Sunday, June 15, 2014

The Shadows : Rentetan Masalah.. (Part IV)

The Shadows : Rentetan Masalah.. (Part IV)
Tribute To AHL Group


"Aku sudah menelpon polisi dan ambulan.." kata Ruri sambil memasukkan lagi hapenya ke saku celana..

"Kevin Eko bantu gue, tutup daerah dan buka jalan untuk polisi dan ambulan" kata Jufri seraya menunjuk ke kerumunan warga dan memberi "Police Line" pada mereka..





Kevin dan Eko mengarahkan masyarakat untuk mundur, lalu mereka memasang Police Line disekitar area mobil yang terbakar..

Jufri mengatur agar jalan yang satunya lagi dibelah menjadi 2 arah..

"Sebelah sini ! Sebelah sini !" Dia membelokkan mobil-mobil ke putaran untuk masuk ke jalan yang satu lagi, lalu masuk kembali setelah melewati lokasi kecelakaan..

"Ambulan datang !" Dimas menggantikan posisi Jufri, yang sekarang mengarahkan ambulan..

"Siram terus !" Vinna, Agnes, Ruth, Ruri dibantu oleh warga sekitar menyiram api kebakaran.. sudah lebih dari 5 ember besar mereka tumpahkan airnya kesana..

"Evakuasi korban terlebih dahulu !" Seorang dokter bernama Farhan menyuruh 4 orang anak buahnya untuk mengevakuasi Rozi..

"Awas ! Jangan sampai menyakiti korban !" Seorang anak buah Farhan mencari celah untuk menghancurkan pintu yang terkunci dari dalam..

"Dokter, posisi muka korban tertutup airbag, izin untuk memecahkan kaca menggunakan palu" Seorang anak buah lainnya menggunakan walkie talkie berbicara pada Farhan..

"Izin, diberikan." Farhan berkata pendek, 4 orang anak buahnya mengerubungi pintu, tidak ada celah untuk orang melihat apa yang terjadi..

"Dalam hitungan mundur, 3.." Palu diarahkan ke kaca, "2.. 1 !"
"PRAANGG !" Kaca pintu mobil itu pecah..

"Kaca dipecahkan !, Buka kunci !" 3 orang mundur dan mengambil tandu, 1 orang membuka kunci pintu mobil..

"Masalah biasa, seat belt menahan pergerakan korban dan airbag menutupi muka korban.." orang itu melepaskan seat belt Rozi, lalu merobek airbagnya..

"Tandu, siap !" 2 orang menurunkan tubuh Rozi yang berat, lalu menaruhnya perlahan ke tandu..

"Sial.. dia tidak cedera parah, airbag melindunginya dari api.." seseorang dari atas jembatan mengutuk airbag..

Tanpa suara, orang itu menembakkan peluru ke mata Rozi.. dan

"Dokter ! Mata korban cedera !" 4 orang itu menaikkan tandu ke dalam ambulan..

"Cedera parah, hanya terletak di mata kanannya, ambil pengompres untuk menghentikan darah !" Farhan memeriksa mata Rozi..

"Siapa tadi yang bertugas merobek Airbag ?" Tanya Farhan
"Windu, dokter !" Jawab seorang anak buahnya seraya memberi lap yang sudah dimasukkan ke dalam air dingin..

"Windu !, kau mengenai mata korban ?" Tanya Farhan
"Tidak dokter ! Ada pecahan besi yang melewati celah yang menyebabkan mata korban pecah.." Jawan Windu dengan jujur..

"Terkait ini.. anda bisa dikenai hukuman.. Jufri" Ridho, polisi yang baru datang, memperingatkan Jufri..

"Kelalaian saat memgemudi, mencederai warga sipil dalam kondisi tidak bertugas.. kau mempunyai tanggung jawab yang besar.. Harusnya." Ridho lalu menelpon Firhan, memanggilnya ke lokasi..

"Percobaan kedua, gagal.. total kerusakan, 45%.." kata seseorang dari kejauhan..

"Mas, ada apa ya ? Kok dibelokkan ?" Tanya seorang bapak-bapak kepada Dimas

"Waaahh bapak kok tau nama saya ? Gue terkenal kali yaa di Jakarta.." Dimas kesenengan duluan, padahal..

"Wah mas, kalo anak muda disini yang ga dikenal panggilannya "mas" heheh.. bukan kenal atau terkenal.. lagipula, kau ini mirip tukang parkir heheh" kata bapak itu lalu menutup kaca mobilnya dan pergi meninggalkan Dimas..

"Tutup pintunya, bawa ke rumah sakit !" 2 orang anak buah Farhan menutup pintu belakang ambulan yang terbuka, sirine menyala.. dan mobil itu pergi meninggalkan TKP..

Jufri bertemu dengan rombongan AHL sekali lagi, sebelum dia masuk ke penjara..

"Apa ada yang menemukan kertasnya ?" Tanya Jufri pada mereka, "Tidak.. kemungkinan besar terbakar.." jawab Githa pelan..

