Thursday, July 17, 2014

The Isolated City : Penyusupan (Part VIII)

The Isolated City : Penyusupan (Part VIII) 
Tribute To Imba Ganteng Line Group



Eka, Rhezha, Afif, Zaky dan Radit masuk kedalam bus..

'Membaca koran, bermain handphone, mendengarkan musik..' Eka melihat sekelilingnya, dia duduk bersama Rhezha, Radit bersama Zaky, Afif bersama seorang turis lainnya..

Defa dan Nicko tidak ikut kedalam bus yang dibawa Ridwan dan Ishal, mereka membagikan walkie talkie kepada orang-orang disana, lalu pergi..


"Nick, kita bikin keributan, tenang aja, cuman skenario, gue rekam di walkie talkie, biar kedengeran yang lain." Kata Defa sambil berbisik pada Nicko ditemgah sebuah sudut jalan yang ramai..

"Apa kata lu hah !?" Nicko tiba-tiba mendorong seraya membentak Defa.. "Mau lu apa !?" Lanjutnya sambil menonjok Defa

"Kalian dengar itu ?" Tanya Aria, dia mendengar suara bentakan dari walkie talkie Defa

"Tangkap dia ! Tangkap dia !" 2 orang petugas langsung berlari kearah Nicko, menembus kerumunan orang ramai, mereka langsung menarik kerah baju pemuda itu dan menjatuhkannya

Kedua tangan Nicko diborgol, "Biar aku saja." Kata Defa saat Nicko ingin digiring ke kantor petugas

Sebuah mobil berwarna biru milik petugas datang, bunyi sirinenya membelah keramaian..

Mobil itu pergi ke kantor petugas pulau, tempat para perusuh dipenjara..

"Emm, Rose ?" Tanya Ian, dia, Arman dan Alam juga sudah dilengkapi walkie talkie

"Rose, Queen, Jasmine, Nobita, Jess disini" Jawab Rosa seraya menyebutkan nama-nama 'julukan' mereka yang diberikan oleh Defa

"Army dan Ion siap, Nature menjaga kita di radius 2 meter." Jawab Ian, dia dan Arman sudah siap dengan senjatanya, mereka dijaga oleh Alam, angin berhembus kencang..

"Kiiriii waan !" Teriak Ishal, Ridwan membelok tajam kearah kiri

"Ntap wan.." kata Viddy yang duduk dibelakang kursi supir, para wanita hanya bisa terdiam..

"Ka liat dah, Afif udah akrab aja.." kata Rhezha sambil melihat ke kursi sebelahnya, dimana Afif sudah bercanda-canda dan mengobrol dengan perempuan disebelahnya

"Buset dah Afif berisik amat.." kata Radit, dia dan Zaky duduk di kursi tepat didepan Afif

"Fif kenalinlah.." ucap Zaky sambil berbisik pada Afif yang berada dibelakangnya

"Namanya Tya Zak" kata Afif singkat, lalu kembali mengobrol dengan perempuan disebelahnya

Dua halte setelah Rhezha, Afif, Eka, Radit dan Zaky naik, bus penuh..

"Selamat datang semua, di bus milik pemerintah, selamat berkeliling kota.." ucap seseorang, sambil berdiri di tengah bus..

"Mungkin jalanan akan macet.. jadi.. lebih baik, kalian tidur terlebih dahulu.." ucap orang itu sambil tersenyum sinis..

"Hah !!" Sebuah tangan robot mekanik keluar dari belakang mereka, mengikat setiap orang di kursi masing-masing..

"Hppft !" Tak berhenti disana, sebuah masker udara keluar dari kursi didepannya, masker tersebut langsung menempel di hidung setiap penumpang, menutup bagian bawah muka, dan mengeluarkan gas beracun, bius.

"Kondisi, aman.." sang supir bus tersenyum kecil, lalu memutar arah, menuju gedung setengah lingkaran yang sekaligus menjadi laboratorium bagi lembaga-lembaga ilmiah yang ada disana..

"Oke.. target terdeteksi." Kata Ian saat melihat 2 orang petugas keluar dari pintu darurat gedung ilmiah berwarna putih itu, mereka penjaga pintu darurat..

"Mukanya garang juga.." ucap Alam sambil melihat 2 orang petugas itu melalui teropong yang ia bawa

"Peluru bius, atau peluru beneran nih Ian ?" Tanya Arman seraya mengeluarkan dua kotak kecil berisi peluru, Ian tidak menghiraukannya

Mereka bertiga memang berada di sebuah atap salah satu gedung pencakar langit disana, sementara target mereka berada di lantai terbawah, tidak berada di lantai dua atau bahkan lantai tiga, namun.. jarak bukanlah penghalang bagi kedua sniper ini..

