Friday, August 15, 2014

The Isolated City : Perencanaan Akhir. (Part XVI)

The Isolated City : Perencanaan Akhir. (Part XVI)
Tribute To Imba Ganteng Line Group



Pintu lift terbuka. Defa, Viddy, Aria, Viny, Ghevi, Rosa, Ian dan Ishal masuk kedalamnya.. sebuah kotak besar yang cukup untuk menampung mereka dan membawa kemanapun mereka mau..

"Ini aneh.. emm.. masa kita udah lewatin 2 lantai tetep belum ketemu sama yang menyusup ?" Tanya Rosa memecah keheningan




"Apa jangan-jangan.. mereka.. udah.." "Ssst Gep ! Jangan ngomong gitu dong.." Viddy memotong ucapan Ghevi seraya menutup mulut pacarnya tersebut

"Bisa aja.. tapi kemungkinannya sekarang jadi sama besar, mereka gak ikut keluar pas tadi ada sedikit 'chaos' di pintu keluar darurat lab.." ujar Aria

"Gue sama Arman juga gak ngeliat mereka meskipun dari sudut yang berbeda" lanjut Ian

"Hmm.. antara mati dan masih hidup, kedua kemungkinan itu berbahaya" kata Defa

"Sebab.. kita tidak tahu, dan tidak mempunyai cara lain untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Kita hanya bisa mengikuti arus waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut.." lanjutnya, Lift terhenti di tujuannya..

"TING !" Pintu terbuka, Mereka semua keluar.. dan mendapati sebuah petunjuk jalan di dinding

"Langsung saja, kita akhiri ini semua secepat mungkin.." ucap Ishal saat mereka semua keluar dari lift

"...." Viny hanya terdiam, ia memikirkan Eka.. dan hanya ada itu di pikirannya

"Jadi.. apa langkah terakhirmu, ilmuwan yang gila.. ?" Tanya Eka, sebuah pistol ditangannya siap untuk menembak..

"Jujur saja.. aku tidak mempunyai langkah darurat dengan kondisi seperti ini.." ucap Rizki dengan nada pasrah

"Kalian tidak tahu, dan mungkin tidak akan tahu, apa yang akan terjadi.." Rizki memasukkan kunci garasi ke dalam sakunya, lalu mengangkat kedua tangannya keatas

"Tapi setidaknya.. aku sudah cukup berusaha.." lanjutnya lagi

"Usaha apa.. hah !?" Tanya Eka sambil menendang betis kanan Rizki, "On your knees !" Bentaknya kepada sang dokter yang segera berlutut.

"Usaha manipulasi DNA.. pada awalnya, aku membuat project itu dengan tujuan self-defense untuk para manusia, terutama wanita.. seperti kalian.." jawab Rizki, lalu melihat kearah Elaine, Acha, Lidya dan Tya

"Pada awalnya.. aku kira, aku dan seluruh karyawan dapat menstimulasi mereka.. agar dapat mengigit bahkan memakan para penjahat jalanan tanpa takut dan kaku, hanya dalam kondisi terdesak.." lanjutnya lalu kembali menunduk

"Aku kira aku berhasil.. setelah dua orang kelinci percobaanku akhirnya tidak memakan dan menyerang lagi tanpa alasan.. namun aku salah" Radit dan Eka hanya terdiam mendengar penjelasan panjang Rizki

"Mereka semua ditempatkan dalam satu sel kaca yang sama, lalu saat salah satu dari mereka akan diuji coba, ia akan ditarik keluar, disuntik, dan di tes.. didepan para kelinci lainnya.." lanjut Rizki

"Namun selalu gagal.. kelinci yang gagal akan ditembak langsung dengan senjata api, dan jika ada petugas yang ikut tergigit.. akan langsung dimusnahkan dengan dibakar ditempat.. tersisa dua orang terakhir.." Eka menahan pistolnya, menurunkan senjata tersebut dari kepala Rizki

"Dengan jumlah populasi yang semakin menurun.. dan angka kelahiran yang tidak sebanding, kami terus mencari cara lain.. sampai akhirnya, aku menemukan kalian.. para remaja yang sedang dalam perjalanan.. kami tak punya cara lain selain menembak jatuh pesawat kalian.." kata sang dokter

"Aku kira semua akan berjalan lancar.. namun, dua orang terakhir itu menunjukkan kemajuan.. mereka tidak menyerang, kami mengira kami sudah berhasil dan selesai dengan formula maupun rumus yang persetan itu.." nada bicara Rizki mulai naik..

