Monday, July 14, 2014

The Isolated City : Hari Ketiga (Part VII)

The Isolated City : Hari Ketiga (Part VII)
Tribute To Imba Ganteng Line Group




"Oke, jadi gini all.." Defa menjelaskan rencana penyerangan mereka ke laboratorium atau gedung setengah lingkaran yang ada di tengah kota itu..

"Pertama, Rhezha, Eka, Afif, Radit ama Zaky, bakal masuk ke gedung itu, lewat bus yang biasa bawa warga untuk jadi kelinci percobaan, nyusup" Kata Defa, yang lain mengelilinginya dan terlihat serius..



"Kalian ikut bus yang jam 10 aja, tunggu di halte bus deket sini.." kata Defa,

"Begitu masuk kesana, kalem, jangan panik, biasanya kalian akan dibuat pingsan di bus, lalu saat bangun, kalian sudah didalamnya.." Lanjutnya

"Cari kawan-kawan kalian yang diculik, cari, jangan sampai kalian terbawa emosi, begitu kalian bertemu dengan mereka, tetap kalem, cari celah untuk menekan tombol alarm kebakaran yang biasanya ada di dinding.." Ucap Defa, beberapa orang menyeruput teh buatan Nadse..

Ya, Mereka telah kembali ke rumah, di ruang TV yang semalam mereka gunakan untuk bermain, Defa mengatur rencana..

"Biasanya, akan ada air yang memancur dari atas, dan akan ada asap buatan yang muncul, kalian manfaatkan celah itu ! Bawa kabur teman-teman kalian lewat pintu darurat." Lanjut pria yang bisa di cap sebagai pengkhianat jika ketahuan membantu mereka..

"Ishal, Ridwan, mereka udah bisa nyetir, mereka akan menunggu di pintu keluar, bersama yang lain, usahakan kalian bertindak cepat.." kata Defa, dia lalu meminum air teh-nya..

"Kita bisa istirahat penuh malem ini, manfaatin baik-baik, abis makan malem mending langsung tidur.." Kata Eka, kedua tangannya masuk ke kantung jaketnya..

"Kalian bawa senjata kecil aja, semacam pistol-pistol biasa yang dibawa polisi jalanan.." kata Aria melanjutkan, dia akan menunggu bersama Ishal dan Ridwan, dia yang akan menembaki musuh jika mereka dikejar..

"Kita bawa koper.. biar gaada yang curiga.." lanjut Zaky sambil memasang muka berpikir..

"Kopernya jangan diisi baju-baju atau barang lainnya, kosong.." "Jangan Zha, pasti ketauan.. kita butuh sesuatu.." Ucapan Rhezha dipotong Radit

"Bom ?" Tanya Viny disaat kondisi hening dan sunyi.. semua orang langsung menatapnya..

"Emm.. a.. apa ?" Viny gugup mendapat tatapan dari semua orang...

"Ide bagus nih !" Teriak Ridwan, "Oke.. sekarang, siapa yang bisa bikin ?" Tanya Eka, dia stay cool..

"Ishal bisa noh, dia kan mantan teroris Al-Qaeda" jawab Radit tiba-tiba, "Halah Ishal mah maenannya petasan korek masa lu suruh bikin bom Dit.." ucap Zaky menyela

"Waah sok tau level tinggi lu Zak, gua bisa bikin bom !, gua kan mantan anggota Al-Qaeda.. tapi gua pake petasan korek.." kata Ishal, seluruh orang disana menepuk jidat..

"Yaelah broh... pake fanta sama mentos juga cukup.." kata Ian, dia membuka mulut

"Selaw, kita bawa 5 koper, 3 diisi bom beneran, 2 diisi bom fanta, mau kaga ?" Arman juga membuka mulutnya..

"Ntapz alias gua ada bahan-bahannya nih, Shal, Wan, bantu gua rakit bomnya.." kata Defa, dia lalu berdiri dan berjalan meninggalkan yang lain, langkahnya diikuti Ridwan dan Ishal..

"Masih sore nih, olahraga dulu yuk all" kata Aria, jam masih menunjukkan angka 3 sore..

"Tadi gue liat di warung deket sini ada yang jual bola.. gue beli dulu, main di deket sini aja.." Kata Eka, dia lalu pergi membeli bola untuk mereka mainkan

"Ayoo ayo !!" Sejam kemudian, mereka telah tenggelam dalam asyiknya permainan, karena bisa saja, ini adalah permainan terakhir mereka..

"Wan sini !!" Ridwan, Ishal dan Defa juga bergabung, Mereka akan lanjut merakit bom-bom dengan daya ledak yang besar itu nanti malam..

"Shal !!" Teriak Ridwan yang memberi sebuah umpan lambung dari sisi kiri lapangan kepada Ishal yang berada di depan gawang

"Ishal rodriguez !!" Teriak Radit yang menjaga lini belakang tim Ishal, dia yang melakukan sebuah sapuan ke Ridwan yang memulai serangan balik dari timnya..

Ishal meloncat, dia lalu menendang bola dengan kaki kanannya.. "Salto njir !" Ucap Ian yang melihat Ishal

"Goolll !!" Teriak Viny saat melihat bola tendangan Ishal tidak dapat ditepis oleh Arman..

"Ntap.." kata Alam pelan..

