Monday, June 16, 2014

The Shadows : Underground... (Part V)

The Shadows : Underground.. (Part V)
Tribute To AHL Group


"Huah..." Vinna menghirup udara pagi yang segar dan sejuk.. Rombongan AHL telah terbangun.. dan bersiap untuk beraksi lagi..

Semalam, mereka terbangun lagi karena kedatangan Dimas dan Kevin.. dan, mereka hampir tidak tidur karena memecahkan dan mengartikan catatan-catatan korban yang penuh misteri, dibantu oleh Tasya, yang rupanya penyuka misteri dan goonerettes..





Mereka telah menyusun rencana, sebuah rencana bawah tanah, untuk mengeluarkan Onky, dan tentu saja mengetahui siapa dalang dibalik ledakan di pameran jersey..

"Polisi menutup kasus dengan alasan listrik korslet dan menyebabkan ledakan sehari setelah Firhan diangkat pangkatnya dan ditunjuk untuk memegang kekuasaan penuh atas kepolisian se-Jawa Barat, kebetulan kah ?" tanya Eko sambil memakan sarapannya di depan TV yang menyala dan menampilkan acara berita pagi..

"Entah.. aku yakin dia punya kendali dibalik kasus Onky, dan mungkin Jufri.." jawab Agnes sambil meminum segelas air putih dingin..

"Kalau kasus Jufri.. itu murni kecelakaan" kata Ruri tegas kepada rombongan AHL

"Kemana kita akan pergi ? Mobil sudah selesai kupanaskan" kata Tasya, "Mari mencari sumbu masalah, kita harus membuat masalah.." kata Dimas

"Tidak, itu akan membuat kita terlihat, mudah saja, kita akan bergerak di bawah tanah, dan mengacu pada buku catatan ini, mungkin kita bisa ke gudang yang tak terpakai, 20 kilometer dari sini.." kata Kevin sambil menunjukkan buku itu..

2 jam kemudian, mereka sampai di lokasi.. kemacetan memaksa mereka menghabiskan waktu di jalanan yang ramai..

"Apa yang bisa kita ketahui dari sini ? Sepertinya tidak ada apa-apa.." Tifa turun dari mobil, disusul oleh Githa, Vinna, Ruth

"Entah.. tapi, lebih baik kita masuk dulu.." Ruri, Dimas, Eko dan Kevin berjalan menuju pintu besar pabrik itu..

"Ini, senjata-senjata kalian.." kata Tasya sambil memberikan 4 buah pistol lengkap dengan peluru pada Dimas, Kevin, Eko dan Ruri

"Ini, senjata dari sang pemilik losmen" Vinna membagi-bagikan pistol pada Tifa, Githa, Agnes dan Ruth, semalam Tasya memberikannya pada Vinna

"Lihatlah.. sepertinya ada yang mendahului kita" kata Ruth sambil menunjuk sebuah mobil pajero sport berwarna putih..

"Pintu depan.. terkunci" kata Dimas setelah tendangannya tidak berhasil membuka pintu itu.. "Kita bisa gunakan cara kasar.. atau, sedikit keras.." kata Eko, lalu dia menembakkan peluru pertama sampai ketiganya untuk membuat lubang disekitar lubang kunci

"Hey, apa yang kalian lakukan.. ?" 3 orang preman muncul entah darimana, membawa senjata api laras panjang lengkap dengan pelurunya..

Dan, sedikit noda darah disetiap tangan mereka.

Tanpa basa-basi, Dimas menembak mereka.. "DOR !"

1 orang dari mereka maju, setiap peluru yang ditembak kearahnya dapat dihindari..

Orang itu lalu melempar sembarang senjatanya.. lalu meregangkan otot-ototnya.. dan, "Mari.. kita mulai !"

"Simpan senjata kalian, anak-anak" Eko memasukkan pistolnya ke saku celana, diikuti oleh Ruri, Dimas dan Kevin..

"HIAAAA !" Dimas melayangkan sebuah tendangan kaki kanan kearah kepala orang itu, dia menghindar dengan menghadapkan kepalanya keatas..

Dimas lalu menggunakan bagian belakang kakinya, menghajar orang itu tepat di muka..

"Argh.." orang itu menutup hidungnya menggunakan tangan, darah bercucuran keluar dari hidungnya..

"Giliranku !" Ruri melakukan sebuah roll depan dan berdiri tepat didepan orang itu, lalu dia menepukkan kedua tangannya ke kedua telinga lawannya..

