Monday, July 7, 2014

The Isolated City : Kedatangan ! (Part 3)

The Isolated City : Kedatangan ! (Part 3)
Tribute to Imba Ganteng Line Group



"Aku tidak mau kau yang bercerita.. aku mau kau menjawab pertanyaan kami, dengan jujur.." Ishal memotong perkataan musuhnya yang sedang mereka interograsi

"Apa kau mau pisau ini membelah kepalamu hah !? Jawab dengan jujur !!" Afif membentaknya sambil menggesek-gesekkan pisaunya ke leher lawan



"Dimana, kawan-kawan kami, yang kau culik ?" Kata Ishal, semua orang disana bersiap apabila musuh tersebut melakukan perlawanan

"Tidak jauh dari sini, ada sebuah pulau dengan kota, yang tadinya dibuat hanya untuk riset-riset dan penelitian ilmiah, kebanyakan warga sana dijadikan kelinci percobaan oleh lembaga kimia yang berada disana" kata orang itu kepada mereka

"Sisanya, aku tidak bisa menjawabnya.." ucap orang itu dengan tiba-tiba

"Kenapa hah !? Kau mau merasakan ketajaman pisau ini !?" Afif menusuk bagian pohon dibelakang kepala orang itu..

"Karena aku mau membantu kalian ! Mengertilah !" Jawab orang itu pada Afif

"Perahu boatku hanya bisa menampung 5-6 orang, kalian tidak bisa ikut semua.." lanjut musuh mereka, Eka segera membantahnya.. "Panggil 2 boat lainnya, bilang bahwa kami akan tinggal di kotamu itu untuk sementara"

"Udah malem Ka, ntar aja.." Viny berbisik pada Eka, jam digitalnya menunjukkan waktu pukul 23.58 dan angin makin berhembus, semakin dingin pula.. dia ada benarnya..

"Kita istirahat disini dulu, yang laki-laki bikin kopi, buat jagain dia, pake sistem jatah aja, yang jaga belakangan tidur dulu, yang udah jaga langsung tidur, per 30 menit tukeran, gue duluan" perintah Eka, mereka kembali ke tenda masing-masing..

Setelah 30 menit berlalu, Eka bertukar tempat dengan Alam

"Jadi.. kenapa kau mau menolong kami ?" Tanya Alam lalu menyeruput kopi buatannya

"Disana, para laki-laki dibagi menjadi penjaga, dan kelinci percobaan.. yang cukup kuat akan dilatih dan ditempa menjadi penjaga pulau.." katanya lancar

"Lalu, mengapa kau mau menolong kami ?" Tanya Alam sambil berdiri dari tempatnya berdiri

"Aku ingin membantu teman-temanku, yang dijadikan bahan percobaan.." jawab orang itu pada Alam

"Apa kami bisa mempercayaimu ?" Kata Alam dengan ragu

"Yah.. maksud gue, lu ngertilah, bisa aja lu mata-mata mereka atau pasukan atau gimana.." lanjutnya

"Ingat namaku, Defranda Fauzan, jika kalian tertangkap, sebut saja nama itu di pengadilan, kalian akan bebas dan aku yang akan menerima hukuman." Jawab orang yang bernama Defa tersebut

"Deal." Alam kembali ke tempat duduknya, hanya ada sebuah api unggun yang menjadi pembatas antara dia dan Defa yang diikat..

Waktu berlalu, Zaky menjadi yang terakhir untuk menjaga Defa, fajar telah menyingsing..

"Nah kawan-kawan.. saatnya membebaskan teman-teman yang diculik.." seru Radit pada teman-temannya, mereka telah rapih dan siap berangkat

"Untuk mempermudah akses dan melindunginya jika ada penjaga lain yang iseng datang kesini, lebih baik bawa para wanita.." ucap Defa, ikatan ditangannya sedang dilepas oleh Aria

"Wa gamau mailaff Ve kenapa-napa" potong Alam spontan

"Penjaga akan lebih mudah percaya jika ada wanita.. ingat jaminanku semalam kan ?" Tanya Defa yang langsung membuat Alam terdiam

"Benar juga, mind game bro.." kata Radit, Defa lalu pergi ke perahu boatnya..

