Tuesday, February 10, 2015

The Isolated City : Finishing ! (Part XVIII)

The Isolated City : Finishing ! (Part XVIII)
Tribute To Imba Ganteng Line Group




"AAARGH !!" Mobil yang dikendarai Sandika kehilangan kendali, Afif telah berubah sepenuhnya menjadi zombie dan melahap Sandika, menjadikan mereka berdua mayat hidup dalam sekejap..

"Cepatlah !" Teriak Rizki lewat kaca mobil sportnya, Ridwan, Nicko, Ve, dan Arman telah pindah ke bus yang disediakan Rizki, nampaknya semua berjalan baik.

"Gas !" Perintah Ishal ke Rizki melalui microphone, Rizki pun segera menginjak pedal gas dan menuju ke tebing yang telah ia sepakati, gerombolan zombie lain telah berada dibelakang bus Ishal dan dengan agresif berlari kearahnya




"CRATT CRATT CRATT !!" Duri-duri tajam di setiap roda mulai bekerja saat knalpot belum menembakkan gas penetralisir, gun turret yang memanas mengeluarkan bau yang membuat para kanibal tersebut penasaran dan mulai mengincarnya..

"Ranjau dulu Ka !!" Teriak Ishal, ia masih berusaha melaju saat kanibal tersebut menghambat gerak bus, sementara itu mobil sport Rizki tanpa pengawalan telah melaju cukup jauh

"Lu tau Shal berapa banyak kanibal yang udah mati karena ranjau kita ?" Tanya Eka sejenak, memberi waktu untuk Ishal berpikir, namun dilanjut dengan menggelengkan kepala yang artinya tidak tahu..

"Tiga." Jawab Eka singkat, mata Ishal terbelalak.. "Saat kita sedang berbicara sekarang.. dan.. tiga lagi.." Lanjut Eka sambil melirik kecil jam tangannya

"Semua yang gue lakukan pasti berhasil Shal, persentase kegagalan gue selama di bus ini dibawah lima persen, sekarang tugas lu buat membawa bus ini pergi.." Ucap Eka dengan tatapan mata tertajam yang pernah Ishal liat, memberikan kesan ancaman kepada Ishal untuk segera meninggalkan daerah tersebut

"Woy kalian dimana !" Sebuah teriakan dari Rizki memecah keheningan kokpit, bus melaju kencang, Eka menghiraukan teriakan Rizki dan tetap fokus pada sistem pertahanan bus

"Sabar bos!!" Teriak Ishal karena merasa terusik oleh teriakan Rizki yang terus-menerus. Dari GPS, terlihat Rizki yang berputar-putar dijalan yang sama, menunggu kedatangan bus

"Kita udah deket, lu jangan muter-muter terus" kata Eka kasar, Rizki segera melanjutkan perjalanan, bus bergabung dan kedua kendaraan tersebut bertemu lagi

"Kita sudah mulai memasuki jalan keluar kota, habiskan para kanibal itu sebelum mereka menyebar ke seluruh pulau" Kata Rizki santai, speedometer menunjukkan angka 180km/jam

"Jangan pake nitro Shal, kita harus berjalan cepat tapi menghabiskan seluruh zombie" ucap Eka lalu membuka pintu kokpit, ke ruangan para penumpang

"Gue udah aktifin semua sistem, flamethrower, cannon, turret, ranjau udah gue lepas semua.. semua siap-siap, karena kita udah mulai keluar kota dan menuju tebing yang udah disepakatin untuk penjemputan helikopter" kata Eka, semua orang di bus tersebut mendengarnya.

"Oke Ka" jawab Radit, yang lain hanya mengangguk seraya melakukan hal-hal yang menyenangkan untuk melupakan diri mereka dari kasus kanibal dan zombie-zombie itu..

Bus dan mobil Sport Rizki telah memasuki masa-masa tenang, klimaks sudah dilewati, jalanan kosong dengan lampu-lampu yang mati-hidup-mati-hidup menambah keheningan pulau.. para kanibal dan zombie yang tertinggal dibelakang dan tidak diharapkan kedatangannya, boneka-boneka di toko mainan anak-anak yang sudah hancur, komedi putar yang tak lagi bergerak.. pulau tersebut berubah menjadi pulau mati..

