Thursday, August 2, 2018

seaofuncertainty.

Sea of Uncertainty


Pertemuan kita sederhana dan singkat dan aku tak ingin mengingatmu. Aku tak ingin menyimpan namamu, aku tak ingin mengenalmu lebih jauh dan aku hanya ingin melihatmu sebagai apapun yang tak ingin kugapai.

Pertemuan kita sekejap mata dan aku ingin meninggalkan tempat itu. Aku tak ingin berada di satu tempat di mana kau ada atau di suatu hari di mana kau dapat ditangkap oleh sudut bola mataku. Aku tak ingin menjadi meninginkanmu atau berharap sesuatu yang entah apa darimu.

Tapi sialnya, kau tersenyum.

Bola mata kita bertautan dan senyummu merekah tanda keramahan. Kau pesulap handal yang menyihir dengan senyuman dan aku penonton yang terpukau dalam sekali pertunjukan. Kau pesulap yang menyembunyikan lebih banyak di topimu sementara aku ingin mengetahui lebih banyak dan ingin dikalahkan berkali-kali oleh apapun yang akan kau tampilkan.


Atau aku penonton yang berada di tengah keramaian dan tak sadar bagaimana caranya keluar atau bagaimana aku bisa berada di dalamnya. Aku penonton yang mencari jalan keluar dari labirin keindahanmu dan selalu gagal sebab perasaan selalu membingungkan dan aku tak ingin menjadi gila.

Tapi sialnya, senyummu...

Aku bersyukur tapi mengutuk ingatan sekaligus sebab mereka tak ingin lupa dan mudah mengingat hal-hal yang indah. Sebut aku gila dan aku menganggap diriku baik-baik saja padahal wajahmu berkali-kali muncul sebagai ombak yang menghempas di bibir pantai ingatanku.

Atau tidak sama sekali. Kau cukup hadir sebagai seseorang yang pernah mengisi hariku. Itu saja. Cukup. Kita hanya bertemu dan kau tak perlu hadir lagi dalam hidupku sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar orang-orang yang berpapasan di jalanan saat kota mulai hujan terburu-buru dan bergegas— dan aku tak ingin mengingatmu lebih dari itu.

Aku tak ingin mengenangmu tapi seluruh kota mendadak menjadi Paris yang elegan atau bunga-bunga bermekaran di taman tiap kali kau hadir dalam kepalaku. Anak kecil dalam diriku ceria dan ingin begitu selamanya. Air hujan mendadak tumpul dan aku ingin berlama-lama dibilas oleh perasaan yang begitu memerdekakan perasaan tak berdaya dan kalah.

Aku tak ingin kau hadir sebab kehadiranmu menghilangkan hari esok untukku. Tidak ada hari esok dan aku hanya ingin berlama-lama hari ini. Aku mengejar kau tanpa perduli apimu membakar tubuhku, aku ingin berhenti tapi hati adalah air terjun dan kau sukses membuat taman rekreasi di dalamnya bahkan tanpa kau usahakan.

Aku tak ingin menyukaimu tapi namamu selalu terbayang seperti anak kecil yang menginginkan mainan kesukaannya. Aku tak ingin mengejarmu tapi hari ini malam tahun baru dan kau menjelma kembang api yang selalu kulihat ke langit. Aku tak ingin menyimpanmu tapi kau hadir berkali-kali pada waktu-waktu yang tak kuinginkan.

Kau hadir pukul sepuluh malam tepat ketika sebelum tidur, lalu menetap di sana hingga pukul dua (atau bahkan tiga) pagi saat mataku gagal menutup dan selalu membuka lagi dan lagi. Kau hadir pukul enam pagi saat hari baru dimulai dan matahari mengetuk jendela kamarku. Kau hadir pukul dua sore lalu menetap hingga malam. Kau hadir pukul tujuh malam ketika doa-doa sedang dipanjatkan.

Aku selalu menolak kehadiranmu dan sebanyak itu pula aku mengakui kekalahanku dan membiarkanmu menetap di suatu tempat di sudut ingatanku. Berdiri di sana dan tersenyum, hanya tersenyum, senyum yang dengan indah memporak-porandakan seluruh hariku atau sebenarnya hanya perasaanku. Senyum yang mengacak-acak semestaku dan membiarkanku memungut sisa-sisa pecahannya dari kejauhan.

Dan sebanyak itu pula aku mengizinkan diriku untuk menghadirkanmu lagi, untuk melihatmu sekali lagi, lalu berusaha melupakanmu sekali lagi, dan gagal sekali lagi. Semua sekali lagi kulakukan berkali-kali, kau tetap menang dan aku kalah, sekali lagi.

Maliq & d'Essential gagal menamainya sehingga menjadikan "Untitled" sebagai judul lagunya, Wiranagara menyebutnya fluktuasi perasaan, Sleeping At Last mencatatnya dalam lagu "Saturn" dan Lauv menggambarkannya sebagai "Chasing Fire"

Sementara kamu, kamu sebut apa perasaan ingin-mencintai-tapi-takut-tak-dicintai-balik-atau-ingin-memulai-perbincangan-tapi-takut-berakhir-tanpa-mendapat-jawaban?

semestaperfeksionis.

No comments:

Post a Comment