Monday, December 31, 2018

Milly & Mamet: (Extra)Ordinarily Lovable!

Milly & Mamet: (Extra)Ordinarily Lovable!
Oleh: Kanzia Rahman

Hasil gambar untuk milly mamet movie

Lima menit memasuki studio, gue masih berada dalam state tidak ingin tahu apapun tentang film ini. Tanpa trailer, sinopsis, atau segala jenis teaser lainnya. Jadilah gue menonton Milly & Mamet tanpa persiapan sama sekali (kecuali tweets wochmendotID di twitter), sama seperti One Cut Of The Dead sebelumnya.


Sepuluh menit, lampu telah dimatikan dan sederetan trailer masih mengalir. Pada trailer film horror Indonesia yang harus gue akui sedikit menegangkan, saat audionya selesai, seisi studio mendengar teriakan anak kecil,

“UDAAHH UDAHHH TAKUTTT!”

Kesian tuh anak.

Film dimulai dengan mulus. Saking mulusnya, gue hampir mengira kalau awal film ini masih trailer lainnya, eh ternyata kagak. Ahaha. Awal film ini merupakan opening yang menghadirkan sedikit latar belakang cerita. Appetizer yang menyenangkan, menjanjikan hal-hal lebih besar dalam hidangan utamanya.

Penonton sudah dibuat beberapa kali tersenyum-senyum melalui hidangan pembuka ini, beberapa tertawa lepas. Jenis-jenis jokes yang dikeluarkan membuat kita sudah bisa menebak jenis sajian apa yang akan dihadirkan selanjutnya.

Adegan pembuka pun berakhir. Manis. First impression yang berhasil dari Milly & Mamet, sampai sini, karena penonton sudah diberikan ekspektasi tinggi, pilihannya tinggal dua, bakal jelek banget, atau bagus-bagus banget.

Saatnya main course, hidangan utama.

Diawali dengan pembuka yang sudah membuka jalan bagi plot untuk terus mengalir, ternyata plot film Milly & Mamet ini sederhana, tapi begitu dekat dengan realita.

Sejumlah karakter yang diperkenalkan pun tidak hanya numpang lewat, tapi punya andil dalam membangun latar, beberapa bahkan sedikit mengikutcampuri alur cerita. Melalui porsinya yang sangat cukup, tidak berlebihan maupun kekurangan, Milly & Mamet membawa kita kedalam cerita yang tak bertele-tele dan menjelaskan langsung sifat masing-masing karakter.

Melalui premis yang simple, masalah yang diberikan sebenarnya agak berat. Namun, film ini telah berhasil memberikan sekat-sekat yang berhasil mengecilkan ‘lapangan’ permainan. Tetap pada alurnya dan tidak melebar kemana-mana. Meski kemungkinan yang terbuka (terlalu) luas, namun Milly & Mamet tetap berfokus pada sudut pandang yang sama sedari awal. Konsisten!

Pembawaan dan pengembangan karakter yang diberikan pun terasa. Penonton dapat merasakan kebingungan Sari, momen-momen emosionalnya Milly-Mamet, dan karakter tegas Pak Sony. Juga kelucuan Robby maupun Rika (dalam hal ini, gue terkesan sama Isyana yang berhasil lucu natural). Setuju sama tweet Bernard Batubara yang ini.


Salah satu adegan paling membekas di kepala gue adalah saat kedua karakter utama kita berdebat dan tengah pada puncaknya. Keduanya digambarkan terpisah  padahal sedang berada dalam satu ruangan yang sama. Menyiratkan makna, tanpa perlu benar-benar menjelaskan suasana.

Pasang surut plot cerita yang dihidangkan pun menarik. Penonton dibiarkan tertawa terbahak-bahak, lalu dihempaskan lagi saat melihat adegan sedih yang dalam. Penonton dibiarkan bersedih, lalu diberikan bahan tertawa. Penonton diberikan adegan puncak yang harusnya menegangkan, lalu diberikan jokes lainnya. Benar-benar film bergenre Komedi.
   
Jokes yang dilemparkan adalah jenis lawakan yang mengalir, dan terasa begitu dekat dengan kita. Film ini tak susah-susah memaksa diri menjadi film dengan jokes memaksa dan justru membuat kita hanya menggeleng-geleng kepala dengan “Apaan sih?”. Sebaliknya, jokes ringan yang dapat diterima oleh penonton dari segala usia, saat gue menonton, ada penonton dari tua-muda yang ikut tertawa bersama-sama.

“Make a wish dulu dong”

“Hah maen quiz?”
“Ihh kok maen quiz, marawis”


Gue berkali-kali harus membetulkan posisi duduk karena terlalu menikmati film ini.

Satu kejutan sebelum film berakhir, gue baru sadar kalau film ini satu semesta dengan film AADC, keluar bioskop, gue baru baca kalo sebenernya film ini spin-off dari AADC, pantes di judul ada “Ini Bukan Cinta & Rangga) hahaha

Film pun memasuki ending dengan SELURUH masalah yang berhasil diselesaikan. Semua lubang berhasil ditutup, semua pertanyaan dijawab. Seolah melihat pelangi dari bukit teletubbies, endingnya terasa cocok untuk menutup film yang berhasil mengocok perut tanpa maksa.

Sebelum layar bioskop benar-benar dimatikan, penonton diberikan lagi satu hidangan lagi. Bloopers dan behind the scene yang ditampilkan tak lama setelah credits film. Ternyata behind the scenenya pun lucu. Gue gak ngebayangin gimana mereka bisa berakting selucu itu.

Kesimpulannya, Milly & Mamet adalah hidangan yang melintas mulus di kepala kita tanpa terasa dibuat-buat, ringan, dan lucu yang bener-bener lucu. Recommended abis!

No comments:

Post a Comment