"Sayang sekali, baiklah, kalian cari hal sekecil apapun untuk membebaskan Onky, datanglah ke lokasi pembunuhan di lantai 2.. aku yakin.. ada pihak yang ingin menyingkirkan Onky.." kata Jufri kepada mereka

"Soal hotel, diujung jalan ini ada sebuah losmen, kalian bisa menginap disana.. harganya tidak mahal, cukup untuk kalian yang berame-rame" lanjutnya pada rombongan AHL..

"Err.. dan, otoritaskan Onky, kalo soal aku, ini memang salahku yang meleng heheh.." kata Jufri sambil tersenyum..

"Segera, ya !" Kata Jufri, lalu dua orang polisi datang dan membawanya ke sel-nya..

"Dim Vin, segera ke lantai 2, cari apapun, aku dan yang lain akan mencoba ke losmen itu, akan kuhubungi kalian belakangan.." Perintah Eko

Dimas dan Kevin menaiki tangga ke lantai 2.. Eko dan yang lain berjalan kaki menuju losmen itu..

"Vin, begitu masuk ke ruangan itu, langsung tutup pintunya." Kata Dimas kepada Kevin, mereka sudah di lantai 2..

Mereka memasuki ruangan itu, dan langsung menutup pintunya..

"Lihatlah, meski baru dua hari, tapi yang hilang baru mayatnya..pulpen, buku catatan, dan kartu pers milik mayat itu masih ada.." Dimas berkomentar..

"Pelan-pelan Dim.. ingat, kita hanya mencari bukti.." Kevin berjalan tanpa suara mengitari ruangan itu, dan mengambil beberapa foto dengan kamera hapenya..

"Sayangnya.. kita tidak bisa membandingkan kondisi ruangan ini saat kejadian dan saat sekarang ya.." kata Dimas lalu mengambil kartu pers milik sang mayat..

BRAK ! Pintu ruangan itu terbuka..

"Wah sial.. masih ada orang ya.." seseorang masuk, dia menggunakan sarung tangan dan membawa beberapa plastik kecil..

"Heh.. ada yang perlu, kami tangani.. bos ?" 4 orang berpakaian preman masuk..

"Tunggu.. kau.. yang tadi ada di kecelakaan kan ? Kalau tidak salah.. kapten Firhan !" Dimas menunjuk Firhan..

"Kemampuan ingatan yang bagus nak.. tapi sepertinya, kau tidak akan bisa mengingat apa-apa lagi.." Firhan mengarahkan pistolnya pada Dimas.. dan..

"Dim awas !" Kevin berteriak, perhatian Dimas teralihkan oleh Firhan sementara salah seorang yang berpakaian preman berhasil menangkap tubuhnya dari belakang..

"1 tikus.. akan mati.." Firhan menekan pelatuknya.. dan.. "Aarrgh !"

Tinggi Dimas sama dengan tinggi orang yang menangkapnya, dia tinggal menunduk.. dan peluru menembus kepala orang yang berpakaian preman itu..

3 orang tersisa..

Dimas lagi-lagi menjadi sasaran, perhatiannya teralih oleh orang lain yang menghajarnya..

HIAA ! Kevin menendang lawannya, tendangannya berhasil membuat lawannya mental dan menutupi spot menembak Firhan..

Firhan menembak.. dan.. "Aaargh !" Lagi-lagi orangnya yang mati, bukan Dimas..

2 orang..

Dimas tertangkap, dari depan..

Firhan mengarahkan pistolnya ke arah yang sama.. kearah Dimas..

Dimas sedang menghadap ke kanan sehingga Firhan bisa menembak dengan bebas.. dan..

"Aaargh !"

Dimas mendorong lawannya untuk menggantikan posisinya, dan dia lolos lagi..

1..

Kevin melakukan sapuan bawah ke lawannya yang tersisa, dia berhasil..

Saat lawannya jatuh, Kevin mengangkatnya lagi dan mendorongnya ke Firhan..

Firhan sedang teralihkan perhatiannya oleh Dimas, dia kaget saat sebuah badan datang dengan cepat kearahnya.. dan..

"Aaargh !" Kekagetan Firhan membuat jarinya menekan pelatuk.. dan, matilah 4 orang itu..

"Peredam suara pistolmu, tidak berhasil meredam suara kesakitan anak buahmu.." kata Kevin yang membuat Firhan emosi..

Dia menembak secara membabi buta, Dimas mengambil buku catatan korban dan berlari menuju jendela..

"PRANGG !!" kaca jendela itu pecah, Dimas jatuh dengan kedua kakinya sebagai landasan, lalu dia berlari.. tak lama, Kevin menyusulnya..

Setelah disambut oleh seorang pemilik losmen bernama Tasya, rombongan AHL tertidur dengan tenang..

Mereka melupakan kejadian-kejadian beberapa hari ini.. lalu memejamkan mata.. membiarkan tubuh untuk istirahat..

Paling tidak, untuk sehari ini.


-- To Be Continued --

No comments:

Post a Comment