'Setelah telinga korban, hancurkan celah untuk berbicara..' Ruri berbicara sendiri, lalu kedua jarinya menusuk jakun lawannya..

'Jika musuh sudah muntah darah, serang tengkuk belakangnya.. kemungkinan kematian, 90%' Ruri lalu menundukkan kepala orang itu, sikunya menghajar tengkuk belakang lawannya dan..

"------" Mulut musuhnya terbuka lebar menandakan kesakitan luar biasa, pita suaranya putus saat Ruri melancarkan serangan dengan kedua jarinya.. orang itu lalu jatuh ke tanah.. dan tak bergerak lagi..

Musuh kedua berjalan mendekati mereka, dia lalu melempar senjatanya sembarang juga..

'Kepala agak miring, kemungkinan tuli telinga kiri..' Eko menganalisis musuhnya..

'Serang dengan cara paling efektif, hancurkan ulu hatinya..' Eko lalu berlari menyerang lawannnya..

'Pertama.. telinga !' tangan kiri Eko meninju angin disebelah kanan musuhnya, memberi celah untuk tangan kanannya menghancurkan telinga kiri musuh..

Telinga musuhnya berdenging..

'Kedua, redam teriakannya' Eko lalu meninju keras tenggorokan lawannya dengan tangan kiri, pita suaranya terputus..

'Dari bau mulut yang dikeluarkan saat berteriak tanpa suara, kemungkinan besar peminum berat, lumpuhkan ulu hati'.. Eko meninju keras ulu hati lawannya dengan tangan kanan..

'Terakhir, tarik kaki kiri dan.. bengkok !' Eko menunduk lalu menarik kaki kiri lawannya, tangan kanannya memukul tulang kering lawan..

2 orang, tersisa 1 musuh..

"DOR !" Musuh itu menembakkan senjatanya sendiri ke kepalanya.. suicide.

"Saatnya masuk.. dan.." Dimas membuka pintu itu, tiba-tiba sebuah tembakan mesin menembaki mereka..

"Masuk masuk !" Ruri dan Eko berlarian memasuki mobil..

Dimas dan Kevin menembak kearah atas, dan berlari ke mobil..

"Waaa !" Vinna, dan Ruth berlari ke mobil, mereka lalu masuk kedalamnya..

Agnes menembak sembarang lalu masuk ke mobil..

Githa berlari.. tapi..

"Aaaah !" kedua kakinya ditembaki, dia terjatuh..

"Githaa !" Vinna berteriak dari pintu mobil yang jadi sekarang jadi sasaran tembakan..

"Vin tutup pintunya !!, Tinggalkan dia !" Eko tancap gas, mobil itu berjalan meninggalkan Githa..

"Onky, Jufri.." Seorang polisi datang ke sel mereka..

"Kalian telah dibebaskan, seseorang membayar lunas harga yang diberikan untuk membebaskan kalian.." Polisi itu membukakan sel mereka, seseorang telah menunggu diluar kantor polisi..

"Maaf, prosedur standar." 2 orang menutup muka mereka dengan penutup wajah berwarna hitam, lalu menyuntikkan cairan bius berdosis tinggi..

Penutup wajah mereka terbuka, mereka duduk di sebuah kursi, sebuah meja panjang didepan mereka

"Cukup lama untuk menunggu kalian bangun dari obat itu, maaf kalau agak sedikit membingungkan kalian.. Kapten Onky, dan Jufri.." Seseorang duduk didepan mereka, hanya ada meja panjang sebagai penghalangnya..

"Sebenarnya, tidak merepotkan, obat yang kau miliki hampir tidak ada di pasaran, surat-surat yang kau miliki disni bercap rumah sakit, sebuah lemari berisi obat-obatan di pojok kanan, dan sebuah rak berisi buku-buku kedokteran, bisa kutebak kau adalah dokter" kata Onky dengan santainya

"Ditambah, kartu namamu yang ada di meja ini dan AC yang dinyalakan karena cuaca yang cukup panas, selamat siang.. Dokter Farhan ?" Jufri melanjutkan omongan Onky..

"Hmm.." Orang didepan mereka tersenyum kecil.. menanggapi kemampuan deduksi tingkat tinggi milik mereka..

"Jadi, apa yang bisa kami bantu, Dokter ?" Tanya Onky

"Itu.."


-- To Be Continued --

No comments:

Post a Comment