Wednesday, April 24, 2019

Demagogi Waktu

  1. Jangan terperangkap, kau tahu kau selalu lebih baik daripada aku.
  2. Jangan memperlihatkan kelemahan dan ketakutan-ketakutan. Isi pikiranmu adalah sepertiga dari diriku. Aku membagi diri dari masa lalu, sekarang, dan masa depan
  3. Jangan pernah berpikir dan memikirkanku sedikitpun sebab aku adalah bencana sekaligus wahana, anugerah sekaligus penyakit, dan aku berjalan tanpa pernah benar-benar melihat siapa saja yang hancur
Kita terperangkap sempurna. Kita selalu berharap lebih besar daripada waktu, nyatanya waktu lebih agung dan ia menelan kita.
Kita selalu berpikir lebih luas daripada waktu, nyatanya ia mencakup masa lalu dan masa depan, — sementara kita hanya mampu mengingat dan mengira-ngira.
Kita selalu menganggap kita abadi dan waktu itu fana. Waktu nyatanya jauh lebih abadi dan kita jauh lebih paradoksial.
Kita bermain 'Tuhan' dengan mempermainkan waktu, nyatanya waktu yang sedang mempermainkan kita. Kekalahan kita sempurna. Kemenangan kita diraih oleh kumpulan kekalahan.
Paradoks waktu terhadap kita dan sebaliknya; kita selalu memikirkan masa depan, namun di satu sisi tak ingin lekas menua.
2019, h-1 UN
Kanzia.

No comments:

Post a Comment