Wednesday, February 25, 2015

The Killer Paradox, Part 4 : Joined.

The Killer Paradox, Part 4 : Joined.

Tribute To AHL Group

Oleh : Kanzia Rahman


“Mr. Windu, kami telah menemukan surat yang anda maksud, silahkan klarifikasi di ruang disana” ucap seorang polisi pada Windu lalu pergi lagi, “Gue akan investigasi surat itu untuk kalian, lebih baik kalian cari semua orang yang punya hubungan dengan Windu, apapun itu” ucap Ruri sambil meninggalkan mereka, “Kalian gak butuh bantuan kan ?” tanya Ridho sambil tersenyum kecil dan mengikuti Ruri




“Tetep aja hati gue gak tenang Ky” kata Iwan sambil mereka keluar dari kepolisian, “Saat kau tahu dan tinggal menunggu waktu dari sebuah tragedi, tidak ada hati yang tenang” jawab Recky bijak sambil membuka pintu mobilnya, “Terlebih lagi.. hanya kau yang tahu..” Iwan masuk dan duduk, mobil tersebut melaju ke sebuah rumah dengan nomor 221B di Baker Street

“Lu yakin pulang ke kost ? Mending ke Cambridge dan cari tahu profil Windu dulu secara lengkap” tanya Iwan ditengah perjalanan, “Bener juga sih, tapi ini Chelsea Day” kata Recky mengelak, “Yaudah lu turunin gue aja, ntar gue naik kereta kesana” ucap Iwan, mobil Recky menepi dan Iwan pun turun

“OTS ajalah tiketnya” pikir Recky, ia memutar balik dan memutuskan untuk pulang ke kost, ia akan mencari seluruh informasi tentang Windu di kost

Agnes menunggu Vinna dan Tasya datang, ia duduk di ruang tunggu saat hanya ada beberapa orang disana dan duduk tenang, tangannya membuka smartphone miliknya dan matanya mulai mencari kontak Vinna untuk dihubungi. “Apa kau percaya pada takdir ?” tanya seseorang tiba-tiba lalu duduk disebelah Agnes

“Maksudmu ?” tanya Agnes awalnya, “Tentu saja kau sudah mengenalku, itu takdir, namun kita bertemu disini dimana seharusnya kau sedang bekerja, itu kebetulan” lanjutnya sambil melihat setangkai bunga mawar merah yang ia pegang

“Err.. Mr. Amenk ? Sudah masuk jam besuk, silahkan anda ke kamar anak anda, beberapa jam yang lalu saya cek dan dia sedang tertidur” ucap Agnes sambil menjauh sedikit demi sedikit dari Amenk

“Sepertinya semua orang menjauhiku, bahkan istriku pergi dari dunia ini dan meninggalkanku, untung saja aku masih punya seorang malaikat kecil yang sedang butuh pengobatan..” kata Amenk sambil menunduk dan merasa tersinggung dengan gesture Agnes yang menjauh

“Baiklah, silahkan melanjutkan hari anda, anggap saja aku seorang petualang yang tak beruntung karena malaikat maut selalu menyertaiku..” tutup Amenk sambil berdiri dan berlalu, meninggalkan Agnes terdiam dan tak berkata apa-apa. Lamunannya terpecah ketika dua orang datang dari pintu masuk

“Selamat datang, ingin berkunjung atau berobat ?” tanya seorang suster di meja resepsionis saat Vinna dan Tasya datang, “Ah, mereka teman-temanku” kata Agnes segera menutupi maksud kedatangan Vinna dan Tasya dari sana, mereka bertiga segera menuju kamar mayat dan memulai investigasi yang mereka rencanakan

“Kau nampaknya akrab ya dengan para pasien disini, saat kami masuk, kau sedang mengobrol dengan seseorang” kata Tasya membuka pembicaraan di lift, “Namanya Amenk, ayah dari seorang anak perempuan yang punya banyak bakat namun mengalami kerusakan organ yang cukup parah dalam tubuhnya, anak itu jago menggambar dan pintar di pelajaran-pelajaran anak seumurannya, ia hanya kurang beruntung..” ucap Agnes

“Lama tak jumpa, Vinna dan Tasyaa” ucap Githa dengan masker yang ia gunakan, sebuah senyum mengembang dibalik maskernya, menyambut hangat kedatangan Vinna dan Tasya, kedua teman lamanya. “Kau kelihatan tidak bertambah tua Syaa, setidaknya tidak lebih tua dari Vinna hahaha” sambutnya

“Jangan begitu Gith, setiap wanita akan sensitif jika berbicara umur haha” kata Agnes sambil mengenakan maskernya, Githa dan Agnes tampak sangat cocok dengan jas putih ala rumah sakit, meskipun agak sedikit kebesaran, keduanya menunjukkan keberhasilan mereka untuk menjadi seseorang yang bekerja untuk kesehatan warga

“Huh, Agnes benar sekali hahaha” jawab Vinna sambil tertawa halus, Tasya hanya tersenyum manis, ia sudah membawa berbagai buku kedokteran yang ia pinjam dari perpustakaan

“Jadi.. bagaimana ? Ahli patologi anatomi yang cantik ? apa kalian sudah menemukan sesuatu dari mayat ini ?” tanya Vinna berusaha mengalihkan pembicaraan, “Well, mungkin kami tidak sepintar orang-orang forensik dari kepolisian, namun kami sudah melakukan pemeriksaan kasar dan mikroskopi elektron, tidak ada tanda-tanda kelainan dari sang mayat dan orang ini sendiri, namun kami akan melakukan visualisasi krosom, atau sitogenetik untuk mengetahui cacat genetik.” Jawab Githa menjelaskan