"Lapor, Prajurit nomor 1488 atas nama Defranda Fauzan, izin untuk meminta tambahan 2 perahu boat." Katanya melalui sebuah walkie talkie yang ada di perahu boatnya

"Tunggu, kau bilang 1488 ? Ada 1400 lebih prajurit ?" Tanya Rhezha kaget

"Akan terus bertambah, btw, disana kalian akan tinggal disebuah hotel, kalian akan bertemu dengan sesama turis.." jawab Defa pada Rhezha

"Akan kuhubungi kalian saat aku tau posisi teman-teman kalian, aku bersumpah, aku belum mengetahui dimana mereka.." lanjutnya

Tak lama, para wanita telah siap dan 2 perahu boat tambahan datang, mereka semua pergi ke pulau itu..

Ditengah perjalanan, Defa memberikan nomor hapenya pada Eka, "Meskipun dilatih seperti tentara, tapi peraturan kami tidak ketat seperi tentara.." katanya

"Nampaknya sinyal disini cukup kuat, dipulau tadi tidak ada sinyal sama sekali.." Afif mengeluarkan hapenya..

"Nah, selamat datang di kota yang terisolasi, the isolated city.." kata Defa sambil menurunkan mereka semua di sebuah pelabuhan, dia lalu pergi bersama 2 temannya dengan perahu boat

"Apa kalian orang baru ?" Tanya seseorang disana, seakan menyambut mereka

"Ya, kami akan segera dijemput, mungkin kami bisa tinggal disini untuk beberapa hari, maaf ?" Kata Eka pada orang tersebut

"Silahkan, hotel untuk para tourist !" Orang dengan tinggi badan 168 cm tersebut mengarahkan mereka semua untuk masuk kedalam sebuah bis biru, lalu orang tersebut berteriak pada supirnya

Ditengah perjalanan, sebuah bangunan berbentuk setengah lingkaran berwarna putih menjadi gedung yang paling mencolok, ada 2 gedung lagi dengan ukuran yang lebih kecil dibawahnya, 3 gedung itu berada tepat di tengah kota dan jauh dari hotel mereka..

"Silahkan dan tak usah membayar, bayaran ditanggung pemerintah, terima kasih" kata supir bus itu kepada mereka yang perlahan turun satu persatu..

"Mari masuk.." Mereka masuk ke hotel, seorang petugas resepsionis bersiap melayani mereka

'... 10 meter lurus dari pintu masuk, ada sebuah lift, tepat disebelah kiri dan kanannya ada tangga, kiri naik kanan turun, resepsionis disebelah kiri, tepat setelah masuk, sofa dan beberapa kursi disiapkan sepanjang jalan menuju lift, disetiap penjuru ruangan ada pot bunga, ini.. mawar ?' Eka menganalisis lantai 1 hotel tersebut didalam hatinya

"Bill atau tagihan ?" Tanya Radit seraya mengedipkan satu matanya pada petugas resepsionis wanita tersebut

"Semua akan dibayarkan pemerintah" jawabnya manis

"Ntaplah semua dibayarin ckckck" ucap Aria

"Dua kamar hotel, lantai 4, kamar 41-42, silahkan.." kata petugas tersebut sambil memberikan dua kunci kamar hotel berbentuk kartu kepada Radit..

Eka tetap memperhatikan keadaan sekitar.. "2 petugas resepsionis, tidak ada kolam, beberapa orang sedang membaca majalah di lantai 1, lift ukuran besar.. dan.."

"Ka !!" Analisa Eka dibuyarkan oleh panggilan Viny

"Kamu kok ngelamun terus sih.. lagi mikirin apa ?" Tanya Viny dengan muka cemas

"Pasti ada sesuatu kan ka, eh tapi kamu dikelas juga pendiem.. sukanya baca novel.." lanjutnya, sang wanita yang menjadi idaman Eka

"Engga kok ga ada apa-apa.. kalaupun ada, kamu ga tau dan ga perlu tau.." Jawab Eka sambil mencubit kecil pipi Viny

"Zak, petugasnya bening juga ya ckckck" kata Radit pada Zaky, "ntap dit, daripada lu nunggu si Rena yang ga pulang-pulang.. bisa jadi bang toyib kedua lu dits.." jawab Zaky pelan

Lift terbuka, mereka semua masuk kedalamnya, Ishal menekan angka 4, Zaky sempat melihat petugas resepsionis yang rupanya sedang memerhatikan mereka dengan mata sinisnya..

