Wednesday, July 23, 2014

The Isolated City : Plan B (Part XI)

The Isolated City : Plan B (Part XI)
Tribute To Imba Ganteng Line Group



"Def naik !!" Ridwan membukakan pintu untuk Defa, dia segera meloncat naik kedalamnya

"Asek-asek ada Defaa ~~" ucap Ishal, dia lalu menyalakan musik beraliran koplo Madinah yang dia sukai, lalu bernyanyi..

"Shal.. kayanya asik nih.." Ucap Ridwan kepada Ishal seraya menunjuk kerusuhan yang sedang terjadi..



"Gua tau wan.. jadiin nih ?" Tanya Ishal kepada Ridwan

"Gaas !!" Teriak Ridwan, Ishal segera menginjak pedal gas dengan keras..

"Wooohooo!!" Ishal dan Ridwan bereksperiman dengan bus itu, drift-drift yang luar biasa mereka lakukan, tidak ada halangan, mereka menggilas dan menabrak para petugas ataupun karyawan lab yang sedang bertarung..

"Kalem, all.." ucap Eka, dia menyimpan pistolnya dan mengeluarkan pisau lipat..

"CKLEK.." Pintu itu kembali menutup, waktu 10 menit mereka telah habis, CCTV kembali menyala..

Mereka mengumpul dibelakang pintu darurat, Eka jadi yang terdepan, Elaine memeluk Rhezha erat, Zaky dan Acha bergenggaman tangan, Afif merangkul Tya, kedua tangan Radit memegang handphone..

Mereka hanya melihat gumpalan asap setelah suara ledakan, lalu sebuah kata-kata dengan nada mengancam mereka dapatkan..

"Dit.. jebakan dimana aja ?" Tanya Afif dengan berbisik pada Radit

"5 meter didepan, 10 meter kekiri, 50 meter diujung jalan sana.." jawab Radit sambil menunjuk jalanan panjang yang berada didepan mereka.. lorong.

Hanya tersisa Eka, Lidya, Afif, Tya, Rhezha, Ilen, Zaky, Acha, dan Radit, 2 rombongan yang tadi lolos bersama mereka telah pergi dan kabur, mereka bisa saja kembali dengan kondisi utuh..atau, hanya tinggal nama..

"Night vision, activated." Camera Handphone Radit berubah mode menjadi night-vision.. mereka dapat melihat menembus gumpalan asap yang berada didepan..

"Ka.." Radit memberi aba-aba, kali ini dia yang akan bertindak menjadi navigator..

"Untuk sementara.. Lid, genggam tangan gue, jangan bilang ke Ishal. Demi keselamatan lu juga Lid." Eka menjulurkan tangannya, Lidya tidak mempunyai pilihan..

"Rencana selanjutnya, gimana Ka ?, kalo maksa buat deface lagi, HP Radit kebakar.." tanya Zaky, mukanya berubah menjadi serius..

"Jadi burung yang bebas terbang diangkasa, atau jadi bebek percobaan.." jawab Eka pelan

"Ih bebek, aku suka bebek.. Kwek" sahut Elaine secara tiba-tiba.. 

"Iya len gue juga suka, apalagi bebeknya lucu kayak elu.." balas Rhezha, tangannya berusaha mencubit pipi Ilen..

"Ih Rhezha.. kita jadian aja belum, udah mau pegang-pegang.." Elaine menolak dan menepis tangan Rhezha secara halus..

"Bebek itu kan, kalo bola ada bebek satu ada bebek dua.." ucap Acha, "Udah cha lu jayus, ini lagi serius cha kondisinya." Timpal Zaky sinis, meskipun pada akhirnya dia menjawab dalam hati.. 'itu babak, Cha..'

"Dit, siap ?" Tanya Eka setelah intermezo sejenak, menenangkan hati dan urat-urat mereka yang telah tegang karena upaya pertama yang gagal..

"Siap dong, Ka." Jawab Radit, dia hanya mengingat nama "Rena" sebagai motivasinya agar bisa kabur..

"Lesgo all !"..

"Lanjut masbro hahahahha !" Teriak Nicko, beberapa orang sudah mual akibat perbuatan Ishal dan Ridwan

"Jebakan pertama, lolos. Kemana kita selanjutnya ?" Ucap Afif

"Satu-satunya cara harus datengin langsung ke pusatnya.." timpal Tya, "Iya tuh harus buka dari sananya.." Lidya setuju

"Kalo ke pusatnya, mending buka pintu utama.." kata Acha, 

"Yaudah ke pintu utama aja" Zaky menyetujui Acha

"Ribet coy.. banyak jebakan, banyak rintangan.." kata Eka mengingat jebakan-jebakan yang bisa saja terjadi..

"Kita harus ledakin pintu keluar.. berarti cari bahan peledak.." ucap Rhezha lalu mulai berpikir..

"Kan udah dirakitin ama si Ridwan, Defa Ishal.." Radit mengingat koper-koper mereka yang dibawa kedalam bus waktu itu..