"Lapor, ini Ion, kondisi terakhir, musuh terlihat, dimana kalian ?" Tanya Ian melalui walkie talkie ditangannya kepada orang-orang di bus

"Ini Jasmine, 150 meter dari pintu darurat, jalanan macet, tetap pada posisi kalian, Ion, Army dan Nature." Jawab Ghevi melalui walkie talkie

"Siap." Ian mematikan lagi walkie talkienya.. "Tinggal nunggu bro" kata Ian lalu memainkan handphone

Nicko dibawa oleh Defa ke salah satu sel tawanan yang kebanyakan isinya adalah para perusuh..

"Nick, lu harus bisa main kata, buat mereka percaya, dan kalo gue dateng lagi untuk bebasin kalian. Jangan keroyok gue." Ucap Defa sambil berbisik pada Nicko

"Cari sel jangan yang isinya garang semua Def, yang ada gua tinggal nama disini ntar" balas Nicko, wajahnya pucat ketika melihat sel-sel yang berisi orang-orang kekar dan keliatan galak..

"Yang ada, lu harus bikin mereka percaya Nick" Defa lalu memasukkan Nicko ke salah satu sel

Orang-orang berkacamata dan 2 orang kekar.. "Hehe.. salam kenal.." ucap Nicko, lalu mengeluarkan senyumnya..

"Hn.." Eka membuka kedua matanya perlahan, dia masih terikat, masker udara yang ia pakai mengeluarkan oksigen dan udara segar yang langsung dihirup olehnya

Ia tidak lagi berada di bus, dia dan seluruh penumpang bus duduk di kursi-kursi yang dipanjangkan ke samping..

'Gelap.. dimana ini..' Ucap Eka dalam hati, dia tidak bisa melihat apa-apa selain kegelapan yang menyelimutinya..

Tangan Eka ditepuk oleh tangan seseorang dari sebelah kanannya, dia hanya bisa mengarahkan matanya, kepalanya ditahan oleh sebuah penyangga agar tidak bisa bergerak

Eka mengacungkan jari telunjuk tangan kanan ke orang sebelahnya, menandakan bahwa dia telah bangun..

'Gua udah mati.. udah mati..' ucap Zaky dalam hati saat ia terbangun, karena dia tidak bisa melihat apa-apa saking gelapnya

'Gua punya salah banyak banget,  gua masuk surga atau neraka nih.. gua masih punya utang seabrek, gua..' Lanjut Zaky, namun terhenti karena tiba-tiba lampu-lampu menyala, menerangi ruangan yang gelap..

"Selamat datang.. para orang-orang bahagia.." ucap seseorang dengan badan yang cukup gemuk dan menggunakan jas putih ala dokter-dokter rumah sakit

Cukup banyak petugas dengan senjata lengkap berada dibelakangnya, dengan posisi yang agak berjauh-jauhan..

"Kalian patut bersyukur, karena kalian disambut langsung olehku.. Dokter Rizki Alif Pratama !" Lanjut orang itu, para petugas yang ada disana bertepuk tangan seikhlasnya..

"Selamat datang, di pusat riset dan penelitian terbaik di negara ini, The abandoned labrotary.." kata Rizki dengan wajah ceria, diikuti tepuk tangan dari para petugas..

Satu-persatu penumpang bus diturunkan dari kursinya, melepaskan semua penyangga dan pengikat yang berada di sekujur tubuh mereka

"Baris berdua-berdua !! Jangan membantah !" Perintah Rizki, petugas-petugas disana mengangkat senjata dan mengarahkannya ke setiap penumpang

'10 orang petugas.. terlalu beresiko..' ucap Eka dalam hati, dibalik jaket tebalnya, tersembunyi beberapa senjata..