Pukul 5, Mereka membubarkan diri.. lelah dan capek, mereka juga tidak boleh menyia-nyiakan tenaga begitu saja..

"Good night all, semoga berhasil.." kata Defa sebelum pergi ke kamar tidur bersama Nadse..

"Waktu memang berjalan cepat ya Gep.." ucap Viddy sambil mengelus-elus rambut Ghevi

"Iya.. tapi.. aku takut Vid.." jawab Ghevi

"Aku takut kita ga bisa balik lagi abis dari sana.." lanjut Ghevi, meskipun dia dan Viddy menunggu di bus, tentu saja ada rasa kekhawatiran..

".." Viddy sudah tertidur duluan, mungkin rasa lelah dan ngantuk menguasai dirinya.. Ghevi hanya tersenyum kecil melihat pacarnya itu..

"Oyasumi.."





"Ka !! Jangan !!" "Pergi aja kalian !!" "Awas woy !!" "Tidak.."

"HAH !" Eka terbangun dari mimpi buruknya, dia segera duduk..

"Ka.. kamu kenapa ?" Viny terbangun karena Eka, dia lalu duduk disebelahnya..

"Vin.." Eka memeluk Viny, di mimpi itu, dia melihat Viny dalam keadaan yang sangat buruk..

"Ka.. kenapa.." kata Viny, dia membalas pelukan Eka

"Tidak.. aku.. hanya mendapat mimpi buruk.. mungkin segelas air akan membantuku untuk tidur lagi.. kamu tidur ya.." Eka lalu mencium kecil jidat Viny, dia lalu pergi meminum air..

"Teman-teman.." katanya pelan sambil melihat teman-teman dia yang tidur di sofa, karpet, atau tikar yang digelar..

'Inilah hari ketiga.. hari penentuan untuk kita, hari yang menentukan nasib kita.. aku merasakan beban itu.. beban untuk memimpin teman-temanku..' Eka menenangkan dirinya di dapur, segelas air telah ia minum setengahnya..

'Semua ini.. semua rentetan kejadian ini..' ingatan Eka terbang ke saat-saat pertama pesawat itu jatuh..

Dia termenung, melamun.. pikirannya mengulang semua yang telah terjadi..

"Ka.. ngapain ?" Tiba-tiba Viny datang.. membuyarkan semuanya..

"Eh.. engga, aku mikir aja.. udah jam 5, tanggung kalo tidur lagi.." jawab Eka menutupi semua kecemasannya..

"Yaudah aku bangunin yang lain, kalian kan ikut bus jam 10.." kata Viny, dia lalu meninggalkan Eka, membangunkan teman-temannya yang masih terlelap..

2 jam kemudian, semua telah siap,rapih.. Ridwan, Ishal, Aria, Viddy, Alam dan Defa sedang mempersiapkan bus pelarian mereka..

"Nganu bro.. emm, gue minta maaf kalo gue ada salah ke kalian semua.." kata Radit, mereka semua sedang duduk di ruang tamu, berbincang kecil..

"Gue juga ya all, gue tau kemungkinan kita kalah di misi ini bakal lebih besar daripada kemungkinan menangnya" ucap Rhezha, mengikuti Radit

"Gue seneng udah kenal kalian semua,gue tau, gue sering bikin kalian kesel..gue minta maaf yak.." Zaky melanjutkan..

"Iya gue juga, kadang-kadang gue egois,maaf yak.." Afif ikut meminta maaf

Sebuah perasaan batin, mereka rasakan.. ini bukan soal memenangkan peperangan, tapi sebuah misi.. menyelamatkan teman mereka yang diculik..

"Nah.. bus udah selesai, mari semua..berangkat.." Defa datang memberi sebuah kabar, entah itu baik atau buruk..

Pukul 9.30, mereka sampai di halte tujuan.. tempat Eka, Radit, Rhezha, Afif dan Zaky akan menunggu bus.. yang mengantarkan mereka, untuk menyusup, dan menyelamatkan teman-temannya..

Ian dan Arman, ditemani Alam, pergi ke balkon salah satu gedung didekat kawasan pintu belakang gedung lab.. sniper.

Mereka semua layaknya agen-agen rahasia, yang mengarungi kota.. demi sebuah misi yang penting untuk mereka..

Mereka terbelah dua, yang disini, dan disana.. Mereka adalah para pemuda yang melampaui batasnya...

Mereka adalah pasukan, tentara, yang harus dijaga.. seperti aset negara..

Mereka, para pemberani, meskipun bukan dari dunia tempat mereka bertarung nantinya, tapi mental mereka.. luar biasa..

Mereka tidak merasa ketakutan, mereka juga tidak merasa kecemasan.. karena mereka, telah bersiap untuk hanya satu tujuan..

'Inilah cerita kami di pagi hari ketiga.. mungkin aneh, mungkin kalian tidak percaya.. atau mungkin kalian akan merasakan hal yang sama dengan kami.. apapun itu, kami hanya mempunyai satu tujuan, dan banyak keberanian didalam jiwa raga kami..'

"Bus datang, sniper siap, bus pelarian pun telah menunggu ditempatnya.. saatnya kami.. mempertaruhkan nasib kami.." Eka berdiri, Rhezha, Afif, Zaky dan Radit mengikutinya memasuki bus itu..


-- To Be Continued --

No comments:

Post a Comment