"Namun, kami salah.. mereka justru menggigit diluar lab, menyerang, angka manusia menurun drastis.. dan angka kanibal meningkat tajam.. psikologis menjadi alasan mereka tidak menyerang kami di lab.." lanjutnya

"Jadi.. mereka tetap bisa berpikir, otak mereka terus berjalan.. justru mereka mengendalikan kemampuan itu, dan mereka tak bisa memakan daging selain daging khas manusia.. itulah kesalahan terbesar kami.." Rizki kembali berputus asa..

"Dan.. bukan tak mungkin..mereka bisa saja menyerang lab ini.. dan setelah itu, infeksi menyebar.. Seluruh Indonesia akan berubah menjadi kanibal dalam 5-10 tahun, ASEAN dalam 10-15 tahun.. dan pada akhirnya, kalian hanya akan menemukan kanibal di belahan dunia manapun dalam beberapa dekade kedepan.." "Serangan secara global.." Ucap Eka spontan memotong ucapan Rizki

"Bagaimana.. jika kita memotong satu generasi ? Kita ledakkan nuklir saja.." kata Radit berusaha mencari solusi..

"Kami hampir berhasil dengan formula untuk menetralisir kembali DNAnya.. namun, tiba-tiba saja seseorang menekan tombol kebakaran dan POOF !.. Seluruh karyawanku berlarian.." kata Rizki

"Heh.. aku hanya berusaha agar tidak ada lagi yang perempuan menjadi korban.. cukup anakku saja.. apakah salah naluriku ini ?" Tanya Rizki kepada mereka semua..

"Kalau kalian ingin membunuhku.. silahkan, tapi tak ada gunanya.. justru kalian akan rugi, karena protokol pulau ini sudah kuatur menurut kemauanku, kematianku karena peluru, pukulan, atau tusukan akan terdeteksi.. dan protokol darurat akan aktif, tidak ada penerbangan, pelayaran, transportasi.. dan bom bawah laut yang sudah ditanamkan dibawah pulau ini akan meledak.. menenggelamkannya.." Rizki berdiri, ia merasa cukup puas berbicara

"Kalau kalian menginginkan jalan tengah.." PIIP PIIP ! Rizki menakan tombol di kunci yang ia pegang, tiba-tiba lantai dibawah Elaine dan Acha tergeser sedikit demi sedikit..

"Sini.." Lidya menarik tangan ketiga temannya, Radit berlari kearah Eka

Lantai tadi terbuka, sebuah bus keluar dari dalamnya..

"Bus hasil modifikasi. Empat roda yang siap mengeluarkan duri-duri besi yang tajam, beberapa gun turret yang berada dibagian belakang dan depan, bahkan jika perlu, di bagian atas bus, siap menembak sesuai sensor DNA kanibal, dua flamethrower yang siap membakar para kanibal dengan kecepatan yang cepat, beberapa per pelontar juga berada di bagian atas bus dengan sensor yang sama, kau tahu bagaimana terjangan para kanibal tersebut kan ?" Jelas Rizki sambil sedikit bertanya basa-basi

"Lalu.. cukup banyak Cannon yang disiapkan untuk menembakkan granat, jarak dekat maupun jarak jauh disetiap sisi kanan dan kiri mobil, belasan tambahan gas nitro dibagian bawah, dua buah knalpot dengan gas yang sudah dimodifikasi pula agar menembakkan gas untuk mentralisir DNA kanibal, dan listrik diseluruh body bus, dengan sensor DNA yang sama.. Dan kalian juga dapat meletakkan ranjau dimanapun kita mau dengan sedikit kontrol didalam.. Oh iya.. mari kita lihat dalamnya.." ucap Rizki lalu berjalan ke arah pintu depan bus

Mereka masuk kedalam..

"Waahh !!" Lidya, Elaine, Acha dan Tya terpesona..