"Sudah memasuki malam, apa lebih baik kita lanjutkan perjalanan ?" Tanya Rizki dengan nada datar, nampaknya ia sudah mulai kelelahan..

"Lanjut, semakin malam semakin berbahaya" jawab Eka tegas, yang ia pikirkan hanyalah pulang dan pergi dari pulau yang mengerikan ini..

"Untuk menghemat waktu, ketika sampai ditebing, jangan menginjak pedal rem sedikitpun, helikopter akan menyesuaikan diri agar kendaraan tetap melaju sampai berhenti didalamnya.." jelas Rizki kepada Eka dan Ishal, kedua orang tersebut hanya mengangguk tanpa ekspresi

15 menit berselang, Eka menzoom-out GPS mereka, terlihat wilayah perairan dalam jarak 5 km lagi, cukup dekat..

"Tebingnya sudah dekat, bersiaplah untuk 'Crash' !" kata Rizki, Eka melanjutkan kata-kata itu kepada yang lain..

"Itu dia jurangnya.." kata Rizki, mobil yang ia kendarai berhenti, bus juga berhenti

"Dari sini tetaplah tancap gas, jangan rem sedikitpun, aku duluan.." ucap Rizki sambil menginjak pedal gas, sebuah helikopter dengan ukuran cukup besar muncul dari bagian bawah jurang, pintunya terbuka, siap menampung mobil Rizki

"BRUUM !!" Mobil Rizki tancap gas, mobil itu keluar dari daratan, meloncati jurang, dan masuk kedalam helikopter dengan sempurna..

"Selamat tinggal, selamat berjuang !" Ucap Rizki lalu helikopter tersebut terbang secepat mungkin, entah kemana..

"Giliran kita, gas Shal !" ucap Eka bersemangat, bus melaju dengan kecepatan yang cepat..

"Shal gak ada helikopternya !!" "Timing mereka pasti tepat Ek !!" Debat Ishal dan Eka saat tak satupun helikopter terlihat, bus itu semakin mendekat ke jurang..

"Dimana, helikopternya ?" Pikir Ishal saat bus itu sudah tak lagi menyentuh daratan dan terjun bebas ke laut luar..

"Uwaaaaaaah !!" "BYURRR !!"

Tidak ada. Helikopter, bala bantuan.

Sejak awal, mereka sudah dijebak oleh Rizki, bus itu tenggelam, semua mencoba menyelamatkan diri masing-masing, namun apa daya, sistem pertahanan bus yang kompleks mempersulit mereka..

"Ugh.. ah.. a.." Viny kehabisan nafas, kedua matanya menutup..

"Akh.." Defa tidak kuat, sama seperti yang lain, satu persatu dari mereka mulai memejamkan mata..

Tidak ada sepatah katapun, hanya gelembung-gelembung air yang bermunculan satu-persatu dan meletus ditempat..

...
..
.
.
.
.

"Eka !! Bangun Ka !!"..

Perlahan tapi pasti, kedua mata Eka terbuka karena cerewetnya Viny, nalurinya membuat ia bangun lebih cepat, dan segera menyadari dia berada dirumah sakit..

"Eka !!, aku udah sempet panik !, untung kamu bangun lagi., soalnya kata dokter aku cuman pingsan biasa, kamu kehabisan nafas karena ada laptop yang nutupin muka kamu, terus badan kamu ketiban Ishal, kan kondisi kayak gitu udah bikin aku mikir yang enggak-enggak" cerita Viny segera setelah Eka terbangun..

"Entah monster seperti apa yang telah membawa kita kedaratan, kita udah dipulau lain yang alhamdulillah penduduknya normal, kita ditemuin sama penduduk sana dalam kondisi pingsan semua" lanjut Radit dengan suara pelan, ia masih sangat lemas

"Seenggaknya.. kita masih hidup.." Tutup Ian yang kembali meringkuk dibawah selimutnya, mereka semua berada di satu kamar yang sama, hanya beberapa orang yang berada di kamar sebelah..
...
..
.
.
.
TAMAT

No comments:

Post a Comment