“Dari hasil mikroskopi elektron yang telah dilakukan, tidak ada masalah pada ginjalnya, tidak ada juga sindrom silia imotil karena harusnya ditemukan pada laki-laki, meskipun ada kemungkinan wanita juga mengalaminya. Imunohistokimia juga akan kita lakuin kalo diperlukan” tutup Agnes membiarkan Vinna dan Tasya mendengarkan

“Kami akan membuat visum et repentum untuk korban ini, VeR jenazah, meskipun kami bukan dokter” ucap Githa berusaha mengembalikan pembicaraan ke hal yang lebih mudah dicerna oleh kedua temannya yang bukan ahli di bidang kesehatan tersebut.

“Wah kalian pinter banget ya, gua penyakit taunya cuman pilek, batuk, pusing, udah itu doang hahaha” jawab Vinna, Tasya mengeluarkan notebook kecil dan mencatat semua yang ia terima barusan, “Tunggu, Tasya, apa kau ingin benar-benar mempelajari semua yang aku ucapkan tadi itu disini ? di kamar mayat ?” tanya Agnes saat melihat Tasya mengeluarkan buku-buku kedokteran yang ia pinjam dari perpustakaan

“Emm..” Tasya bingung sendiri, “Nanti aja cantik, aku ajarin private hehe” kata Githa sambil memasukkan kembali buku-buku Tasya kedalam tasnya, Tasya hanya tersipu dan tersenyum

“Bukankah lebih baik kita makan siang terlebih dahulu ?, sudah masuk jam makan siang dan.. aku lapar hehe” kata Vinna melihat jam tangannya, “Apa kalian bernafsu makan setelah melihat mayat pembunuhan ?” tanya seseorang dari arah pintu

“Maaf aku mengusik, aku tak sengaja mendengar pembicaraan kalian, seingatku, mayat itu adalah korban pembunuhan terbaru, apa mereka berdua adalah keluarganya ?” lanjut pria itu dan masuk bergabung dengan mereka berempat. “Ah, maaf Dokter Kevin, mereka..” belum sempat Agnes menyelesaikan ucapannya, Kevin segera meletakkan jari telunjuknya di mulut Agnes..

“Shh.. aku sudah tau siapa mereka..” ucap Kevin berbisik dengan suara yang kencang sambil melihat ke Vinna dan Tasya, “Tutup mayatnya, Githa Stephania” lanjut Kevin lalu menarik tangan Agnes keluar dari sana, meninggalkan ketiga orang itu

“Siapa itu, Gith ?” tanya Tasya pada Githa, “Dokter James Kevin, Agnes sering ditugaskan bersamanya, dulu aku sempat juga ditugaskan, sebelum aku diangkat menjadi kepala lab, khususnya bidang patologi, disini” jawab Githa, mereka bertiga segera keluar dan meninggalkan kamar tersebut, mencari restoran terdekat dan makan siang bersama, tanpa Agnes.

“Loh, Recky ?” tanya Dimas saat Recky memasuki pintu besar rumah tersebut, “Diam, aku sedang mencoba berpikir !” Recky mendorong Dimas yang berdiri di tangga, menutupi jalannya, teh yang Dimas buat tumpah ke jersey Arsenalnya

“F*ck Off !!” Bentak Dimas melihat jerseynya basah dan mengenai badannya, “SHUT UP !!” balas Recky tak kalah kencang lalu masuk ke kamarnya, dan membanting pintu. “Nampaknya orang itu mendapatkan sesuatu terkait kasus ini, lu bawa jersey lain gak ?” Firhan muncul dari belakang Dimas, “Gak bawa han paling kaos T-Shirt hadiah lomba tebak skor dari twitter” jawab Dimas lalu kembali ke kamarnya

“Pake aja, terus pake jaket, minimal ada atribut Arsenalnya lah” ucap Firhan sambil mengikuti Dimas, ia tampak kece dengan jersey Arsenal berwarna merah dan dua buah patch Uefa Champions League disebelah lengan kiri dan kanannya, ditambah sebuah nameset “Ramsey 16” dan tentu saja, jerseynya sendiri yang agak ketat

“Cambridge..” ucap Iwan saat menginjakkan kakinya lagi di kampus tersebut, harusnya ia libur, namun pembunuhan tidak akan mengenal hari libur dan hari kerja. “Professor Windu.. pusat informasi..” Iwan memulainya dengan bertanya ke mahasiswa lain yang ia temui, menanyakan semua informasi tentang Windu

“Halo, Ruri ? Informasi baru apa yang kau dapatkan ?” tanya Iwan pada Ruri melalui telponnya, ia menerima sebuah panggilan dan segera menuju kantor polisi

“TING !” Hape Recky bergetar, panel notifikasi di hapenya menunjukkan sebuah pesan baru dari Ridho, ia segera bangkit dan bergerak menuju kepolisian

“Informasi baru, rumah sakit lantai 1 pusat resepsionis, satu jam lagi” Githa, Tasya, dan Vinna mendapat pesan yang sama dari Agnes, mereka saling bertatapan






TO BE CONTINUED

No comments:

Post a Comment