"Kursi-kursi yang bisa diubah menjadi tempat tidur, AC yang masih standar dalam setiap bus mewah, karpet mewah dengan bahan berkelas, kaca-kaca bus bisa diubah menjadi layar proyeksi laptop dengan kabel USB, agar kalian tidak melihat pertumpahan darah diluar, rak besar yang menjadi tempat penyimpanan tas, beberapa laci yang bisa digunakan penumpang dari kursi didepannya, tiga toilet dibagian belakang dan wifi gratis.." kata Rizki dengan bangganya

"Ini apa ?" Radit melihat ke belakangnya, ada sebuah ruangan lagi..

"Bus ini menggunakan sistem kokpit.." JREG ! Rizki menggeser pintu tersebut, ia, Eka dan Radit masuk kedalamnya

"Dua sampai tiga orang dapat duduk didepan, sebuah stir, dan ini.." Rizki menekan klakson bus tersebut 2 kali..

"Laptop touch screen, fungsinya untuk mengatur seluruh pertahanan yang tadi sudah ku jelaskan diluar, Radio, MP3, USB, konfigurasi AC.. ada di bagian depan semua.." lanjut sang dokter, sebuah laptop keluar dari dashboard bus..

"Tidak usah bertanya tentang caraku membuat bus ini, atau mendapat uang sebagai budget pembuatannya, kalian bisa menggunakan bus ini.. tapi dengan sebuah syarat.." nada bicara Rizki kini serius

"Aku akan menggunakan sebuah mobil sport, kalian semua akan menggunakan bus ini.. ikuti kemana aku akan pergi, buka jalan, dan kita semua akan lolos.." tawar Rizki pada Eka dan Radit

"Apa maksudmu dengan buka jalan ? Bahkan aku tidak melihat ancaman apapun !" Ucap Eka seraya bertanya

"Ini.." Rizki memperlihatkan rekaman CCTV dari beberapa sudut kota melalui laptop yang tadi muncul, Eka dan Radit memperhatikan dengan seksama..

"Apa.. ini !?" Bekas medan perang, darah, daging, tulang, menjadi pusat perhatian mereka, bekas pertempuran di depan pintu darurat lab..

"Lihat itu.. seluruh kanibal akan bergerak kesana.. memakan dan meminum sisa perang, dan pintu keluar garasi ini tepat dibawah sana.." kata Rizki

"Kita akan berkendara hingga ke sebuah tepi jurang, begitu disana.. beberapa helikopter sudah kusiapkan, kalian akan diturunkan ditengah lapangan sekolah, Defa dan Nadse akan diturunkan di daerah asalnya.. dan aku.. kalian tidak perlu tahu kemana aku akan pergi.." ucap Rizki, ia menawarkan sebuah tawaran yang tak bisa ditolak..

"Bagaimana.. detektif muda ?, Skak mat.. kalian harus mengakui, bahwa aku adalah penyelamat kalian.." tanya Rizki sedikit mengejek..

"Sebelum itu.. aku ingin pastikan semua teman-temanku hidup.." ujar Eka

"Termasuk temanmu yang berkhianat dan menjadi musuh ? Haha !! Ayolah.. jangan berpikir aku bodoh, hacker macam kalian bisa dengan mudah merebutnya.. tapi aku masih punya jaringan cadangan.." tawa Rizki cukup keras..

"Hey Zaky !!" Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari luar bus

"Kalian !!" Elaine, Lidya, Acha dan Tya turun dari bus..

"Lids !!" Spontan, Ishal memeluk Lidya.. sang pujaan hatinya..
Ghevi, Rosa, Elaine, Tya dan Acha berpelukan satu sama lain..

"EKAAA !!!" Teriak Viny histeris saat Eka turun dari bus, diikui oleh Radit dan.. Rizki

"Vi.." Viny memeluk erat tubuh tinggi Eka, air mata keluar perlahan.. Eka hanya dapat memeluk balik dan mengelus pelan rambut Viny..

"Heyy !! Ini dia ! Yang rupanya selamat !!" Teriak Radit saat melihat Zaky digotong oleh Defa, Aria dan Viddy dari kobaran api yang mulai padam..

'Rizki..' batin Defa saat ia melihat Rizki keluar dari bus..

"Tawaran yang acceptable dan non-refuseable, kan ?" Tanya Rizki menghentikan seluruh pembicaraan..

"Tidak ada jalan lain.. aku terima tawaranmu..."



--To Be Continued--

No comments:

Post a Comment