Mereka berjalan, mengikuti Rizki, sang pemilik lab itu, dan dikawal petugas-petugas bersenjata lengkap

"Lapor, Jess disini, kami sudah makin mendekat" kata Ve melalui walkie talkie pada Alam, Ian, dan Arman

"Nature. Sebutkan perbedaan jarak dengan posisi terakhir melakukan panggilan." Jawab Alam cepat

"Melaju sekitar 10 meter. Tetaplah pada posisi" Balas Ve kepada Alam

"Baru gerak 10 meter.. macet banget kayanya" ucap Alam pada Ian dan Arman

"Selaw aja lam, Masih lama.." kata Arman lalu mengunyah keripik kentang yang ia bawa

"HIAAA !!" Ditengah jalan, seorang penumpang yang berbaris dibelakang Afif mencoba menyerang petugas

" DOR DOR !!" Dua buah peluru oleh petugas cukup untuk membunuh orang tadi.. darah bermuncratan

"Itulah akibatnya jika kalian ingin melawan.." Ucap Rizki sinis, mereka lalu menaiki sebuah tangga ke bawah..

"Tenang saja, kalian tidak akan sendiri, ada 2 rombongan lagi, dibawah.." lanjut dokter itu pada mereka semua

"CKLEK" pintu salah satu ruangan di lantai bawah tanah terbuka, mereka semua ditendang dan didorong masuk

"Elaine !!" Spotan Rhezha memeluk tubuh kecil Elaine, teman sekelasnya yang ia sukai

"Zhaa.." Elaine memeluk Rhezha, kedua airnya menetes, terharu..

"Cha.." Zaky memandangi kedua mata indah milik Acha, mereka bertatapan cukup lama

"Langsung aja, all.." Rhezha mencoba membuka pintu ruangan itu, disaat Afif dan Radit menceritakan semua yang terjadi kepada Elaine, Acha dan Lidya

"Ga gitu zha, pasti ada petugas diluar.. Lidya, Acha, Elaine ama Tya coba kondisiin 2 rombongan lain." Ucap Eka

"Jadi.. kalian mau kabur gitu, kita juga ikut dong.. kita bantu deh" ucap seseorang saat Lidya menceritakan rencana mereka

"Yaudah, ikutin kita aja." Jawab Acha singkat

"Dit, siap ?" Tanya Zaky, hapenya menunjukkan peta gedung itu dan posisi mereka..

"Sabar Zak" Radit berkutat dengan handphonenya, dia berusaha keras untuk mematikan sistem keamanan lab itu. Hacker

"Sial.. ayolah.." Radit tidak berhenti menatap layar handphonenya yang terdapat angka-angka dan huruf-huruf ala programmer

Tangan kanan Eka memegang sebuah pistol, sementara tangan kirinya memegang sebuah suntikan berisi bius berdosis tinggi

Rhezha, menggengam erat tangan Elaine sementara tangan kirinya memegang sebuah pistol..

Zaky memegang erat hapenya yang berfungsi sebagai peta mereka, pistol di tangan kirinya

Acha dan Lidya berpegangan tangan, Radit mulai berkeringat..

"Lapor, Queen." Viny memulai percakapan lagi melalui walkie talkienya

"Yap, Army." Arman menjawab, Dia sudah menghabiskan beberapa bungkus keripik yang ia bawa

"20 meter dari pintu keluar, siap-siap" Balas Viny singkat namun padat

"Sip.." Ian mendengarnya, ia langsung mengambil posisi sniper dan mengarahkan scope senjatanya ke salah satu petugas..

"Man, lu yang kiri, gue yang kanan, peluru bius, pake peredamnya." Ucap Ian singkat, Arman langsung bersiap-siap..

"Biar aku yang melihat keadaan" kata Defa, hampir satu kantor petugas mendengar suara berisik dan bising dari penjara-penjara..

"Hey.." Defa membukakan sel Nicko, dia lalu berteriak, "aaakkk !!"

Spontan, petugas-petugas yang ada disana pergi kearah blok penjara..

"Jadi.. ini musuh kita ?" Betapa kagetnya para petugas itu saat para preman dan perusuh yang mereka penjarakan telah lolos, Defa berakting seakan dia dihajar dan diambil kunci sel penjara pada kantung celananya..

"Serang !!" Seru para tawanan itu, menyerang para petugas, pertempuran tangan kosong tak terelakkan..

"10 menit.. itu cukup ?" Kata Radit ditengah keheningan ruangannya

"Aku hanya bisa mengusahakan maksimal 10 menit, lebih dari itu, hapeku meledak." Lanjut Radit sambil pundung, dia merasa malu karena tidak bisa mengusahkan lebih..

"Lebih dari cukup Dit, makasih banget.. Zak, lu tau rutenya kan !?" Kata Eka sambil agak berteriak

"Tau.. gue jadi navigator kalian kok" jawab Zaky

"Oke all.. kita mulai.. rencana pembebasan !"




-- To Be Continued --

No comments:

Post a Comment