Friday, June 27, 2014

The Shadows : Detik-detik terakhir.. (Part IX)

The Shadows : Detik-detik terakhir.. (Part IX)
Tribute to AHL Group

"CKLEK.." 

Pintu itu terbuka.. terlihat kosong.. tapi mereka tetap waspada..

"Musuh, tim ?" Kata Onky



"Negative." Jawab Ruri dan Jufri spontan. "Tidak terlihat.." jawab Farhan dan Dimas. "Ga ada" jawab Kevin dan Eko

"Apa ini ?" Dimas menemukan sebuah map berisi laporan dan data-data pembunuhan yang terjadi yang menetapkan Onky sebagai tersangka..

"Gue nemu map isi laporan sama data pembunuhan. Arah jam 7.." Kata Dimas, yang lain langsung mengerubunginya..

"TIIIT.." AC diruangan itu mati, mereka tak menghiraukannya..

"Sepertinya tidak ada apa-apa disini.." kata Ruri, "yap, mending kita pulang.." Jufri setuju..

Sementara itu, Rozi kembali tersadar.. 5 menit sejak dia pingsan akibat tembakan tadi..

"Argh.." dia merasakan hal yang berbeda.. jantungnya berdetak lebih kencang, darah di tubuhnya mengalir lebih cepat..

Mata Rozi berubah menjadi kemerahan, bulu-bulu halus ditangannya menjadi lebih panjang..

"Sial.." dia sendirian didalam sebuah ruangan yang berwarna putih, kedua tangan dan kakinya diikatkan dengan rantai pada sebuah tiang..

"Kondisi korban, 40% fit, membaik setelah 5 menit pingsan.." kata seseorang sambil melihat layar komputernya pada Windu.. 

"Berikan, sedikit.. listrik.." kata Windu, orang di depan komputer itupun mengetik beberapa kombinasi kata, dan menekan enter dengan jari telunjuknya.. jari yang sama dengan jari yang menekan pelatuk senjata kimia tadi..

"BZZZT.." "Aaaargh !" Listrik mengalir dari tiang itu ke rantai yang mengikat tangan Rozi

Besinya mengalirkan listrik bertegangan tinggi langsung ke tangannya, Rozi mendapatkan sebuah shocktherapy..

"Errgghh.." Rozi justru merasakan dirinya semakin kuat, matanya berubah menjadi kebiruan, dia merasakan sebuah tegangan yang mengalir di tubuhnya..

"Apa yang terjadi ?" Windu kebingungan, kondisi Rozi justru membaik 20%..

"Virus kita bergabung dengan selnya.. dan merubah sel matinya menjadi hidup, lalu yang terparah.. menetralisir elektronnya.." jawab Orang disebelah kanan Windu, dengan komputernya..

"Kemungkinan besar korban sedang mengalami lupa ingatan, sebuah kejutan tadi pasti mengubah dan mengacak-acak pikiran serta ingatannya.." kata orang disebelah kiri Windu, dengan komputernya..

"Baiklah.. kita lihat 10 menit lagi, jika korban sudah mulai ingat ingatannya, kita bisa menetapkan ini racun terbaik kita dan membunuhnya, jika korban tidak ingat juga, kita bisa merubahnya menjadi monster dengan kekuatan listrik.." Windu dan 2 orang itu pergi meninggalkan ruangan

Tempat antara mereka dan Rozi hanya dibatasi sebuah kaca tebal..

"CKLEK.." Vinna membukakan pintu losmen yang dikunci, 7 orang masuk dan merebahkan diri mereka di sofa.. pengejaran mereka tidak berarti apa-apa..

"Apa yang kalian dapat disana ? Pembunuhan ? Penyiksaan ?" Tanya Tasya sambil menyambut mereka dengan menghidangkan 7 gelas sirup dingin..

"Hanya ini.." kata Dimas sambil melempar map itu ke meja, lalu dia menutup mata dengan tangannya.. dia pusing

"Kita harus pelajari itu baik-baik, kita bekerjasama, mempelajari data itu dan memecahkan kode pada buku ini.." kata Tifa sambil melempar buku catatan itu keatas map laporan..

"Mudah, aku telah tau artinya sejak awal.." Kata Onky, mendiamkan mereka semua..

"Firhan menyogok polisi disana agar bisa bertemu denganku lebih lama.. dia bilang, Windu adalah yang mengendalikan semua ini.. si dokter gila.." kata Onky

"Tunggu, Windu.. ? Dia hanya salah satu anak buahku, jangan ngawur.." jawab Farhan cepat..

"Korban adalah kidal.. pulpen ditemukan ditangan kanannya.. menarik sekali.." kata Tasya di mobil, mereka dalam perjalanan menuju rumah Windu..

"Halo, Firhan ? Apa kau jadi datang kesini ? Hahah aku sudah menemukan kelinci percobaan lainnya.." kata Windu lewat telepon pada Firhan..

Sementara itu, di kejauhan, sepasang mata mengawasi rumah itu..

--To Be Continued--

No comments:

Post a Comment