"Tapi dimana garasinya.." Ucap Elaine pelan dengan suara imutnya, tidak ada yang menjawab..

"Ke ruangan security dulu, disitu pasti ada denah.." jawab Rhezha dengan suara lembut pada Elaine

"Yailah kita ke tempat awal dulu aja.. petugas ama karyawan pasti udah pada pergi gara-gara alarm tadi.." kata Afif, disetujui oleh semua orang.. mereka semua pergi ke tempat awal, tempat mereka dibariskan sebelum ke ruangan penyekapan..

"Jadi, udah ada berapa orang yang muntah-muntah ?" Ridwan dan Ishal menengok kebelakangnya.. tidak ada jawaban..

Nicko seperti orang mabuk, dia pusing-pusing dan mual, Ghevi dan Viddy justru berpelukan dari tadi, Aria dan Nobi berusaha menjaga image masing-masing, meskipun mereka bergenggaman tangan

Viny dan Ve tertidur, Defa menjaga senjata-senjata api dibelakang agar tidak berjatuhan..

"Kita istirahat dulu, disini.." Ridwan dan Ishal turun dari mobil, diikuti oleh Defa, Ghevi, Viddy, Aria dan Nobi, Ian, Arman, dan Rosa.. Ve, Viny dan Nicko dibiarkan menenangkan diri dulu di bus..

Mereka berhenti di sebuah rumah makan, satu-satunya rumah makan yang 'normal' karena makanannya bukan daging manusia, maupun jus darah..

Memanjang ke belakang, Rosa, Ghevi, Nobi, Viddy dan Aria memesan makanan sementara Ridwan, Ishal, dan Defa mencari saung untuk tempat makan..

Ya, saung diatas air, sektar 10-15 saung dengan ukuran beragam ada disana, dibawahnya dilengkapi danau buatan dan ikan-ikan kecil yamg berenang didalamnya, konsep rumah makan tersebut adalah restoran terapung..

Ridwan, Ishal, dan Defa menuruni tangga beberapa meter dari kasir yang tepat berada dibelakang pintu masuk, lalu mencari saung kosong melalui jalan setapak yang terbuat dari kayu yang disusun sedemikian rupa seperti jembatan antara saung dan pintu masuk tadi..

"Def, apa ga bahaya.. senjata api banyak gitu dibiarin aja di bus ?" Tanya Ishal lalu duduk, mereka mendapatkan saung yang cukup besar..

Ridwan, Ian dan Arman segera berbaring, beristirahat. "Engga Shal, tadi box-boxnya udah gua masukin ke bawah kursi semua" jawab Defa santai

Tanpa sepengetahuan mereka, Nicko sudah ada didepan kursi tempat Ve dan Viny tertidur.. "Wah sepi nih.." dia melihat sekelilingnya, lalu tersenyum jahat kepada dua orang wanita yang sedang tertidur didepannya..

"Muehehehe.." Nicko tertawa jahat kepada 2 orang wanita tersebut..

"Tinggal tunggu nih makanannya, seafood" Aria, Nobi, Ghevi dan Viddy bergabung dengan Defa, Ishal dan Ridwan

"Mantap alias gua udah laper maksimal nih, udah sore soalnya" Ridwan bangkit, lalu bersandar..

"Rencana awal kira-kira 2-4 jam udah selesai, jadi jam 2 paling lama selesainya.. ini jam 5 belum keluar juga, padahal tadi udah bener noh udah pada kabur.." Defa melirik jam tangannya

"Selaw aja kali, Pasti mereka lolos kok.. pasti" ucap Ian, "Iya tuh bener Ian.." Rosa setuju, mereka pasti bisa kabur..

"Hufft.. capek ya.." Aria bersandar, kedua tangannya pegal karena harus memegang dan memanfaatkan senjata-senjata api yang besar dan berat itu dalam waktu cukup lama..

"Sini Ar gua pijetin.." Nobi meraih tangan Aria, dia lalu mulai memijatnya.. "Ciee cieee ahahahah" ucap Arman, Ghevi juga memijat kedua tangan Viddy..

"Rosa, gue engga ?" Tanya Ian kepada Rosa, namun dia hanya mendapat tatapan sinis dari Rosa..

"Ridwan mau dipijitin gaak ?" Tanya Ishal dengan ekspresi yang menjijikkan, "Boleh ayang Ishaaal" Jawab Ridwan dengan ekspresi yang tak kalah menggelikan dari Ishal..

"Ih lu bedua.." Kata Defa, Arman sudah tertidur sambil bersandar..

Mereka bercanda, beristirahat, tertawa bersama.. tetes-tetes keringat dari perjuangan mereka hilang dalam sekejap..

Sementara itu, Eka, Lidya, Radit, Elaine, Rhezha, Zaky, dan Acha masih dalam perjalanan mereka ke posisi awal..

"Kira-kira 40 meter lagi.." kata Radit, mereka berhasil lolos dari jebakan-jebakan yang ditanamkan, sejauh ini..

"Semangat, all !!"



-- To Be Continued --

No comments:

Post a Comment