap Tifa sambil menunjuk Dimas yang sedari tadi diam dan memandanginya..

“Dim lu tadi ngape ? hahaha diem aja lu merhatiin tuh cewek” tanya Firhan kepada Dimas yang sudah merebahkan tubuhnya di kasur, “Gilaa han bisa mabuk kepayang gue kalo disini terus, ternyata memang cewek ‘luar’ itu cantik-cantik yaa” jawab Dimas lalu menyalakan handphonenya, “Kita kan udah di ‘luar’ Dim hahaha” jawab Firhan lalu merapihkan barangnya, kamar ia dan Dimas terpisah, sebuah ruang kecil berisi sofa, meja dan televisi menjadi pemisah antara kedua kamar yang letaknya bersebrangan itu. Malam itu, mereka pun beristirahat dan menikmati malam mereka yang pertama di London.. Welcome to London !






To Be Continued


No comments:

Post a Comment