"Dit, kita diliatin dah.. tapi matanya sinis banget" kata Zaky pada Radit

"Yah lu emang ga bisa ngerayu cewek sih Zak ckckck" balas Radit seakan mengejek Zaky

"Udah jangan berantem mulu, yuk ah.." kata Ghevi yang sedang dirangkul Viddy
Tanpa sadar, lift berhenti, mereka keluar dari lift..

"Nah yang cewek di kamar 41 semua, yuk.." Manda membuka pintu kamar 41, semua wanita masuk kedalam sana..

"Gercep dong elah plenk" kata Rhezha, 

"Iye sabar napa sih plenk" Ishal memasukkan kartu tersebut ke bagian bawah kenop pintu
Pintu terbuka..

"Lah kok gelap ?" Tanya Afif, "sini kartunya.." Rhezha mengambil kartu ditangan Ishal, dia memasukkan kartu tersebut pada sebuah lubang kartu yang menempel didinding, seketika semua lampu dikamar tersebut menyala..

"Anjaay !" Ishal melihat lebih dalam ke kamar tersebut

'Ukuran besar, 2 tempat tidur untuk 2 orang, karpet halus berwarna merah menutupi lantai, kartu di sebelah kiri tepat setelah masuk, dibawahnya ada sebuah rak berisi gelas dan piring, diatas rak ada kompor portable, sebuah cerek diatasnya.." Analisa Eka tidak berhenti

'Didepan 2 tempat tidur, sebuah TV LCD, dibawahnya ada rak panjang kaca, ada 6 laci disana.. di antara kedua tempat tidur, lampu diatas sebuah meja dengan 2 laci..' lanjutnya

"Ka sini napa jangan melamun mulu" Kata Afif saat melihat Eka terpaku di pintu masuk

"Ada air angetnya bro, panas juga ada alias ntap !" Teriak Alam dari dalam kamar mandi..

"Lu ada yang laper gak ? Laper nih coy ckckck" kata Aria, "Iyax laper nih guax" Ishal setuju..

"Didepan sini kayanya ada warung deh, datengin yuk.." kata Eka, mereka bertiga pun keluar dan pergi..

"Mie daging 3 bu !" Teriak Aria setelah berdiskusi tentang makanan..

"Dibayarin lagi broh.." Ishal melihat sebuah tulisan dibawah menu.. "Nb : Turis dibayarkan pemerintah." Begitulah tulisannya..

"Silahkan.." seorang ibu-ibu menghidangkan mie daging sesuai pesanan mereka, "yeh, inimah mie soto ditambah daging doang beberapa biji.. jus merah 3 ya bu !" Ishal berkata tanpa sadar ibu-ibu tersebut melihatnya, begitu dia sadar.. dia segera memesan yang lain

"Anjrit ini daging apa pula.." kata Eka memandangi makanannya

"Rasanya aneh gini anjir" Aria hampir memuntahkannya..

"Makan aja.. anjer !" Ishal memakannya, namun dia hampir muntah juga..

"Mie aja dah.." Eka memisahkan mie dan dagingnya, entah kenapa seisi warung menatapnya tajam..

"Jus merah.." ibu-ibu tadi mengantarkan 3 gelas berisi air berwarna merah..

"Makan bro biar kenyang" Ishal dan Aria memakannya dengan lahap meskipun mereka tidak menyukai rasanya..

"Jusnya juga.. ih.." Eka kehilangan nafsu makannya, seluruh nafsu makannya,dia menutup sendok dan garpunya..
Setelah mereka selesai, mereka kembali ke hotel..

"Bentar dah.." Aria melihat darah keluar dari jarinya, ada luka..

"Lu luka kenapa Ar ?" Tanya Ishal pada Aria

"Gatau dah.." jawab Aria singkat

"Ar, gua ada P3K diatas, ikut, jangan duduk.." Eka mendorong 2 orang temannya ke lift.. dia merasakan sebuah pandangan dengan nafsu membunuh dari seisi ruangan..

'Siapa.. siapa yang ingin membunuh kami.. kenapa seakan semuanya memandang kita dengan nafsu membunuh.. ada yang tidak beres..' Eka bergumam sendiri didalam hatinya..
Dan, benar saja, seisi ruangan memang menatap mereka tajam, memandangi mereka, khususnya Aria..


-- To Be Continued --

No comments:

Post a Comment