Wednesday, June 25, 2014

The Shadows : 3 Sisi.. (Part VIII)

The Shadows : 3 Sisi.. (Part VIII)
Tribute To IDG Forum



"2/5 ? Kode apa lagi ini.. sial.." Vinna menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya di sebuah meja yang penuh dengan buku-buku yang telah dia ambil..

"Mungkinkah, ini semua mengacu pada suatu nama.. atau kejadian ?" Agnes ikut berpikir..





"Tunggu.. agen.. bayangan.. agen.. apa maksudnya semua ini.." Tasya melempar buku bahasa Jepang yang telah dia ambil ke lantai.. dia lalu merebahkan dirinya di sofa..

"Kita harus tetap berpikir gaes.. kita bantu para pahlawan di lapangan.." Tifa masih berpikir, selembar kertas dihadapannya yang putih telah penuh dengan coret-coretan dan analisanya..

"Dua perlima.. empat persepuluh.. matematika tidak bisa memecahkannya.," Vinna mulai berkeringat.. dia telah berpikir keras..

"Tunggu.. bagaimana kalau.. 2 dari 5 ?" Tanya Tasya, seketika satu ruangan itu diam.. dan..

"2 dari 5 kata !!" Mereka berteriak bersamaan, wajah-wajah frustasi mereka kembali ceria..

"Itu dia ! 2 dari 5 kata ini.." Tifa sudah sangat bersemangat.. "Apa ? Clueless." Agnes mematahkan semangat Tifa..

Sedih, tapi inilah kenyataannya, Agnes benar, Masih banyak yang harus mereka pikirkan..

"Wind dan Fire.. unsur alam.. itu dua dari 5 kata.." kata Tasya yang mendiamkan semua orang disana..

"Tunggu.. apa maksudnya ?" Tanya Ruth kepada Tasya

"Korban adalah pecinta alam kan ? Hanya dua dari kata itu yang merupakan unsur alam.." jawab Tasya

"Hantu ? Apakah itu unsur alam ?" Tanya Agnes

"Hantu.. adalah buatan manusia sendiri.. buatan pikiran mereka, hanya mereka yang berpikir dan takut pada hantu yang meyakini adanya hantu.." jawab Tasya..

"Ini.. permainan analogika.." kata Tifa, "Korban pasti sudah menyingkap sebuah konspirasi, yang membunuhnya.." lanjut Tifa

Onky, Dimas, Ruri, Farhan, Eko, Jufri dan Kevin telah sampai di ruangan dengan papan "Ketua direksi" pada lantai tertinggi di gedung 2 lantai yang mereka telah ledakkan garasinya tersebut..

Mereka telah lelah, berkeringat, dan capek setelah menghajar banyak musuh di lantai 1 dan di lantai 2, namun mereka kembali bersemangat setelah akhirnya melihat sebuah pintu menuju ruangan masuk si bos besar..

Onky membuka pintu ruangan yang tidak terkunci itu, dan..

"Skakmat."

Zaki memajukan pion bentengnya 3 kotak kedepan, Pion raja milik Ridho terpojok, Zaki dalam kondisi terbaiknya dalam permainan catur kali ini melawan Ridho..

"Seperti biasa, Zak.. kau selalu unggul terlebih dahulu.." komentar Ridho

"Tapi, tetap saja, pada akhirnya.. akulah yang akan menang setelah membalikkan keadaan.." Ridho memajukan kudanya membentuk huruf L, memakan menteri milik Zaki..

"Wah.. kau cukup hebat ya.. koleksi bukunya.." komentar Rozi dihadapan rak buku milik Windu

"Yah begitulah.. meskipun pekerjaanku sangat jarang dan hampir tak terlihat, tapi aku cukup suka membaca buku.. dan Rozi, mau membantuku sebentar ?" Tanya Windu

"Tentu saja, untuk orang yang telah menyelamatkan nyawaku, aku tidak akan menolaknya.." jawab Rozi

"CLAP CLAP.." Windu bertepuk tangan dua kali.. dua orang dengan masker oksigen dan baju serba putih datang dan..

"Hey tungg... !" Rozi dipasangi masker oleh orang itu, dalam sekejap dia pingsan, tabung oksigen untuk Rozi telah diganti dengan racun dan bau-bauan..

Kedua orang itu membopong Rozi, lalu meletakkan tubuhnya pada sebuah papan rancangan..

Tubuh Rozi berdiri, namun jiwanya pingsan, kedua tangannya direntangkan, dan kedua kakinya dibuka lebar, sehingga cocok pada papannya..

"CKREK" kedua tangan dan kaki Rozi diikat, dengan sebuah pengait dari besi yang melingkari papan itu..

"BUAK !" Satu dari dua orang bermasker dan serba putih tadi menyikut kepala dan mata Rozi.. dia terbangun dari pingsannya..

"Hmm.. Rozi, terima kasih telah mau membantuku.. menjadi sukarelawan.." Windu berbicara dengan walkie talkie kepada Rozi

"Sukarelawan.. untuk percobaanku.. senjata racun.. apa kau bersedia ?" Windu berbicara dengan nada mengejek Rozi

Kedua mata Rozi terbelalak, kepalanya bergerak kesana kemari, tangan dan kakinya berusaha memberontak dan mematahkan pengait besinya..

"Aku anggap itu sebagai jawaban "Setuju" ! Hahaha, siapakan senjatanya.." kata Windu seraya memberi komando pada dua orang tadi..

"Kau bukan kelinci sembarangan Rozi.. kau mempunyai peran penting.." kata Windu sambil tersenyum kecil pada senjata dengan sebuah tabung kecil berisi racun yang ia buat didalamnya..

"3.." Salah satu dari orang dengan masker tadi mengangkat tangan kanannya membentuk sudut siku-siku dengan 5 jari berdiri, yang satunya membidik jantung Rozi dengan senjata tersebut..

"Kau tahu Rozi.. tempat ini berada di bawah tanah rumahku.. selamat datang, di lapangan ujicoba pribadi, Windu's Facilities.." kata Windu sambil tersenyum kecil dari sebuah balkon yang memiliki spot terbaik untuk melihat penembakan senjatanya..

"2.." Tangan orang tadi masih berbentuk siku-siku, kini hanya dua dari lima jari yang berdiri tegak ditangan kanannya, temannya meletakkan jarinya di pelatuk senjata itu..

"1 !!" Tangan orang itu menunjuk ke arah Rozi.. pelatuk ditekan dan..

WUUSH.. Rozi hanya dapat melihat sebuah gelombang udara dengan cepat bergerak kearahnya.. inikah akhir kehidupannya ?

ZRAASH.. Gelombang udara itu seakan merobek dan mengoyek tubuhnya.. dia merasakan darah bercucuran dari perutnya..

"....." Kedua mata Rozi tertutup.. kedua orang yang menembak Rozi terdiam..

"AAAAAAAAARGHHH !!!!!"


--To Be Continued-'

No comments:

Post a Comment